Minggu,
22 Januari 2012.
Sebenernya sih bukan hari yang luar biasa buat saya. Cuma
karena besokannya tanggal 23 Januari 2012 itu adalah hari Imlek, maka jadi agak
tidak biasa. Yups, long weekend gitu lho. Tapi ya long weekend juga ngga
merencanakan mau pergi ke luar kota sih, secara punya baby Nares yang masih
umur 11 bulan. Agak repot kalo mau travelling jauh-jauh. Pun, ditambah lagi
karena si mba’nya pulang ke kampung karena sakit. Jadilah di hari Minggu itu
hari bersih-bersih di rumah. Ngga apa-apa, menikmati jadi ibu rumah tangga yang
sibuk di rumah. Biasa degh, walapun jadi emak-emak di rumah yang pegang kerjaan
rumah dan pegang baby Nares, tapi yang namanya update berita nggak boleh
ketinggalan jaman. Hehehe, saya wajib lapor ke handset Blackberry setidaknya setiap
30 menit. Kurang boleh, tapi kalo lebih jangan! Hihi!
Wajib
dikunjungin di handset Blackberry adalah applikasi : Twitter, Facebook, BB
Group, BB Message. Itu sudah pasti. Kalo menurut saya pribadi, update-an
Twitter itu cepet banget. Secara bisa langsung di-RT (baca : ReTweet) sama orang-orang. Nah, di
sekitar pukul 12.00 itu, saya baca di TL salah satu media informasi berita
(kalo gak salah @detiknewscom), ada kecelakaan mobil Xenia di Tugu Tani
(Jakarta Pusat). Saat itu sih saya belum paham bener apa yang terjadi.
Hanya mengira kecelakaan yang biasa terjadi. Yah, namanya juga manusia dan kendaraan, bisa
aja lagi tidak hati-hati akhirnya kecelakaan. Apalagi bawa kendaraan, resikonya lebih tinggi dibanding jalan kaki.
|
Pengemudi, mobil, dan korban kecelakaan (doc. Google) |
Kira-kira
1 jam setelah itu, saya membaca lagi berita tentang kecelakaan Xenia di Tugu
Tani itu. Yang bikin saya sedikit agak panas adalah ketika berita tersebut
adalah “Supir mobil kecelakaan di Tugu Tani adalah seorang wanita”. Beuh,
mendidih kepala saya! Aseli degh, saya itu walaupun perempuan, tapi memang
kurang respect dengan pengendara wanita. Di mata saya, kebanyakan pengemudi
wanita itu sembrono cara menyupirnya, tidak hati-hati, cenderung lebih lelet,
perhitungan agak suka kurang mantab, nyupir biar dibilang gaya, pokoknya malas
lah saya berurusan dengan pengemudi wanita!
Kenapa
saya berani mengutarakan hal ini? Saya bersyukur dan beruntung punya bapak dan
mas Ary dan mas Heru (kakak-kakak saya) yang banyak mengajarkan saya cara
berkendara yang baik. Mulai dari emosi, perhitungan, etika di jalan raya, tehnik
mengendarai, dan semua-semuanya. Banyak berpergian dan satu kendaraan dengan
mereka, secara tidak langsung emosi dan tehnik berkendara saya mengikuti pola
mereka (baca : laki-laki). Walaupun tidak bisa dipukul rata ya, semua
pengendara pria itu bagus cara mengemudinya dan yang wanita tidak bagus semua.
Kembali pada kepribadian masing-masing memang. Dan ingat yah, kepribadian kita
itu tercermin dari cara mengemudi kita, bahkan mobil kita pun mencerminkan bagaimana kepribadian kita. Nyupir sradak
sruduk, potong sana potong sini, ya... nggak jauhlah, si supir juga pasti orang
yang nggak bisa dipegang omongannya, nggak konsisten, jorok, dan banyak yang
nggak bagusnya. Mobil besat besot, penyok sana penyok sini, ya.. nggak jauhlah,
si supir nggak jauh-jauh dari orang yang jorok, nggak perhitungan, nggak sabar,
dan banyak lagi macamnya.
Semakin
sore, semakin banyak berita yang beredar tentang kecelakaan mobil Xenia ini. Ya
gimana nggak cepat beredar, secara yang meninggal katanya sudah 8 orang dari
keseluruhan 12 orang yang tertabrak. Duh, isu mulai beredar nih. Mulai dari supir yang mabok, yang habis pesta narkoba, yang pulang dugem, yang nggak punya SIM, yang rem blong.
Bener-bener merebak semua isu. Hujatan juga mulai menghiasi dunia Twitter kok.
Saya sendiri udah sempatkan untuk posting di FB. Karena saya benar-benar sedih
mendengar berita itu. Ngga kebayang, itu perasaan keluarga si korban seperti
apa. Ngga ada angin dan ngga ada hujan, mereka harus kehilangan anggota
keluarganya. Emang sih, kalo udah mau dipanggil Allah, SWT, semua tidak ada
yang bisa menolak. Tapi, kenapa dengan latar belakang kecerobohan orang lain,
yang ngga salah, jadi harus menanggung akibatnya? Satu hal memang, saya paling
ngga terima kalo ada orang lain yang celaka bukan karena kesalahannya sendiri,
melainkan karena kecerobohan orang lain. It so unfair...
|
Langsung update di FB tentang kecelakaan itu |
Semakin
malam, semakin beredar itu berita. Mulai juga beredar video amatiran sesaat
setelah tragedi itu terjadi (coba lihat di youtube dengan keyword "Xenia Tugu Tani"). Sempet juga siyh, saya buka video-nya dan menonton
dari gadget suami saya. Rasanya bener-bener pedih. Ngga kebayang bener degh,
itu kecelakaan. Kalau dari video yang saya lihat, itu kecelakaannya terjadi di
deket Gedung Perdagangan, sebelum Gedung Pensiunan Pertamina. Soalnya, trotoar
yang terlihat agak besar, sementara kalo di daerah dekat Tugu Tani itu sendiri
(seputaran Hotel Aryaduta), tidak ada trotoar yang sebesar seperti yang tampak
di video itu. Analisa saya pun jalan karena saya terbilang cukup paham daerah
itu. Seharusnya, di area kecelakaan tersebut, mengendarai mobil dalam kecepatan
tinggi amat sangat kecil kemungkinannya. Wong sebelum Gedung Perdagangan itu
ada traffic light kok, dan setelah itu pun masih ada traffic light lagi, dan disitu juga kan jalanannya ngga lurus, tapi agak belok kekiri. Jadi,
harusnya di situ mobil kita nggak bisa ngebut banget. Dugaan sementara saya
adalah kalau nggak supirnya baru belajar, atau supirnya mabok! Cuma dua itu
aja. Kalo dia baru belajar, yah... udah nggak heran degh! Kalo mabok sih, ya
mau ngomong apa. Susah emang ngomongin orang mabok, kita jadi kaya’ orang mabok
juga!
Nah,
bener aja degh... Dari berbagai pemberitaan, ternyata si supir, Afriyani
Susanti (29), memang mengendarai mobil dalam keadaan mabok! Deske habis
pesta-pesta sama narkoba dan minuman keras. Hebaaat gebaaat! Perempuan, mabok,
nyupir, nabrak orang! What a lesson for you, sista! You got what you’ve paid if
I could say it to you. And guess what,
she has no driving license. Beudeuh, canggih abis ni perempuan! Tinggal digorok
aja kaya’nya yah, pemirsah!
Yah,
dibalik kejadian ini semua, yang perlu diambil hikmahnya banyak banget. Nggak
heran sih saya, kalo orang berani nyupir tanpa SIM. Di Indonesia ini, Polisi
gampang banget dikadalin sama orang-orang yang nggak taat sama aturan. Orang
bisa seenaknya bawa kendaraan tanpa SIM. Secara juga bikin SIM gampang banget
kok prosedurnya (baca : asal ada uang). Yups, untuk bisa dapet SIM A aja, cukup
membayar ‘paket hemat’ di Ditlantas (kalo warga KTP DKI Jakarta, di Daan Mogot tuh markasnya) sebesar Rp 500,000. Itu udah ngga pake
ujian praktek. Ujian tertulis pun hanya formalitas. Test kesehatan, cingcai! Nggak heran, siapa aja yang
punya duit, mau nyupir, bisa dapet SIM kok. Nggak penting tuh, tau aturan lalu
lintas, etika berkendara, tehnik mengemudi. As long as you have money, you get
the license then. Nggak heran juga, kalo yang punya kenalan aparat di sana,
bisa aja langsung dapet juga. Hahaha, Endosyah gitu lho! Nggak punya SIM, bawa
mobil/motor, kena razia, bayar Rp 50,000 juga bisa lepas kok. Makanya, kalo mau
pergi, bawa kendaraan tapi nggak punya SIM, siap-siap bawa duit banyak yah.
Kalo ketilang, tinggal selipin uang yang kita punya.
Jauh,
jauh berbeda dengan cara yang bapak saya ajarkan kepada saya. Untuk mendapatkan
SIM A, saya punya banyak prosedur untuk dilalui. Didikan kemiliteran yang
melekat pada bapak saya, diterapkan ke semua anak-anaknya yang cewe dan yang
cowok. Mau punya SIM? Harus sudah punya KTP dulu, berarti usia sudah mencukupi.
Setelah punya KTP, harus belajar setir mobil dulu. Kursus, ya booow. Tuh, kalo
nggak Hutomus Yokonsa, Ulisa, dan Persemija. Dua nama tempat kursus mobil itu tahun 1995-2000
cukup ternama. Laris manis (kalo sekarang kayanya pamornya udah turun, secara banyak yang nyupir matic langsung gas). Udah selesai kursus, baru deh ambil SIM. Jadi nggak
ujug-ujug pegang setir tuh eike. Hadeuh... Hasilnya? Yah, beda banget lah, sama
supir-supir dadakan yang ujug-ujug pegang mobil dengan modal nekat dan modal pede. Yang nggak
tau etika, yang nggak tau aturan, yang nggak bisa perhitungan dengan
kendaraannya.
Nggak
heran lagi (babak kedua), harga mobil di Indonesia yang cukup mahal, tapi orang
pada nekat mau beli mobil. Cicil dan credit dan leasing dan apapun namanya,
sangat mempermulus untuk punya mobil. Yah, ngga salah juga sih, kondisi kendaraan
umum di Indonesia itu sangat tidak nyaman, makanya orang pada bela-belain punya
mobil. Demi kenyamanan semata (atau bahkan juga cenderung diiringi gengsi). Mau
cash atau credit, yang penting punya mobil deh yah! Akhirnya apa? Banyak orang-orang yang
punya mobil mendadak (gimana ngga mendadak, dengan Down Payment Rp 10juta bisa bawa
pulang mobil?), bisa nyupir mendadak (iya lah, kan sekarang banyak mobil dengan
automatic transmission yang tinggal injek rem sama gas, gak perlu takut mati di
tanjakan karena harus ngimbangin kopling dan gas), akhirnya nggak punya etika
di jalan. Malay bener nih urusan sama orang yang begini. Aseli 200%.
Yah, maaf
nih (babak ketiga), mobil Avanza dan Xenia itu kan mobil sejuta umat yah. Which
is, mobil yang cukup terjangkau di kantong dan muat untuk orang banyak. Jadi kalo kata mas saya, “Mid low class vehicle dengan supir mid low attitude”. Hahahaha... Maaf ya
buat yang kurang berkenan. Saya nggak pukul rata kepada semua orang yang punya
mobil Avanza dan Xenia seperti itu, lho... Tapi ya emang kalo saya di jalan, sering
banget tuh nemuin supir mobil Avanza dan Xenia yang ngga tau aturan. Motong
jalan lah, seradak seruduk lah, pokoknya nggak banget lah! Eh, sekali lagi yah,
nggak semua lho, mobil Avanza dan Xenia kaya’ begitu. No argue for this point please, as written previously "nggak semua".
So
readers, jika anda salah satu pengendara yang termasuk ke dalam golongan
menjadi supir mendadak, cobalah untuk pahami dengan benar aturan, rambu, etika,
sopan santun dan tehnik mengendarai mobil. Tidak ada kata terlambat untuk belajar yang baik. Mobil yang anda kendalikan itu punya
nyawa, sama seperti anda juga yang bernyawa. Apalagi kalo udah turun ke jalan,
maka anda (baca : supir) akan berurusan dengan nyawa orang lain. Kalo yang
celaka anda sendiri karena kecerobohan anda, saya dapat memakluminya. Tapi kalo
orang lain yang tidak bersalah dan tidak berdosa menjadi korban anda,
sungguh... ter-la-lu!
Last
but not least, buat semua yang menjadi supir, mohon berhati-hati. Kenali
kendaraan anda, jalan yang anda lalui, dan emosi diri anda sendiri!