4.22.2016

TOTAL HIP REPLACEMENT (2)

Yuk akh lanjut... mari bercerita lagi mengenai operasi ibu, ganti tulang bonggol paha kemarin itu. Cerita bagian 1 nya boleh ceki-ceki disini ya.... Udah berlalu hampir 1 bulan lamanya, tapi masih inget kok langkah-langkah yang ditempuh untuk operasi Total Hip Replacement (THR). Pastinya juga nggak akan terlupakan kok, secara ini bukan operasi yang kecil untuk skala pemikiran saya. Emang banget, waktu yang berjalan itu juga udah cukup membuat saya dan keluarga inti saya dag dig dug ser ser ser...

Setelah ketiga dokter yang kami kunjungi merekomendasikan ibu untuk dilakukan operasi penggantian tulang bonggol paha, setelah sampai 7 bulan lamanya (macam orang hamil aja pakai nujuh bulan), akhirnya keluarga inti kami siap untuk melaksanakan operasi. Jujur aja emang, biaya yang dipergunakan untuk melakukan operasi bukan jumlah yang kecil. Tapi yang namanya buat kesehatan, buat kesembuhan, pasti ada jalannya dari Allah... (aamiin). Beberapa kerabat memang menyarankan kami untuk mencoba menggunakan BPJS, karena Bapak /Ibu kan anggota Askes yang mana daripada Askes sekarang dilebur ke BPJS. Dari dulu awalnya Asabri, Askes, dan kemudian dilebur menjadi BPJS sekarang kan ya?

Sempat banget memikirkan untuk menggunakan BPJS, karena selama ini Bapak bekerja, walaupun sekarang sudah pensiun, tapi selama beliau bekerja, iuran untuk Askes tetap ada. Nah, begitu lihat lagi ke kenyataan, betapa saat ini aplikasi di lapangan untuk penggunaan BPJS masih belum semudah membalikkan telapak tangan, maka keluarga inti kami mengurungkan niat untuk menggunakan BPJS. True story niy... ayah temen saya pun ada yang harus menjalani operasi penggantian tulang dengkul dan menggunakan BPJS. Hal yang terjadi adalah, pagi-pagi sebelum adzan subuh berkumandang, dirinya sudah harus siap untuk antri ambil nomor antrian di RS. Houbaaah... mau jam berapa dari rumah...? Ya Allah... Bismillah ya... nggak pakai BPJS.

Langkah berikutnya adalah kita menentukan Rumah Sakit mana dan dokter yang akan kita pilih. Semua dokter Orthopedi yang pernah kunjungi, adalah dokter yang baik, dokter yang hebat, dokter yang punya nama, dokter papan atas... Beneran lah... alhamdulillah ya... dikasih rejeki untuk ketemu dengan beliau-beliau. Justru sekarang kita sendiri yang bingung, mau ke RS dan dokter yang mana? Hahahahaa... yang ini jangan ditiru deh ya pemirsa... ini macam orang pacaran, punya 2 atau 3 orang pacar, terus semuanya baik, semuanya oke, bingung mau dinikahin sama yang mana? Hayaaaah... Akhirnya pun saya kembali konsultasi dengan seorang dokter yang kebetulan sahabat sendiri. Sarannya, cari RS yang fasilitasnya paling lengkap. 

Okey, PR selanjutnya setelah memutuskan untuk operasi, adalah memilih RS-nya. Untuk dokter, kami udah nggak milah milih lagi, secara dokternya semua oke punya. Faktor yang kami pertimbangkan untuk RS adalah fasilitas RS-nya lengkap dan bagus, RS-nya dekat dari rumah, dan RS-nya nggak yang mahal-mahal banget yaaa.... ahahahah... karena urusan celengan pasti nggak bisa bohong. Sebisa mungkin yang paling murah, tapi sebisa mungkin yang paling bagus. Bukan kah begitu, pemirsa? Ahahahaha... 

Dari segala faktor yang perlu dipertimbangkan, kita sangat memprioritaskan jarak RS dengan rumah bapak ibu yang terdekat, yaitu di RS Pondok Indah - Puri. Paling dekat dibanding dengan RS yang lainnya, yaitu RS Medistra dan RS PAD Gatot Subroto. Jarak dari rumah hanya sekitar 6 km saja kok, jadi waktu tempuh untuk bolak balik RS nggak terlalu lama juga harusnya. Kebayang kan kalo harus habis waktu di jalan karena macet? Nggak banget deh. Capek badan, nguras kantong buat beli bensin dan pastinya habis waktu. Bungkus : RS Pondok Indah Puri yang mana dengan dr. Muki Partono, SpOT ya.... 

Okey, akhirnya kami datang lagi ke dr. Muki untuk konsultasi final sebelum operasi. Ibu nggak ikut ke RS, udah males dan yang pastinya memang sakit untuk berjalan. Alhamdulillah, dokter mengijinkan untuk konsultasi tanpa pasien, modalnya pun hasil rontgen terakhir yang kita kunjungan ke beliau. Thanks, dok! Dokter pun langsung kasih rujukan atau rekomendasi tercatat untuk tindakan-tindakan yang akan dilakukan oleh Ibu. Hahaha... pastinya akan terkait dengan biaya, yaaaaa.... Syukur alhamdulillah juga, jadwalnya bisa langsung dapet dari dokter. "Next week, ya... Rabu...", demikian kata pak dokter. 

Ibu diminta masuk RS pada hari Selasa, karena Rabu akan dilakukan tindakan operasinya. Di hari Selasa itu, Ibu harus konsultasi dengan dokter internis, dokter jantung, dan dokter anastesi. Pemeriksanaan yang dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap (atas permintaan dokter internis), pemeriksaan jantung dengan EKG (atas permintaan dokter jantung), dan dokter anastesi nggak ada periksa apa-apa selain periksa kondisi ibu tanpa ada laboraturium atau radiologi. Oh iya, ada periksa kondisi paru -paru ibu aja, dengan foto thorax. Alhamdulillah, semua pemeriksaan lancar dan hasilnya juga bagus... Makanya dr. Muki langsung kasih green light untuk operasi besok harinya. bismillah ya Allah, mudah-mudah semuanya berjalan dengan lancarnya.

Hari yang ditunggu pun tiba. Karena operasinya di siang hari, maka ibu diwajibkan berpuasa dari pagi hari. Sesuai dengan jadwal yang diberikan oleh dr. Muki, Ibu akan dipindah ke ruang operasi sekitar pk 13.00. Pk 13.00, ibu dipindah ke ruang operasi di lantai 3, dari ruang perawatan di lantai 6. Sebelum masuk ruang operasi yang beneran (macam studio operasi), ibu harus nunggu terlebih dahulu di ruang transisi. Di ruang ini, kami sebagai keluarga masih bisa nungguin ibu. Ini ruang setengah operasi kayaknya. Macam ruang tunggu. Tapi yang nunggu cuma ibu sendiri aja. Tepat pkl 1400, ibu sudah dipersilahkan masuk ruang operasi yang benerannya. kita keluarga udah nggak boleh nungguin lagi, udah harus keluar. Baiklah bu..., semoga lancar ya bu...

Saat operasi berjalan, kami pihak keluarga wajib nunggu di ruang tunggu operasi yang tempatnya di depan ruang operasi. Kalau kata mba suster, in case ada informasi yang perlu disampaikan ke keluarga, maka bisa cepat nyarinya. Well noted lah sus... ada yang jaga kok, tenang aja... Hingga pkl 17.20, akhirnya suster dan dokter manggil kita. Menginformasikan kalau operasi berjalan dengan lancar, ibu masih dalam keadaan tidur karena walau bius lokal, ibu dikasih obat tidur. Alhamdulillah ya Allah, operasi ibu berjalan dengan lancarnya. Sambil menunggu ibu diobservasi setelah operasi, ibu harus masuk ke ruang pemulihan 2 yang nantinya akan dilanjut ke ruang pemulihan 1. Ini hanya untuk memantau kondisi ibu. Jika aman jaya lancar, bisa langsung dipindahkan ke kamar perawatan lagi ya. Ahahahahah... ya, namanya juga baru banget abis operasi ya.... Tapi yang jelas, ibu udah laper banget, karena puasa dari pagi, trus pasca operasi belum bisa langsung makan karena masih ada rasa mual-nya. Minum air putih pun hanya seteguk aja... Sabar ya bu... hopes everything will be okey soon... emang proses yang harus dijalanin. Oia, malam itu juga, setelah operasi Ibu, kondisi tulang yang diganti, langsung difoto rontgen.

Lihat kan ya... ada sekrup... tuh sisi sisi sebelah kanan

Pasca operasi 3 hari, ibu diperbolehkan untuk berjalan. Atas instruksi dr. Muki, ibu dilatih berjalan. Untung dari rumah udah disiapin walker yang dulu dibeli pas operasi bapak. Udah 8 tahun umurnya walker itu. Hari ke 4 pasca operasi, dr. Muki kasih green light untuk pulang. Alhamdulillah, kondisi ibu memang baik, makanya dokter kasih pulang ke rumah. yeheee... Well done, operasi selesai, kita pulang ke rumah, bu... bismillah ya, semoga udah nggak sakit-sakit lagi kakinya. Pemulihan, menurut dr. Muki bisa sampai 6 bulan lagi baru lepas tongkat. Mudah-mudahan semua sesuai schedule ya... 

4.07.2016

TOTAL HIP REPLACEMENT

Judul postingan yang agak sulit dimengerti buat saya. Berbahasa Inggris, yang artinya penggantian total paha kalau saya nggak salah ngartiin. Nah, iya banget... paha diganti. Tulang paha tepatnya, dan itu pun hanya bonggolnya saja, sendi di paha. Agak ngilu emang mendengarnya, tapi begitulah keadaannya. Kejadian ini yang terjadi dengan ibu saya. Kondisi tulang paha-nya semenjak September 2015, menjadi tidak sempurna lagi. Ibu susah berjalan semenjak September 2015. Dari yang normal bisa berjalan, kemudian harus dibantu dengan tongkat, dan akhirnya sangat susah sekali berjalan. Sakit, ngilu, nyeri, itu yang dirasakan oleh Ibu.

Sakit di bulan September 2015, Ibu berobat ke dokter spesialis syaraf di RS Pondok Indah - Puri. Bertemu dengan dokter cantik dan baik hati, ibu sempat divonis seperti cedera otot. Sehingga perlu akhirnya di rontgen, dan di rujuk ke dokter Fisioterapi. Dokter fisioterapi menyarankan untuk melakukan beberapa terapi di rumah sakit, yang kemudian juga dilanjutkan dengan mencoba terapi alami, yaitu jalan di air. Jadilah ibu, selama 2 bulan itu terapi dan berjalan di air. Namanya juga semangat mau sembuh, ya apapun dilakukan. Alhamdulillah, masih sangat bersyukur, ada kolam renang deket sama rumah, cukup 5 menit naek mobil udah sampe...

Terapi di RS sudah, terapi renang juga sudah... tapi kondisi masih begitu juga... tidak ada perubahan sama sekali. Kalau kata ibu, sama sekali nggak ada perbaikan, malah kok makin sakit ya... Walaaah...

Ibu saya kemudian kembali dibawa ke dokter. Kali ini Ibu dibawa ke dokter ahli tulang dan bedah (apa bedah tulang, ya?), ke salah satu dokter Orthopedi nan masyhur di RS swasta daerah Pancoran. Kebetulan memang Bapak pernah ke beliau waktu dulu ada permasalahan dengan tulang belakang bapak yang sedikit bergeser. Alhamdulillah, waktu itu Bapak nggak perlu dioperasi untuk mengatas pergeseran tulang belakang. Cukup dengan terapi obat dan berjalan di air (dengan metode yang sama untuk Ibu), dan bapak bisa kembali berangsur pulih. Dokter di RS ini memang cukup senior, dan jam terbangnya tak diragukan lagi.

Setelah bertemu dengan dokter orthopedi di RS daerah Pancoran ini, dengan melihat kondisi ibu dan foto keadaan tulang paha Ibu, maka sang dokter menyarankan Ibu untuk dilakukan operasi. Intinya bentunk tulang bonggol paha Ibu, sudah tidak sempurna. Makanya harus diganti. Hmmm, kok dengernya ngilu banget ya. Tulang mau diganti. Ini pasti penyakit bukan sembarang penyakit. Pemikiran saya, kalau dokter senior ini sudah bilang untuk dilakukan tindakan, apalagi dokter yang lain ya... Pasti 2 kali lipat merekomendasikan untuk dilakukan operasi-nya. Oleh-oleh buat Ibu dari dokter ya cuma penghilang rasa sakit saja. Tapi nggak menyembuhkan.

Oktober 2015 akhir, Ibu minta untuk dicarikan second opinion. Ya masih berusaha untuk mencari solusi yang tidak melakukan operasi. Maklum, kami sekeluarga cukup shock ketika Ibu diminta dokter untuk melakukan operasi. Ya faktor umur, faktor minim pengalaman, faktor lainnya yang bikin kami sekeluarga cukup merasa "down". Jujur saja, kami sekeluarga memang agak ngeri kalau sudah dengar yang namanya harus operasi, walaupun mungkin kategori operasi yang dilakukan adalah operasi yang tidak besar, tetep aja namanya operasi. E tapi ya kan, ngebaca penyakit nyokap ini, bukan operasi yang kecil sepertinya.

Ibu akhirnya memutuskan untuk ke dokter (yang lain lagi) di akhir Oktober 2015. Pilihan Ibu adalah, dokter yang praktek-nya dekat dari rumah, soalnya biar bolak balik ke RS nggak jauh, nggak macet. Emang iya, secara kondisi ibu berjalan ya sudah susah. Saya pun browsing, dan menemukan dr. Muki Partono, SpOT di RS Pondok Indah - Puri. Bungkus aja, siap-siap ketemuan konsultasi dengan beliau. Mungkin masih ada jalan untuk tidak operasi. Eh tapi malah nyatanya ya sama aja. Operasi, begitu saran dr. Muki. Huaaaah, rasanya antara percaya nggak percaya (walau bukan lain dunia), menerima nasib kondisi ibu yang demikian harus di operasi.

Udah 2-0 skor nya untuk operasi. Coba aja lagi cari third opinion kalau begitu, mungkin masih ada yang bisa mengembalikan kondisi ibu, tanpa harus operasi. Akhirnya, kita dikasih informasi bahwa di RSPAD Gatot Subroto ada tehnik laser untuk penyembuhan pengapuran. Dikasih juga referensi dokter ahli tulang-nya. Nggak main-main, dikasih dokter ahli tulang yang punya jabatan di salah satu organisasi dokter tulang se-Indonesia. Kita akhirnya pergi ke RSPAD, ketemua beliau, tanpa kehadiran Ibu dan membawa hasil rontgen terakhir saja. Dijelaskan ina inu anu ini, akhirnya dokter juga memutuskan untuk dilakukan operasi. Oh well done, pemirsa. Operasi.

Itu tulang yang rusak (ilustrasi dari sini)

Tulisan lanjutannya ke episode 2 ya... 

KURIKULUM SD KINI... JAHARA DEH...

Buat ibu-ibu yang selalu mendampingi anak-anaknya belajar, pasti paham banget kalau materi pelajaran sekarang ini berat sekali. Ehm, apa ja...

Popular Post