6.23.2016

SEDIAKAN PAYUNG SEBELUM HUJAN - UNTUK KULIT ANAK

Narfa dan Lactacyd Baby

Orang tua mana yang tidak bahagia ketika menyambut kedatangan adik bayi? Buah hati yang dinanti pasti disambut dengan riang gembira oleh seluruh keluarga. Seperti saya dan suami beserta kedua anak kami yang sangat berbahagia menyambut kedatangan adik bayi pada tanggal 14 Mei 2016 kemarin ini. Berbagai persiapan menyambut kedatangan adik bayi pun dilakukan. Masing-masing anggota keluarga sudah mempunyai tugas dalam mempersiapkan kebutuhan adik bayi. Sang bapak mempersiapkan dana untuk lahiran dan dana untuk membeli kebutuhan adik bayi (hahaha... untuk urusan sumber dana dan sumber keuangan, sudah pasti urusan bapak). Sang ibu pastinya bertugas untuk membalanjakan kebutuhan adik bayi yang harus dibeli (nah, urusan belanja sudah pastinya urusan ibu-ibu). Sementara kakak-kakak adik bayi mempersiapkan mental menjadi kakak... 

Seperti pada kedua anak sebelumnya, saya selalu mempersiapkan semua kebutuhan bayi yang akan digunakan setelah adik bayi lahir ke dunia. Prioritas pertama, pastinya memastikan barang-barang yang akan dipakai untuk adik bayi sesaat setelah lahir berikut juga dengan kebutuhan ibu pada saat persalinan di Rumah Sakit. Setelah itu, baru kemudian mempersiapkan kebutuhan adik bayi nanti pada saat sesudah bisa kembali ke rumah. Saya bukan type yang mudah mengingat, terlebih pada kebutuhan yang banyak mempersiapkan kebutuhan bayi, maka dari itu, saya catat semua barang-barang yang harus disiapkan. Berhubung ini merupakan anak ketiga, maka beberapa barang kebutuhan bayi yang masih ada, saya catat. Gunanya? Biar tidak perlu lagi membeli yang sudah ada. Beli saja yang belum ada. Penghematan sebagian dari pelit, pemirsa... ya... namanya juga Ibu-ibu. (*nyengir).



Pengalaman adalah guru yang terbaik... ~ unknown



Kulit anak saya bisa memerah...

Waktu melihat kulit bayi anak saya yang kedua (Nararya) yang lahir pada September 2014 agak merah-merah, saya mulai was-was. Tapi seperti biasa, pak suami selalu membawa saya ke arah dan jalan yang tenang - biar balance ; satu panik, satu tenang. Menunggu penjelasan dokter anak saja. Begitu jam kunjungan dokter anak Nararya, langsung lapor, kalau kulit Nararya memerah. Bu dokter memeriksa, dan memberikan penjelasan kalau memang kulit bayi baru lahir pasti sensitif. Beliau langsung menginstruksikan ke suster dan saya untuk memberikan Lactacyd Baby. Kata bu dokter, sabun bayi yang biasa untuk tidak diberikan dulu ke adik bayi. Siaaap, bu dokter. Ternyata, setelah dua kali mandi pagi dan 2 kali mandi sore menggunakan Lactacyd Baby, badan Nararya sudah tidak memerah lagi. Horeee...


Penyebab kulit anak saya memerah...

Sebagai orang tua yang baik hati dan tidak sombong serta rendah hati... hahaha (asli nggak nyambung), saya menanyakan ke bu dokter, mengapa anak saya yang kedua kulitnya bisa memerah seperti itu, sementara anak pertama saya tidak. Bu dokter memberikan penjelasan singkat, bahwa penyebab kulit bayi yang baru lahir bisa memerah karena:
  1. Ada faktor keturunan dari orang tua yang mempunyai kulit sensitif
  2. Ada kemungkin faktor cuaca yang tidak cocok dengan bayi.
  3. Ada kemungkinan dari air yang digunakan saat mandi tidak cocok
  4. Ada kemungkinan sabun yang digunakan bayi tidak cocok dengan kulit bayi
  5. Ada kemungkinan dari bahan baju yang digunakan tidak sesuai dengan kulit bayi
Kemungkinan kulit Nararya memerah karena sabun bayi yang digunakan saat itu tidak cocok. Tapi jujur saja, kulit ibunya anak-anak ini (yaitu saya sendiri maksudnya), memang sangat sensitif. Jadi mohon maaf ya nak, jika ibumu ini mewariskan satu hal yang bisa membuat kulitmu memerah tadi. Tapi syukurlah, dengan Lactacyd Baby, kulit Nararya bisa hilang merah-merahnya. Penyebab kulit memerah, jika dikarenakan poin 1 dan poin 2 di atas, sepertinya agak sulit menghindarinya, tapi untuk poin 3 sampai poin 5, kita bisa menghindarinya. Bagaimana caranya, menghindari kulit memerah karena faktor keturunan dan faktor cuaca? Rasanya sulit sekali...


Persiapan Baby Narfa di awal Mei 2016...

Ada yang berbeda pada persiapan beli-beli kebutuhan adik bayi kali ini. Iya, saya mencatat salah satu kebutuhan adik bayi yang harus dibeli adalah Lactacyd Baby. Jujur saja, pada persiapan persalinan di kedua anak sebelumnya, saya tidak mempersiapkan Lactacyd Baby di list belanja kebutuhan bayi. Anak pertama saya, setelah lahir tidak bermasalah dengan kulitnya. Makanya di anak kedua saya santai saja. Ternyata, anak kedua saya kulitnya sensitif sehingga memerah. Paham banget deh ya sama pepatah yang bilang, "Sedia payung sebelum hujan..." Nah itulah saya, menyediakan Lactacyd Baby buat anak ketiga sebelum disuruh bu dokter.

Menyambut kedatangan adik bayi kali ini, saya pastikan Lactacyd Baby sudah tersedia di tas yang akan saya bawa untuk persalinan. Saya memilih untuk menggunakan Lactacyd Baby untuk mencegah ketidakinginan yang dapat terjadi pada kulit anak saya nantinya, seperti anak kami kedua yang sebelumnya. Sungguh rasa tak tega melihat buah hati yang baru lahir beberapa saat ke dunia, yang harusnya orang tuanya senang, tapi agak sedikit meringis karena lihat adik bayi kulit memerah. Alhamdulillah, produk Lactacyd Baby mudah dicari di mana saja, kebetulan saya mendapatkannya di apotiek dekat rumah. Produk mudah dicari dan harganya pun sangat terjangkau. Lengkap sudah, kebutuhan untuk dibawa saat persalinan nanti. Adik bayi in shaa Allah tidak memerah lagi ya kulitnya. Bayi senang, ibu tenang... 

List Persiapan Belanja Kebutuhan Baby - Lactacyd Baby


Baby Narfa lahir dan Lactacyd Baby...

Alhamdulillah, tepat tanggal 14 Mei 2016, pkl 02.15 dinihari, putra kami yang kedua, anak ketiga lahir ke dunia. Walaupun melahirkan di ruang UGD karena ruang persalinan penuh, baby Narfa dan saya sehat semua - yeeeah, kita berhasil, nak! Hihihi, melahirkan di UGD Rumah Sakit pun pengalaman pertama buat saya. Narfa lahir dengan berat 2900 gram dan panjang 50cm. Setelah semua proses persalinan, proses Inisiasi Menyusui Dini, dan masa observasi pos partum, kami bersiap pindah ke ruang perawatan. Lega sekali rasanya, setelah melalui proses persalinan sekitar 2 jam 30 menit ini ditambah masa observasi 2 jam. Begitu tiba di ruang perawatan ini, saya mulai bisa menyusui Narfa dan bisa melihat Narfa mandi. Saya sudah menyiapkan Lactacyd Baby dan mulai menggunakannya. Antisipasi kulit memerah seperti sang kakak terdahulu.

Selamat datang Baby Narfa...


Lactacyd Baby itu...

Saya jadi penasaran, apa sebenernya Lactacyd Baby itu? Produk yang bisa dihandalkan untuk mengamankan kulit anak saya, bahkan anak bayi yang baru lahir ini. Nah, ini ternyata bahan yang ada pada Lactacyd Baby; Aqua, TEA-lauryl sulfate and Ammonium lauryl sulfate, Ethyleneglycol stearate, Diethyleneglycol stearate, Hydrogenated peanut oil, Lactic Acid dan Lactoserum, Ethylhydroxyethylcellulose, Natural orange flavour, Sodium methyl paraben, Sodium hydroxide, Cholesterol, Phoshoric acid. Ternyata banyak juga ya, kandungan yang ada pada Lactacyd Baby. Banyak kandungannya, ternyata sangat bermanfaat untuk bayi saya yang baru lahir. Nah, Lactacyd Baby ini mengandung susu lho... Ternyata Lactacyd Baby kan bukan hanya untuk mengatasi kulit sensitif seperti anak saya, tapi juga bisa mengatasi ruam-ruam (paling sering siy ruam popok) dan mengatasi biang keringat pada kulit bayi. 

Lactacyd Baby siap sedia

Komposisi, Fungsi, Cara Pemakaian, Tanggal Kadaluarsa


Bagaimana pakai Lactacyd Baby...

Cara pakai Lactacyd Baby ternyata juga mudah sekali. Sambil tutup mata nyiapinnya juga bisa lho... Tinggal tuang 3 atau 4 sendok teh cairan Lactacyd Baby ke dalam bak mandi si anak. Karena anak saya masih bayi banget, jadi saya ya mencampurnya ke dalam bak mandi berisikan air hangat alias air hangat suam suam kuku. Iya, bayi Narfa ketika mandi dengan air hangat langsung anteng padahal sebelumnya menangis. Mungkin karena air yang hangat sama seperti waktu di dalam perut ibu waktu belum lahir. Eh tapi ternyata, Lactacyd Baby ini bisa digunakan dengan berbagai macam cara lho. Pertama dengan cara yang seperti saya tadi, campurkan Lactacyd Baby ke dalam air di bak mandi bayi. Yang kedua yaitu dengan cara seperti menggunakan sabun cair sebagaimana biasanya kepada tubuh sang anak. Untuk saya, saya lebih memilih kepada cara pertama.

Cara menggunakan Lactacyd Baby (Sumber gambar : FB Lactacyd Baby)



Menggunakan Lactacyd Baby Ketika...

Nah, buat buk ibuk dan pak bapak, siapkan ya, Lactacyd Baby untuk buah hati anda. Ini bermanfaat sekali sangat. Kita nggak tau, anak kita punya masalah kulit apa, makanya lebih baik berjaga-jaga. Karena pepatah "sedia payung sebelum hujan" itu benar sekali adanya. Dulu pernah dikasih tahu oleh bu dokter, kalau kulit bayi anak bisa sensitif karena beberapa faktor, seperti cuaca, keturunan (kayaknya kalau anak saya karena menurun dari saya yang memang punya kulit rada sensitif - ya untung aja kulit yang sensitif, coba kalau perasaan *eeeaa), air susu ibunya, sama apalagi ya, lupaaaa. Siapkan saja Lactacyd Baby. Mudah didapatkan, kalau mau pergi-pergi untuk dibawa, tinggal beli yang kemasan kecilnya saja (60 ml), karena untuk kemasan yang besar bisa untuk dipakai di rumah (150 ml dan 230 ml).

Ayooo..., kita gunakan Lactacyd Baby untuk buah hati kesayangan kita, seperti bayi yang satu ini juga mandi dengan Lactacyd Baby... Lactacyd Baby buat kulit anak yang bermasalah maupun pencegahan ya... 



Penasaran dan mau tau lebih banyak tentang Lactacyd Baby? Like aja Fanpage Lactacyd Baby di Facebook. Ada banyak informasi tentang Lactacyd Baby disana, berikut tentang seluk beluk kulit perbayian. Kulit orang dewasa aja ada yang sensitif ya, apalagi kulit bayi yang baru lahir, pasti lebih sensitif lagi deh ya...


Tulisan ini diikutsertakan dalam #LactacydBaby Blog Competition

6.18.2016

SIAP BENERAN JADI IBU? SIAP SIAP INI...

Belum sempat jalan-jalan kemana-mana...
Belum bisa pergi kemana-mana...
Tandanya... Tandanya saya cuma bisa menulis apa yang saya alami di rumah...

Menjadi seorang ibu, tentu nggak mudah. Dari mulai awal hamil, sudah harus banyak yang dipelajari. Dari awal mulai hamil, sudah mulai merasakan hal-hal yang sedikit mengurangi kenyamanan. Mengurangi kenyamanan bukan berarti nggak enak ya, bukan berarti sulit juga, dan bukan berarti nyusahin. Namanya juga ada perubahan dalam tubuh, ada yang berbeda, ada mahluk ajaib di dalam tubuh kita. Semuanya butuh penyesuaian dan setiap (calon) ibu bisa saja mengalami hal yang berbeda-beda. Sejauh kita bisa menikmati keadaan dan kondisi tersebut, saya yakin nggak ada masalah. Semuanya will be okay, kan? Saya sih yes... nggak tau mas Anang... - weeewww...

Melahirkan putri sekali dan melahirkan putra dua kali, saya mau berbagi pengalaman apa yang saya rasakan setelah melahirkan. Dari ketiga anak, kondisinya memang tidak sama persis, tapi ada beberapa hal yang kurang lebih sama adanya. Anak pertama dan kedua saya lahir dalam kondisi saya harus kembali bekerja di tiga bulan kedepannya - masih kerja di kantoran full time, sementara anak ketiga saya lahir dalam keadaan saya sudah tidak lagi bekerja full time. Anak pertama dan kedua saya lahir dalam kondisi ibu mertua saya ada dan ibu saya sehat bugar, sementara anak ketiga saya lahir dalam kondisi ibu mertua saya yang sudah tidak ada dan ibu saya sendiri dalam kondisi pasca operasi tulang bonggol paha (sedih banget deh...).

bla bla bla... (ambil gambar dari sini)
Setelah melahirkan, setelah sang buah hati keluar melihat dunia... maka ini yang saya rasakan lho...

1 - Manfaatkanlah waktu senang-senang waktu di RS

Baru banget melahirkan? Abis dari ruang persalinan masuk ke kamar perawatan, kan? Nah, puas-puasin deh seneng-seneng di kamar perawatan ini. Leyeh-leyeh, santai-santai, ngapain kek... Selama di kamar perawatan ini, anda hanya disibukkan dengan mengurus bayi saja. Bayi baru lahir pun, lebih banyak jam tidurnya daripada jam meleknya. Di kamar perawatan ini, makanan datang sesuai jadwal tanpa kita harus mikir mau belanja bahan makanan apa, masak apa dan siapa yang masak. Di ruang perawatan ini, kita nggak perlu mikirin yang beresin kamar siapa, karena ada petugas yang bersihin. Kita tinggal duduk cantik aja lah, selama di kamar perawatan.


2 - Kehadiran Ibu mertua dan/atau Ibu kandung itu perlu

Setelah melahirkan, apalagi kalau kita merupakan orang tua baru alias melahirkan anak pertama, percayalah bahwa kehadiran orang tua kita itu sangat membantu kita. Hal yang saya rasakan adalah membantu dalam hal supportnya, mulai dari support doa, semangat, ilmu, dan sampai kepada support tenaga. Menjadi ibu baru, masih perlu banyak ilmu mengasuh anak bayi baru lahir. Ini nggak mudah, secara badan kita pasti cukup lelah setelah melakukan proses lahiran. Mau lahir secara spontan maupun sectio, pasti sama-sama teleeer... Maka, usahakan jika Ibu kita masih ada, yuk undang ke rumah kita.


3 - Jika memungkinkan ada Asisten Rumah Tangga (ART)

Menemukan seorang ART di jaman sekarang ini, sudah menjadi rahasia umum kalau ini bukan perkara mudah - semua pengguna ART pasti tau alasannya. Tapi setelah saya melahirkan, kondisi badan yang tidak prima, belum lagi urusan pengurusan bayi baru banget lahir yang jam tidurnya sesuka hatinya, maka mintalah bantuan kepada ART untuk mengurusi sebagian tugas bersih-bersih dan masak-masak di rumah. Beneran ya, berat sungguh kalau harus urus bayi juga plus harus urus rumah (mulai dari bebersih, cuci setrika dan masak). Bisa sih, bisa gempooor. Manusia nggak ada yang sempurna, daripada pingsan, mending minta bantuan ART. 


4 - Persiapan ASI perah itu penting

Waktu melahirkan anak pertama dan kedua, saya masih bekerja sebagai karyawan penuh waktu. Masa cuti persalinan tiga bulan (saja). Maka hal yang perlu dipersiapkan adalah menabung ASI perah. Kerja keras lah pokoknya nabung ASI, biar nggak kejar tayang nantinya. Sekarang, melahirkan anak ketiga, saya sudah tidak bekerja full time lagi, tapi saya tetap perah ASI in case adik bayi harus saya tinggal, sudah punya tabungan ASI. Tapi kali ini nggak perlu seperti kerja keras anak pertama dan kedua. Saya yakin bahwa kebutuhan ASI bagi tiap-tiap anak itu cukup dan menyesuaikan dengan kebutuhan anak. 


5 - Menjadikan suami sebagai sahabat

Beneran, setelah menjadi seorang Ibu, banyak hal baru yang pastinya akan kita alami. Walaupun itu sudah anak ketiga, saya tetap saja punya pengalaman baru. Mungkin ada yang bilang, "udah anak ketiga, masih kayak baru pertama ngelahirin aja?" Jangan salah, setiap anak itu unik, maka setiap pasca melahirkan kita pun pasti punya kondisi yang berbeda. Yang sama persis adalah capeknya, tenaga yang terkuras. Dalam kondisi kita yang seperti ini, saya selalu berkeluh kesah dengan pak suami. Ya iyalah, mau cerita dengan siapa lagi? Tapi itu hal yang wajar kok. Lebih baik meluapkan, daripada disimpen sendiri, nanti tiba-tiba meledak. 


6 - Melakukan belanja bulanan via online

Nah, ini yang nggak bisa ditinggalin juga. Penting banget soalnya. Belanja bulanan, kadang nggak bisa minta tolong ke orang lain, saya punya gaya belanja bulanan sendiri. Minta tolong ke pak suami, walaupun sudah dikasih list-nya, tetap aja beda (terbukti). Sekarang, bersyukur sudah banyak toko online ya, bahkan hypermarket pun beberapa sudah ada yang punya online-nya. Di saat saya melahirkan anak ketiga ini, belanja bulanan saya beralih ke belanja online. Mudah sangat, banyak pilihannya dan tinggal tunggu di rumah. Siapin aja token dan jumlah yang cukup di rekening kita. hihiii...


7 - Menjaga kondisi tubuh sebaik mungkin

Nggak ada yang nggak capek abis melahirkan. Ngurus anak bayi baru lahir sungguh tak mudah, pemirsaaa. Sungguh aku tidak berdusta. Apalagi ini melahirkan anak ketiga, umur sudah 35 tahun, kondisi badan yang ada bukan makin setrong, tapi makin ompong. Jagalah kondisi tubuh kita, kesehatan diri kita sendiri. Bukan apa-apa, kalau sakit bisa lebih parah lagi. Belum urus bayi, belum urus rumah, belum urus suami, belum urus diri sendiri. Emang bener banget kan, ada yang bilang "Jadi Ibu itu nggak boleh sakit". Yah, baik-baiklah jaga badan. Saya mah minta rekomendasi lah sama pak dokter, vitamin buat jaga kondisi tubuh ini, plus makan buah dan makan yang teratur. 


8 - Menyiapkan mental untuk 40 hari pertama

Ini bukan mitos menurut saya. 40 hari pertama itu emang masa yang cukup rawan buat ibu yang baru melahirkan. Secara bayi masih piyik banget, pasti belum boleh dibawa keluar. Mau dibawa keluar, takut kontaminasi dengan lingkungan luar. Belum lagi kalau ditinggal, nyusunya gimana? Pakai ASI perah ya bisa, tapi bukannya 2 bulan pertama masa yang bagus untuk menyusui langsung? Nah, saya sendiri memilih nggak keluar rumah kalau bukan untuk keperluan yang sangat sangat penting. Jangan tanya, rasanya sangat jenuh nggak keluar rumah untuk senang-senang. Ini bener-bener bikin stress. Mau pergi, ada bayi. Nggak pergi, udah jenuh. Alternatifnya? Silahkan dipilih masing-masing ya. Saya sendiri cuma bisa nulis, main socmed, tidur, ngobrol di Whatsapp, dan berceloteh dengan suami.


9 - Perkaya ilmu merawat anak

Bener deh, selama ada waktu luang pasca lahiran, saya paling seneng membaca. Terutama cara-cara perawatan dan pengasuhan bayi. Sekarang membaca nggak cuma dari buku, banyak situs atau sumber yang bisa dipercaya untuk meningkatkan ilmu perasuhan anak kita. Mulai dari A sampai Z tentang ngurus anak, ada kok. Tinggal kita yang pinter-pinter saring aja. Yang masuk akal, logis, bagus ya inget-inget, sementara yang nggak masuk akal ya monggo dibuang aja. Tapi sebenernya, kalau seneng baca yang lain juga nggak apa-apa. Yang jelas, membaca di sela-sela waktu luang pasca lahiran, membunuh rasa bosan buat saya.


10 - Menyaring masukan-masukan tentang ilmu perawatan bayi

Yang namanya orang abis melahirkan, biasanya dikunjungi sama kerabat. Mau dari temen sekolah, temen kantor, sampe sodara atau tetangga. Kerabat ini ketika mengunjungi kita yang baru saja melahirkan, (alhamdulillah) kadang selain membawa kado buat si kecil, tapi membawa juga wejangan untuk kita. Apalagi kalau kita baru melahirkan anak pertama, ilmu kita pasti dianggap cetek - emang sih, namanya juga pengalaman pertama. Nah, nggak jarang wejangan yang dihadiahi buat kita itu, suka nggak masuk akal. Makanya, saringlah hadiah-hadiah tadi ya, kalau ada yang kurang paham, mending tanya ke dokter aja dah.


11 - Mengeluh? Nggak Berguna

Semua orang juga tau, kondisi setelah melahirkan itu pasti hmmm... iya banget lah pokoknya. Perasaan kita juga campur aduk kacau balau, kan? Ada rasa seneng karena punya mainan baru, rasa ringan karena perut udah nggak bawa gembolan, tapi rasa capek juga ada, plus kadang rasa ketakutan akan kondisi bayi kita. Namanya aja ngurus anak kecil, belum bisa ngomong dia kalau haus, gerah, dingin, nggak enak, nggak nyaman. Emaknya yang harus menerka-nerka. Kadang kondisi campur aduk gini yang bikin kita jadi nggak jelas. Terus, ujung-ujungnya ngeluh, marah, stress. Saya berfikir, ngeluh sama sekali nggak berguna lho. Bawa santai sambil dalam hati komat kamit "nggak ada yang sempurna... nggak ada yang sempurna..."


12 - Mencari alternatif "me time"

Lagi kondisi pasca persalinan, pasti sangat terbatas, Saya sendiri, sangat bersyukur bisa melahirkan dengan spontan partus di ketiga anak saya. Benar adanya, persalinan spontan pemulihannya lebih cepat dibanding sectio. Wong 2 jam post partum boleh jalan kok, kalau nggak ada keluhan. Saya, termasuk yang nakal. Pasca lahiran 7 hari, udah nekat nyupir mobil ke supermarket. Ahahaha, gateeel, pemirsa. Tak apalah, supermarket cuma 5 menit dari rumah, sekedar melepas kejenuhan. Barang yang dibeli juga nggak penting-penting banget kok. Cuma nyupir sebentar, belanja, habis 20 menit, pun cukup sebagai "me time" saya. Ceteeeek.... hahahaha...


13 - Memanfaatkan waktu untuk mendekatkan diri dengan Tuhan 

Nah, ini yang terakhir, beneran banyak manfaatnya. Kondisi ibu setelah melahirkan itu banyak menguras fisik dan psikologis ternyata. Saya setelah lahiran, capek, ngurus bayi dan ngurus semuanya juga, bikin hati berasa nggak karuan. Mau nangis, tapi ternyata hanya bisa membuat sedikit lega, tidak mengubah keadaan sama sekali. Mau marah, malah makin runyam dan sama sekali tidak merubah keadaan, yang ada malah nambah persoalan. Salah satu yang bisa saya lakukan untuk menenangkan hati adalah dengan menyebut asma-Nya, mengingatnya bahwa ini semua adalah titipan dariNya, amanah dariNya, dan saya diberikan ini semua karena saya kuaaaat... Iyaaa, kuaaattt...


Hahahaha, demikian yang bisa saya sampaikan. Nah, ini ya, ada baiknya dipersiapkan dari sebelum melahirkan. Jadi pasca lahiran udah tau harus ngapain aja dan bagaimana... Percayalah, persiapan setelah melahirkan tidak kalah pentingnya dengan persiapan sebelum melahirkan. Kalau pre lahiran lebih persiapan ke fisik, barang untuk bayi dan persiapan setelah melahirkan, persiapan fisik dan non fisik harus dilakukan. 

6.10.2016

DAN LAGI... ASI...


Kembali lagi saya harus ng-ASI... Secara udah lahir si adik bayi, adik Narfa, maka kembali lagi saya ngASI. Anak udah 3, pasti jago ngASI donk ya? Duuuh, jauh deh dari kata jago. Ini aja mulai belajar lagi. Setiap ngASI pasti ya ngilmu lagi dan lagi. Umur yang mulai menua, pelajaran ASI yang terlalu banyak, membuat saya selalu buka primbon ASI lagi ketika lupa. Maklum, pelajaran ASI itu banyak banget. Susah? Nggak juga siyh... Tapi juga nggak mudah-mudah sangat. Tapi demi anak sehat dan mencerdaskan anak bangsa (ceile), makanya saya harus belajar lagi dan lagi... Sebenernya nggak cuma karena yang dikasih ASI bisa mendapatkan asupan yang terbaik, tapi juga sebenernya ASI adalah hemat, pemirsaaa... *ngakak.

Saya kembali ngASI? Iya banget karena semua anak saya sebisa mungkin ng-ASI. Udah banyak cerita dan banyak bukti bahwa ASI adalah asupan yang terbaik buat si bayi. Nggak ada yang bisa ngalahin kandungan gizinya. Dari ujung afrika sampe ujung berung, pasti survey membuktikan ASI adalah yang paling bagus. Ya namapun ciptaan Allah, pasti udah numero uno kan? Masih ada yang mau lawan? Secara juga di dalam Al-Quran sudah terpampang dengan jelas bahwa ibu hendaklah menyusui sampai dua tahun, ada pada QS Al-Baqarah ayat 233, yang isinya... 

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ ۖ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ
"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyusui secara sempurna..."


Tulisan saya ini sebenarnya berawal dari perbincangan ibu yang baru melahirkan di kamar sebelah (barengan sama saya lahiran) yang give-up untuk nyusuin anaknya. Ceritanya, si ibu ini pusing 7 bunderan karena anaknya rewel melulu. Abis melahirkan, ASInya belum banyak, anak rewel, akhirnya panggil suster untuk kasih susu tambahan. Alhamdulillah, bu suster baik hati ngasih tau kalau anak bayi nangis karena ini itu anu, bu suster juga kasih tau kalau ASI emang awal lahiran keluarnya sedikit, bu suster juga kasih tau kalau cara nyusuin yang benar itu gimana. Salut buat bu suster lah...

Tulisan saya ini juga saya tumpahkan karena di kompas.com ada artikel yang berjudul Kemenkes Segera Sempurnakan Regulasi Pemberian ASI. Saya setuju dengan isi artikel ini, yang isinya bahwa pembatasan penjualan susu formula akan dibatasi. Eim ya, kalau nggak salah saya ingat ada kerabat yang kasih info bahwa di negara tempat dirinya tinggal, susu formula itu nggak dijual bebas. Untuk beli susu formula itu katanya harus pakai resep dokter - belum pernah ngebuktiin siyh. Sementara di Indonesia ini, penjualan susu formula dengan bebasnya. Di supermarket bertebaran ya, stock banyak dan berbagai macam merk. 

Dulu, saya termasuk yang sangat sebel dengan susu formula. Saya anti sama susu formula. Ehm, sebenernya Nares juga kena kok, minum susu formula selama 5 hari. Tapi niyh ya..., beriring dengan jalannya waktu dengan usia yang semakin tua, saya semakin tidak peduli. Hahaha, bukan mendukung susu formula ya, tapi nggak anti juga. Jadi netral? Oh no, tetap mendukung ASI dari segi manapun. Tapi udah nggak se-ekstrem dulu. Dulu masih jiwa muda merah membara, kalau ada yang pakai susu formula langsung blacklist! Bahahaha, padahal yah, ngapain juga begitu. Nggak ada gunanya, selain yang suka membuat permusuhan; sufor vs ASI. 

Nah, sekarang tuh ya, lebih milih jalur kanan. Kalau ada yang nanya-nanya ASI, baru deh edukasi. Hmmm, bukan edukasi siy, tapi lebih kepada share pengalaman aja. Sekarang lebih hati-hati aja kalau ngomongin ASI, apalagi sama ibu-ibu yang pakai susu formula untuk anaknya. Boro-boro mau bicara yang extreme, yang lembut aja malah bisa jadi salah. Kelaaar daaah... kelar... Mending tarik pasukan mundur aja. Perang, baik dingin maupun panas... saya mah mundur aja.

Niyh ya, balik lagi ke topik awal, jadi sebenernya tuh, menurut ana, keberhasilan dan demi meningkatkan jumlah anak Indonesia yang dapet ASI dari ibunya, ya harus mengedukasi ibu-ibunya donk ya. Si calon ibu, dari hamil itu udah harus dikasih informasi from A to Z mengenai ASI. Ya dokter kandungan, ya bidan, ya mungkin dukun beranak (lhaaah?!). Abis kalo nggak dari tenaga medis tersebut, informasi bisa dapat dari mana donk? Secara niyh ya, dokter kandungan saya alhamdulillah memberikan informasi mengenai ASI kepada saya (dan pasti kepada pasien lainnya), apa yang harus dilakukan sama Ibu kepada anaknya. Seru kan? Bingit!

Dah akh, cuma mau cerita itu aja kok. Masih banyak belajar banget tentang perASIan. Adek Narfa perjalanan masih jauh untuk ngASI. Doakan kami ya... 

6.06.2016

WELCOME NARFA

Horeee... alhamdulillah, seorang pangeran kembali terlahir di keluarga kami, The Rifani's...

Lahir dengan selamat dan sehat, pada tanggal 14 Mei 2016, di awal hari Sabtu alias dini hari pkl 02.15 (sebenernya saya juga bingung waktu tepatnya pukul berapa, karena suster dan dokter waktu itu bilang pkl 02.17, tapi kok di buku lahiran tertulis pkl 02.10 - jadi yang bener yang mana, doooonk?), dengan berat 2900 gram (padahal USG waktu Rabu malam berat 3300 gram) dan panjang badan 50 cm. Nilai APGAR 9/10, sama dengan nilai APGAR Nares dan Nara waktu lahir juga.

Setiap kelahiran bayi, pasti punya cerita unik sendiri-sendiri, sama seperti karakter anak yang berbeda-beda, walau lahir dari rahim yang sama, dari bibit dan benih yang sama. Jaman Nares lahir, unik karena lahiran perdana. Anak pertama, pengalaman pertama, semua serba pertama. Sangat sangat sangat excited lah pokoknya, baik saya yang melahirkan langsung, maupun ayahnya anak-anak. Jaman Nara lahir, punya cerita sendiri juga, tapi yang sangat unik adalah karena Nara lahir dengan berat badan yang agak-agak besar, 3655 gram - dimana dengan berat ini seorang bayi sungguh agak susah mau keluar, hahahahaaa... aseli ini ngeluarinnya susaaaah. Nah, yang ketiga ini, adik bayi juga punya cerita unik lho dalam proses kelahirannya...

Seperti biasa, udah menghitung hari kelahiran, maka dokter kandungan saya, dr. Erwin Rakun, SpOG sudah mengharuskan periksa seminggu sekali. Estimate Delivery Date adik bayi kali ini adalah tanggal 16 Mei 2016, dan waktu itu saya periksa tanggal 11 Mei 2016, dr. Erdwin udah warning kalau Minggu tanggal 15 Mei belum ada tanda-tanda, besoknya harus datang ke klinik, kudu periksa jantung, periksa air ketuban dan lain-lain. So far, waktu periksa tanggal 11 Mei, kondisi bayi di dalam perut aman terkendali. Alhamdulillah... Selesai periksa di dokter, si ibu suster di klinik bilang, "Bentar lagi tuh lahiran... paling 2 hari lagi"... saya aamiin-kan statement si ibu suster... Makasih ibu suster yang baik.

Ehm, sebenernya emang dag dig dug ser ser ser lho ya, nungguin kelahiran. Semua rasa campur aduk jadi satu, ya seneng karena adik bayi mau datang (apalagi pas belanja kebutuhan bayi yang masih kurang - yahilah mak, belanja aja siyk yang dipikirin), ya takut karena proses lahiran normal itu sakit banget (ada nggak yang bilang nggak sakit lahiran normal). Tapi ya udahlah ya semua harus dijalanin, semua ya harus dilakuin.

Jumat tanggal 13 Mei 2016, malam harinya, sekitar pkl 20.00 saya udah mulai berasa ada rasa mules, tapi samar dan tipis dan berjarak 20 menit sekali. Udah lapor pak suami, tapikan ya..., dr. Erdwin bilang dateng ke RS kalau udah sakitnya per 15 menit sekali. Well noted, dokter... Sampai akhirnya pada pkl 23.15, saya merasakan mules-mules setiap 10 menit sekali. Huwew, udah dikasih tau tiap 15 menit sekali, nakal deh! Ya abis gimana ya, nunggu di VK (kamar persalinan) itu kan stress ya... mending nunggu di rumah, deh... Nah, udah mau siap-siap ke RS, pas pipis eh ada tanda-tanda lagi keluar. Fix lah jalan ke RS. Untung RS-nya deket dan tengah malam pula... in shaa Allah lancar nggak pake macet.

Sampai di RS, udah tanggal 14 Mei 2016, pkl 00.05. Sepi banget parkirannya sama kayak jalanannya yang sepi. Udahlah, karena udah perut makin mules, cuss ke Pendaftaran di deket UGD. Langsung kasih surat pengantar dari dr. Erdwin. Langsung masuk deh akuh ke UGD dan langsung diinterogasi sama suster disana. Biasalah, ina inu anu ono, lanjut disuruh baring deh... Tapi ya, kita terus dikasih tau sama suster kalo VK alias kamar persalinan itu penuuuh, pemirsaaaa... Huwaaaat... terus nasib sayah gimana inih? Hiks hiks hiks... saya mau beranak dimana kalo VK penuh? Sementara ini adik bayi udah makin ngasih kode mau keluar. Aseli ya... makin muleeezzz... udah makin cabik-cabik pak suami, udah makin ngicau nggak karuan... Kalo lagi bener otaknya, yang dibaca yang bagus-bagus, kalau lagi setengah otaknya, yang diucapin yang setengah ngaco juga... wkakakakak...

Jadi ya, sebenernya pas sampai di RS itu, ternyata saya udah pembukaan 2 - berarti sekitar pkl 00.10 pas periksa dalam. Kalau udah mules begini, yang dilihat cuma jam dinding doang, tik tok tik tok, kenapa jarum jam berjalan sangat lambat? Akh, Monce... kayak baru ngerasain perdana lahiran ajaaa... ahahah, masih aja ngeliatin jam dinding dan yang ada di otak cuma - buset deh, lama amaaat! Pkl 01.00 perut makin mules, tapi masih bisa toleransi lah. Dan sebenernya masih nunggu ketersediaan VK lho buat lahiran di sana - ya kalau rejeki yaaa... Sambil itu perut ditempelin CTG ngukur kontraksi. Yang agak bingung, kontraksi udah sakit banget, tapi kok kata bu suster baru nilai 40 ya, sementara biasanya kalo udah sakit banget gitu kan nilainya bisa 90. Maaaak... mau apalah ini... maaaak... ampuuun...

Beneran ya, pkl 02.00 diperiksa dalam lagi sama bu suster, katanya udah pembukaan 7. Huhuuu, yang udah-udah, pembukaan 7 ke pembukaan lengkap bisa lama. Aduh, maaak... apalah nasib saya ini...  Tapi ternyata, nggak lama dari itu, ternyata pembukaan udah lengkap lho... Suster dan dokter sibuk siap-siap nyambut adik bayi... Huwooow, adik bayi mau keluar, adik bayi is coming... Bismillah... bismillah... Mbrojol juga adik bayi akhirnya... Alhamdulillah... oeeek oeeeek... Nggak sempet lah kabur ke VK, akhirnya kita lahiran di UGD dan bersyukur karena lahiran jam segitu, UGD lagi sepi pasien. Padahal sebelumnya ada pasien di sebelah kiri dan kanan bed saya. Hmmm, gimana ya... agak malu aja gitu, lahiran kan sakit ya... pake nangis dan agak teriak dikit secara udah out of control... ngik ngoook... *tutupmuka

Legaaaa....

Selamat datang, adik Narfa... 
Alhamdulillah... Lancar terkendali...
Tidur nyenyak...


Dan akhirnya, saya merasakan lahiran di UGD... walaupun agak gimana, tapi yang penting semuanya selamat ya... Iya, beda banget ya emang, dengan suasana di VK yang lebih tenang daripada di UGD (pastinyalah). Secara kan ya, di UGD itu tempat pos jaga pertama kalau ada apa-apa dengan pasien baru, makanya sebenernya saya agak stress waktu pre dan post lahiran. Pasien datang dengan kasus yang berbeda-beda, dengan penanganan yang berbeda juga. Wadda life lah pokoknya.. Mau diceritain panjang lebar, tapi kok nggak tega... Syukur alhamdulillah saja, semuanya sudah berjalan dengan lancar, apapun yang terjadi, adik bayi dan ibu selamat dan sehat selama persalinan. Terima kasih banyak buat dokter jaga UGD dan suster yang sudah bantu proses ini dan mohon maaf buat tetangga di ruang UGD yang udah keberisikan sama teriakan kesakitan saya... hahahaha (ceile, udah bisa ketawa - tadi ketakutan padahal).

Bapak dan ibu semuaaa... bilamana anda sedang mempersiapkan kelahiran si buah hati... (ceileee bahasa-kuuuh)... ada baiknya persiapkan ini ya... mudah-mudahan mempermudah jalannya nanti...
  1. Menjelang waktu persalinan, siap-siapin kebutuhan si bayi ya... 
  2. Minta surat pengantar dari dokter untuk persalinan, biar nanti sebisa mungkin dibantu persalinan langsung oleh dokter yang menangani kita.
  3. Bawa buku catatan hamil, jaga-jaga kalau dokter yang nanganin persalinan kita bukan dokter yang biasa periksa kita (seperti kali ini saya yang tidak ditangani oleh dr. Erdwin, karena nggak keburu lagiiii...)
  4. Siapin barang-barang untuk nginep selama di RS, setidaknya 2 minggu sebelum EDD. Biar nggak grasak-grusuk nanti pas mau ke RS (anggep aja mau travelling)
  5. Siapin juga kebutuhan untuk yang di rumah (mungkin persediaan makanan atau kebutuhan yang untuk di rumah), jangan lupa belanja bulanan sebelum EDD ya, soalnya abis lahiran nggak bisa kemana-mana
  6. Catat waktu kontraksi jadi nggak pake menerka-nerka.
  7. Jangan lupa cari info biaya melahirkan di RS yang akan dituju. Kebetulan saya rencana melahirkan di RSAB yang sama dengan menlahirkan anak pertama, kedua dan ketiga... Tapi ini pun tetap cari kisarannya. Monggo tinguk biaya lahiran di RSAB Harapan Kita yang saya ambil di Pendaftaran..
Biaya melahirkan di RSAB Harapak Kita Tahun 2016 (kisarannya ya...)

Sang bayi pun bernama... Arfan Al-Fayyadh Naradhipta... semoga menjadi anak yang sehat, sholeh, berbakti kepada kedua orang tua, agama dan negara, serta sayang kepada seluruh anggota keluargamu ya nak..

KURIKULUM SD KINI... JAHARA DEH...

Buat ibu-ibu yang selalu mendampingi anak-anaknya belajar, pasti paham banget kalau materi pelajaran sekarang ini berat sekali. Ehm, apa ja...

Popular Post