12.15.2017

ONE DAY TRIP BOGOR

Ini blog rasanya lama-lama kok penuh sama postingan jalan-jalan aja ya? Bener nggak sih? Eh abisan emang yang seru untuk di-share itu pengalaman jalan-jalan kan ya? Sebenernya sih ya, secara saya sendiri tuh kalau mau pergi, pasti nyari review-an blogger lainnya. Bagus nggak tempatnya? Harganya gimana? Tips-nya apaan aja? Dan lain-lainnya... Jadi, mudah-mudahan postingan saya bermanfaat bagi pembaca semuanya.

Saya lebih senang bilang ODT alias one day trip, ya sebutan kalau kita pergi halan-halan yang nggak nginep. Pergi ke Bogor kali ini dadakan, tanpa perencanaan yang lama dan matang. Toh juga sebenernya pengen jalan-jalan menghibur diri aja kok, setelah waktu itu padat merayap urusan ina inu anu. Jadilah saya juga pergi cuma berdua sama bapake anak-anak. Jumat tanggal merah dan cuma sekejap saja.

Berangkat dari Palmerah, menuju Bogor, menggunakan KRL. 2 kali singgah, di Stasiun Tanah Abang dan Manggarai. Tiket KRL seharga Rp 6.000 untuk sekali jalan. Perjalanan memakan waktu 2 jam saja. Cukup ramai kondisi KRL, karena tanggal merah dan long weekend. Sampai di Stasiun Bogor, kita jalan kaki. Tujuan kita kali ini emang cuma ke Jl. Suryakencana. Menurut wangsit yang sudah kita baca, di kawasan ini banyak sekali kuliner yang bisa dicoba.

Jalan kaki dari Stasiun ke Jl. Suryakencana ini, santai menghabiskan waktu sekitar 25 menit saja. Enak kok, bisa jalan melipir Kebun Raya Bogor. Udara nggak terlalu panas, karena kita jalan dibawah pohon rindang. Yang perlu diperhatikan adalah,  pakai sepatu yang enak buat dipake berjalan yaaa. Kemarin saya pakai sepatu keds dan emang nggak salah pilihannya. Nah, plus baju yang serap keringat. Bogor nggak dingin, tapi nggak panas juga.

Jalan santai saja melipir Kebun Raya Bogor


Selamat datang di kawasan Pecinan

Soto Mie Kesatuan
Pertama kali mendarat di Jl. Suryakencana, kita menuju Soto Mie Kesatuan. Makan siang disini, dengan memesan soto mie tanpa nasi, 2 porsi. Enak! Rekomen! Mie-nya aja udah enak banget, beda sama mie yang biasa dipakai buat bikin soto mie. Kuahnya juga berasa. Risolnya enak. Semuanya enak! Tempat makannya sih warung biasa aja kok, tapi bersih! Gerobak si abang juga bersih. Mau makan nggak khawatir. Semangkok, Rp 15.000 saja pemirsa!

Soto Mie Kesatuan - enak!


Bir Kotjok
Ini kuliner kita yang kedua. Namanya sih bir yak, tapi mah jangan bayangin bir yang beralkohol gitu. Ini bir ala-ala kok. Dibuatnya dari rempah-rempah saja. Kalau di Betawi, namanya bir pletok. Overall emang seger minum ini. Tapi ya menurut saya sendiri, saya lebih suka bir pletok Betawi, karena rasanya lebih nampol di tenggorokan. Mungkin rempahnya lebih banyak kali ya? Ehm, segelas bir kotjok ini dijual dengan harga Rp 5.000 saja.

Bir Kotjok - enak, tapi kurang nampol!


Talas kukus parut kelapa
Ini jajanan kita yang selanjutnya. Secara Bogor kota talas, emang paling bener makan talas disini. Banyak sih yang jualan talas kukus ini. Kita nggak tau yang mana yang paling enak. Secara mikirnya simple. Nggak pake bumbu kan? Jadilah kita beli yang kita lewatin aja. Seporsi bisa untuk berdua kok, harganya cuma Rp 10.000. Nikmat lho, kalau minumnya pakai teh tawar makin sedap lagi! Hahahaha... makanan mana ada yang nggak nikmat lah...

Talas Bogor - yahude!

Lumpia Basah
Nah, ada beberapa juga yang jajan lumpia basah di sepanjang jalan ini. Kita beli yang pembelinya gak terlalu ramai tapi nggak juga sepi. Lumpia Bogor sama Lumpia Semarang ini beda diisinya ternyata. Kalau lumpia Bogor, isinya pakai bengkuang. Sementara Lumpia Semarang, isinya pakai rebung. Saya suka semua. Enak semua. Harga seporsi lumpia basah ini Rp 12.000. Makan di tempat nggak ada kursinya. Jadi mending bungkus, makan di lain tempat.

Lumpia Basah - sedap!


Jajanan kita emang cuma itu. Soalnya perutnya udah nggak muat lagi mau nampung makanan lain. Tapi..., wisata kita di Jalan Suryakencana kemarin nggak terbatas pada wisata kuliner, lho. Ada hal lain yang bisa kita amati di sepanjang jalan ini. Bangunan! Iya, di sepanjang jalan ini bangunan-bangunan kuno alias tua yang enak untuk dinikmati. Buat saya sendiri, pastinya untuk foto-foto dan muat di Instagram. Hahaha, bencong IG banget!

Satu lagi yang perlu diketahui di Jalan Suryakencana ini. Banyak juga makanan yang non halal. Setelah saya pelajari, ternyata kawasan ini memang kawasan Pecinan, no wonder emang banyak makanan non halan yang dijual di sepanjang jalan. Baca dari review para blogger, makanan non-halal disini katanya emang rekomen. Kemarin emang sempat liat, di warung-warung itu banyak sekali pengunjungnya.

Kita sendiri masih banyak skip nyobain kuliner yang halal; soto kuning pak Yusup (bersertifikat halal MUI lho), toge goreng, martabak panjang umur (yang antrinya bikin sakit perut). Mungkin bisa buat next trip ya...


Martabak manis Panjang Umur - antriannya juara!
Peninggalan jaman dulu
Rumah siapa ini?
Pengen liat jaman dulunya kayak apa?

Cukup puas sama jalan iseng kemarin ke Bogor. Yang pasti adalah murah, meriah dan bahagia!

11.22.2017

TRIP SINGKAT KE TANJUNG LESUNG - Day 2

Lanjut share ya... setelah Trip Day Pertama bahas disini...

Pagi di hari Sabtu, kita langsung lanjut siap-siap main ke Pulau Liwungan. Sarapannya minta dibungkus sama penginapan, buat dibawa ke pulau. Boleh kok... Perjalanan sih sekitar 30 menit dari penginapan kita ke Pulau Liwungan itu. Naik kapal yang cukup berisik (namanya juga pake mesin diesel, ya pasti berisik). Naik kapal begini, kena charge Rp 500.000. Mau isi sendiri atau mau isi 10 orang ya sama harganya. Hahaha, kita keluarga kecil isi 2 dewasa dan 3 anak kicik, ya udah lah ya... hahahaha... udah sampai disana, mendingan nikmati saja keindahan alam semesta. Tapi kalau ada yang barengan bisa share boat mah ya mending lah ya...

Pesan kapal sama petugas penginapan. Sebenernya harga segitu sudah termasuk gratis penyewaan alat snorkling. Berhubuuung *pakai tarik napas panjang... anak kicik-kicik, mau tak mau tak snorkling lah kita. Ditawarin juga main banana boat. Ya ini bayi begimana ceritanya... hahaha... Jadi kita menghabiskan waktu selama 2 jam di Pulau tersebut untuk main di pantai. Pantainya bersih, airnya bening dan pada saat itu cuma kita aja yang ada disana. Serasa private beach kan ya. Jangan lupa, bayar tiket masuk ke pulau liwungan Rp 10.000 per orang (anak kecil dibawah 5 tahun nggak dihitung). 

Ini tarif di Pulau Liwungan: 
Tiket Orang : Rp 10.000 per orang
Sewa pondokan/gazibu : Rp 30.000 per pondok
Mau bilas dengan air bersih Rp 5.000 per ember

Menuju Pulau Liwungan
  
Selamat Datang
Pantai Pulau Liwungan - pasirnya pecahan kerang dan karang
Di dalam Pulau Liwungan

Selesai dan balik ke Kampoeng Nelayan. Setelah sholat dzuhur, kita harus cabut balik, arah Labuan, menuju Rumah Makan fenomenal bu Entin. Perjalanan kurang lebih 1 jam dari penginapan dan lancar. Sampai di bu Entin, pengunjung ramai, tapi karena sudah pk 14.00, udah pada selesai makan siang-nya. Makan disini, sistemnya kayak RM Padang, nanti lauknya datang kita tinggal pilih. Kemarin kita makan urap, kering tempe, cumi bakar 2 tusuk, udang goreng 1 tusuk (isi 6 ekor) dan 10 otak-otak ikan yang sangat fenomenal. Habisnya Rp 90.000 saja, pemirsa! Selebihnya, kita bungkus 100 biji otak-otak buat oleh oleh... Ya orang sebiji cuma Rp 1.500...

Beberapa menu diantar ke meja
Udang, Cumi, Ikan, dan Ayam Bakar
Terbaik
Buat oleh oleh

Selesai dan mari kita lanjutkan perjalanan pulang (yang sebenernya ogah balik juga siyh... hiks hiks, karena makanan disini kok membuat hati bersinggah). Masih ada 1 tempat yang harus disinggahin, Durian Jatuhan Haji Arif. Nyahahahaaa... jangan kasih kendor lah pokoknya. Tapi emang dasar belum rejeki makan durian buah, sampai di TKP DJHA, "Duriannya sudah habis, kakak... Maaf ya, tadi ada rombongan kleb mobil mampir sekitar 50 mobil, jadi langsung habis deh", gitu kata si mamang. Bubaaar... kita nikmatin yang ada aja. Sop durian dan ketan durian. Mayan lah, daripada manyun. Tandanya emang kudu balik sini lagi, kan?

Ketan Durian - enak kok, daripada Sop Durian

Lesehan
Pas banget disini kita tuh maghrib, makanya sholat maghrib disini dulu. Alhamdulillah musholla dan toilet bersih. Oia, parkiran disini luas sekali. Cocok buat dijadikan salah satu tempat yang dikunjungi kalau ke Serang jika naik bus besar. Selesai dari sini, kita lanjut kota Serang, mau mapir dulu di tempat sohibul ALTIC sejagat raya, sang penguasa Serang. Hahahaha... lapor dan setor muka kalau udah main kesana.

Dah ya, man teman, demikian share saya, semoga bermanfaat...

11.21.2017

TRIP SINGKAT KE TANJUNG LESUNG - Day 1

Asli nih, liburan singkat kali ini sama sekali tidak direncanakan jauh-jauh hari sama kita. Biasanya sih kita kalau liburan itu pasti rencanakan jauh-jauh hari. Ya mulai persiapan dana liburan (sudah pasti urusan budget nggak pakai babibu), siap-siap waktu, siap-siap itinerary, de el el yang terkait dengan lebooor... Singkatnya, si bapak lagi pengen nyupir keluar kota, menikmati jalan subuh dari rumah. Udah gitu doang. Ehm, saya sendiri juga kepengen gitu sih. Kangen soalnya, nyupir subuh, berenti di Rest Area atau mana aja untuk sarapan. Hahahaaa... hobby kok gitu!

Okay, pilihan jatuh kepada Tanjung Lesung. Kenapa Ke Tanjung Lesung? Soalnya kita baca-baca referensi blogger, perjalanan makan waktu sekitar 4 jam - 5 jam. Nah, pas ini buat trip kita. Nggak terlalu jauh, dan gak terlalu pendek! Maklum, punya anak kicik umur 17 bulan dan laki-laki itu ya harus extra antisipasi jagain dia selama di perjalanan. Kalau melek maunya ngunyah dan rusuh di mobil. Mendingan tidur makanya. Tapi ya masa dia mau tidur melulu selama perjalanan? Anak kicik bayi itu agak beda sama kakak-nya yang pada anteng di mobil, duduk cantik di car seat. No compare lah, tiap anak emang punya keunikan sendiri-sendiri. Jadi terima nasib aja si adek mah kalau kayak gitu...

Pilihan tempat menginap dan lokasi wisata selain baca dari blog teman-teman, saya dapatkan juga dari temen di komunitas Toyota Corolla Altis teryahude dan ter-rocks sejagat raya. Ahahaha, kebetulan beliau penguasa Serang... Jadi insyaaAllah referensinya nggak diragukan lagi keabsahannya. Nanya tempat nginep di Tanjung Lesung, dapet bonus info tempat jalan-jalan dan tempat makan juga. Alhamdulillah, kalau banyak sodara itu emang membawa barokah! Mau dapet info terbaik, ya pasti dari sodara sendiri.

Eh, kita juga mencoba nyusun itinerary lho, walau singkat padat namun jelas... Nih dia...

Day Satu
05.00 berangkat
05.00 - 07.30 perjalanan Jakarta - Pandegelang
07.30 - 08.30 sarapan cari tempat layak
08.30 - 10.00 perjalanan Pandegelang - Tanjung Lesung
10.00 - 11.30 sampe di Tanjung Lesung - dan gak tau ngapain
11.30 - 12.30 sholat Jumat
12.30 - 14.00 makan siang - gak tau dimana
14.00 - 16.00 istirahat
16.00 - 17.30 main pasir
17.30 - 18.30 maghriban
18.30 - 20.00 makan malem - di restorannya tempat nginep
20.00 - tedooor

Day Dua
07.00 siap-siap ke Pulau
07.30 - 08.00 perjalanan pake perahu ke Pulau Liwungan
08.00 - 10.00 main di Pulau Liwungan
10.00 - 10.30 balik penginapan
10.30 - 12.30 siap-siap balik
12.30 - 13.30 perjalanan Tanjung Lesung - Labuan (mau makan di RM Bu Entin)
13.30 - 15.30 makan siang
15.30 - 16.30 perjalanan balik ke Serang - mampir Durian Jatuhan
16.30 - 18.00 santai di DJHA
18.00 - balik Jakarta

Berangkat dari Jakarta, molor 40 menit dari jadwal. Jadi, kita berangkat sekitar 5.40-an pagi. Anak-anak masih pada tidur, dan kita angkut. Cuma sempat aja sih kita suruh pipis dulu. Sarapan? Siapin dari rumah dan kita nanti tinggal cari SPBU atau masjid yang layak buat istirahat. Abisnya kalau mau jajan berhenti takut nggak ketemu tempatnya. Berangkat masuk toll Tomang menuju Tangerang, bablas terus keluar di Serang Timur lancar. Ini keluar toll-nya sama dengan yang mau ke Anyer nggak? Beda sih. Bisa nggak lewat Anyer? Bisa, tapi jalannya mendingan lewat Serang - Pandegelang (begitu menurut rekomendasi semua orang).

Perjalanan lancar, jalanan bagus sekali, mobil segala type nggak masalah. Mau jeep, mau sedan, mau city car, apapun itu, silahkan saja. Yang penting buat jadi catatan adalah... kalau berangkat, mobil diperiksa dulu ya, biar dalam keadaan yang sehat dan prima. Ya mesin, ya bensin, ya ban, dan lain sebagainya. Emang sepanjang perjalanan nggak ada SPBU? Banyak! Emang sepanjang perjalanan nggak ada bengkel? Ada, tapi kan kalau bengkel ya cocok nggak cocok ya. Daripada daripada... mendingan... 
 
Nah, tiba deh kita istirahat, minggir dulu buat isi perut di pagi hari. Di Pandegelang, ada Masjid yang cukup besar, berada di pinggir jalan, parkir luas. Jadi lah kita parkir disitu. Sarapan pagi, anak-anak juga cuci muka, pipis, ganti baju dan diapers. Enak kok tempat-nya dan rekomen sekali... Tapi ini ya kalau buat yang perjalanan pagi ya cocok ya. Yang belum sempet sarapan dari rumah, nah, boleh mampir di sini buat istirahat sebentar, lempengin badan, isi perut, dll. Mau mandi disini juga bisa kooook... hahaahaa... kali aja dari rumah berangkat pagi belum sempat mandi.

First stop kami di Pandegelang, istirahat - sarapan.
 
Selesai istirahat, kita lanjut perjalanan lagi, langsung menuju ke Tanjung Lesung. Menurut Waze yang kita handalkan, masih harus menempuh waktu sekitar 1 jam lebih untuk sampai. Nah... bener aja, 1 jam lebih dan  kita pun sampai di Kampoeng Nelayan, Tanjung Lesung. Hahaha, ini sih judulnya kepagian, jam 10 pagi sudah sampai di Tanjung Lesung sini. H2C karena ini belum jam Check-in. Tapi alhamdulillah, kita boleh masuk kok, sama petugas disini. Jadinya, kita langsung deh masuk kamar, istirahat dulu, sambil nungguin jam sholat Jumat si bapak. 

Kamar yang kita pilih, type Kerapu. Kamar model studio gitu. 1 kamar ada kamar mandi di dalam. Di dalam kamar, ada TV (tapi bingung juga apa yang mau ditonton), ada gula teh kopi beserta 1 botol air mineral 1500ml, electric kettle, handuk 2 buah, ada extra bed ukuran single, kamar mandi ada dispenser sabun tapi nggak ada isinya, dan air bersih tanpa water heater (mungkin karena disini agak panas, jadi nggak perlu heater lagi). So far, menurut saya, dengan harga kamar Rp 600.000 dan fasilitas begitu di Tanjung Lesung ya lumayan murah. 

Di dalam kamar type Kerapu - eh ada penampakan
Depan kamar type Kerapu

Setelah bapaknya balik sholat Jumat, kita ngelanjutin PR buat cari makan siang. Belum ada referensi tempat makan siang disini. Jadi, kerja keras nyari tempat makan di seputaran sini. Mau makan di bu Entin, Labuan, ya jauh ternyata. Akhirnya, nekat aja kita jalan menuju arah Labuan. Nah, ada kota kecil banget namanya Panimbang. Ini merupakan kota kecil terakhir sebelum Tanjung Lesung. Jaraknya sekitar 5 km (kalau gak salah). Nah, di kota ini terakhir adanya minimarket-minimarket itu. Di Panimbang ini, kita ketemu RM Evi Jaya. Ini rumah makan yang paling mendingan di antara yang lainnya. 

Evi Jaya, rumah makan yang menjual makanan siap saji gitu. Jadi kita tinggal pilih aja, mau makan apa. Katanya sih ada seafood bakar gitu juga. Tapi kita nggak kepengen (menanti makan seafood besok aja, di Bu Entin). Akhirnya kita makan menu biasa. Cuma ambil ayam kuah kuning, perkedel, tumis pare, tahu goreng, nasi buat 3 orang dewasa, minum teh hangat tawar, plus kerupuk. Habisnya Rp 50.000. Tempatnya bersih, cuma entah mengapa disini banyak sekali lalat. Saya sampai kesel sendiri ngusirin lalat-lalat yang tak tahu diri.

Rumah Makan Evi Jaya, Panimbang

Selesai makan siang, kita balik menuju Kampoeng Nelayan. Sambil pasti-nya survey sana sini penginapan lain di Tanjung Lesung. Kali di lain waktu mau kesini lagi, udah ada referensi. Nah, disini kita sempat main ke Tanjung Lesung Resort Cottage, tapi nggak masuk. Katanya sih kalau mau masuk, bayar lagi. Makanya ogah deh kita. Trus kita nyobain yang rame juga di sini, Blue Ocean. Sama satu lagi ada namanya penginapan Griyeu Nyi Mas. So far paling bagus fasilitasnya emang Kampoeng Nelayan. Tapi, menurut kita, disini emang pantai-nya yang kurang bagus. Hahaha, gak bisa buat tempat main. Sementara Blue Ocean dan Griyeu pantainya bagus banget! Sore-sore, balik dari survey, mari mantai ala-ala depan kamar penginapan. Lumayan banget buat anak-anak main pasir, main air, dan seseruan.

Ini pantai kalao nginep di Blue Ocean dan Griyeu Nyi Mas
Mari main pasir
Senja sore itu di Tanjung Lesung

Maghrib datang, dan pesta pun bubar. Kita emang merencanakan makan malam di tempat nginap kita. Baca review, lumayan kok makan di Restoran Kampoeng Nelayan ini. Udah paling cocok, nginep disini dan makan disini. Makanan yang kita pesan, cuma nasi putih, mie goreng, dan sop ikan kerapu ukuran kecil. Pesen minum teha hangat dan jeruk hangat juga. Luar biasa rasanya ikan kerapu disini. Segar, masih manis gitu daging ikannya. Pasti karena ikannya masih baru ditangkap ya... Habis Rp 100.000 buat semuanya.

Sop Ikan kerapu
 
Nah, sampai disini dulu cerita part 1 alias hari pertama di Tanjung Lesung. Bersambung di babak kedua ya... 

9.14.2017

PROSES DAFTAR SEKOLAH DASAR NEGERI

Setelah beribu bulan purnama blog ini tidak terurus oleh sang penghuni karena alasan yang tidak masuk akal, maka... alhamdulillah banget ini bisa nulis kembali. Masih padat banget jadwalnya, tapi ya udahlah menyempatkan banget buat menjaga keutuhan blog saya ini, pemirsa... PAstinya juga pada kangen kan sama saya? *siul-siul 

Dah ya, nih saya mau cerita aja pengalaman ngurusin Nares masuk sekolah. Sudah diputuskan oleh kedua belah pihak orang tua Nares dengan sematang-matangnya, sebaik-baiknya (aamiin), sejujur-jujurnya, segala-galanya, kalau Nares masuk sekolah dasar negeri. Pernah nulis juga lho, tentang persiapan Nares mau masuk SD di blog saya. Pertimbangan-pertimbangan yang kita fikirkan, aiueo-nya. Alhamdulillah, sampe di akhir waktu mendekati persiapan masuk SD, kita mantap masukin Nares ke SD Negeri deket rumah. 

Ciyeee... yang lolos Jalur Umum...

Persiapan masuk SD Negeri itu ternyata nggak sulit dan sama sekali tidak susah. 

Yang pertama, persyaratannya adalah cukup umur aja. Nggak boleh kurang dari 6 tahun ya... itu syarat mutlak. Semakin tua, semakin besar kesempatan diterima di sekolah.Nah, buat yang anaknya mau masuk SD Negeri, coba aja jangan buru-buru masukin ke TKnya. Pastikan saja nanti pas di bulan Juli, anaknya udah umur 6 tahun. Tahun ini, di sekolah Nares, ada anak yang umurnya 9 tahun lho. Jangan tanya kenapa umur 9 tahun baru masuk kelas 1 ya. I dunno...

Yang kedua,
siapkan Kartu Keluarga. Masuk SD Negeri ini, persyatannya ya harus punya Kartu Keluarga dan KK tersebut harus terverifikasi di Kelurahan. Maksudnya terverifikasi itu, ya KK-nya KK beneran ya... bukan KK palsu atau KK bodong. Hahahah... ya kali aja ada KK palsu kan, jadi nggak terverifikasi di Kelurahan. Saran saya, copy KK beberapa lembar. Soalnya nanti bakalan banyak kepakai tuh KK.

Yang ketiga, pahami dengan baik tata cara daftar Sekolah Dasar Negeri. Kemarin waktu Nares mau daftar, selalu panteng website ini https://jakarta.siap-ppdb.com/. Di website ini, tercantum dengan jelasnya, jadwal penerimaan, syarat-syarat penerimaan dan bagaimana caranya daftar secara online untuk masuk sekolah negeri. Walau masih jauh dari tanggal pendaftara, coba-coba aja baca tata caranya.

Yang keempat,
catat tanggal penting untuk pendaftarannya. Kemain saya sampai nge-save di kalender handphone sebagai reminder. Jangan sampai kelewat. Amit-amit kalau sampai kelewat. Soalnya nggak bisa ngulang, nggak bisa tawar-menawar. Ini tahun 2017, pemirsa... DKI udah bukan jaman kayak dulu lagi. Its totally different. Nggak ngikutin update-an, wassalam dah. Jangan lupa, deketin temen yang juga mau masukin anaknya ke negeri ya, biar punya temen... 

Yang kelima, pas hari H pendaftaran, siapkan waktu luang setidaknya separo hari. Kalau buat ibu bekerja kantoran, perlu cuti atau ijin separo hari lah. Mulai buka pendaftaran di 08.00 dan tutup pukul 14.00. Proses daftar sih sebentar. Paling 1 jam aja, Itu untuk nulis biodata di berkas yang disediakan dari sekolah, dan nanti kalau sudah lengkap akan diinput oleh pihak sekolah ke sistem pendaftaran. Mau online sendiri bisa nggak? Kemarin jaman Nares sih nggak bisa.

Yang keenam, info paling penting. Kalau sudah niat masuk SD Negeri, usahakan KK kita sesuai dengan zona sekolahnya. Misalnya nih, KK kita Kebon Jeruk, maka pilihlah sekolah yang hanya di Kebon Jeruk. Karena Jalur Kedua alias Jalur Lokal itu pemilihannya berdasarkan KK dan lalu berdasarkan umur. Kalau Jalur Pertama atau Jalur Umum, KK mana aja bisa milih sekolah dimana aja. Bebas. Kalau Jalur lokal, terbatas.

Nah... kalau proses semuanya sudah dilalui, nanti tinggal tunggu pengumuman ya. Pengumuman bisa dilihat di website tadi. Nanti nama-nama anak yang keterima akan muncul di web. Siap-siap kuota data aja buat check-checknya. Kalau sudah keterima, jangan lupa ya, daftar ulang. Kalau nggak daftar ulang udah pasti dianggap mengundurkan diri. Kemarin ada yang udah keterima, tapi nggak daftar ulang, akhirnya ya tersisih.

Jangan lupa banyak doa ya, kalau emang mau masuk negeri. Di tahun angkatan Nares, anaknya yang daftar muda-muda. Ada temen Nares masuk di umur 6th 1bl. Padahal di angkatan sebelum Nares, yang umurnya 6th 6bl aja nggak bisa keterima di negeri. Jadi hoki-hokian dan untung-untungan deh. Mungkin juga di angkatan Nares ini, banyak anak yang umurnya muda, hopeless masuk negeri ya dan langsung daftar swasta.

Selamat mencoba bagi yang minat di sekolah negeri ya... mudah-mudahan share informasi dari saya ini bermanfaat.

6.12.2017

SERTIFIKAT IMUNISASI SYARAT MASUK SD NEGERI

Hidup berputar kayak roda. Kadang di atas dan kadang dibawah. Ini bukan berlaku cuma buat rejeki aja siyh kayaknya ya, tapi juga buat pemikiran saya. Namanya juga hidup, kita punya mata, punya hati dan punya perasaan. Kadang konsep hidup jadi bisa berubah, seiring dengan berjalannya waktu. Seperti yang sudah pernah saya share waktu itu, tentang persiapan sekolah buat anak yang paling besar (disini). Hahaha, karena jadinya mau masuk ke Sekolah Negeri, jadilah terus-terusan mengikuti perkembangan pendaftaran SD Negeri. 

Poster Jadwal Daftar SD Negeri - 2017

Mulai terima digital leaflet dari WA Group TK, tentang jadwal pendaftaran masuk SD Negeri, akhirnya gerilya deh baca persyaratannya. Sebenernya mudah saja persyaratannya. Secara umur 6 tahun dan beberapa persyaratan administrasi lainnya. Yang agak jadi barang baru buat saya adalah adanya syarat Sertifikat Imunisasi. Uhuuuy... browsing sana sini situ, akhirnya baca kalau sertifikat imunisasi bisa didapatkan di Puskesmas wilayah kita. Sempat bingung juga, padahal imunisasi nggak di Puskesmas, kok bikin sertifikatnya di Puskesmas?

Pertama-tama saya datang ke Puskesmas ke Kecamatan Palmerah. Kenapa kok langsung ke Puskesmas Kecamatan? Karena saya mikirnya, Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) BPJS kita adanya di Puskesmas Kecamatan. Makanya sikat deh ke situ. Sampai di Puskesmas Kecamatan, dijelaskan bahwa pembuatan Sertifikat Imunisasi dilakukan di Puskesmas Kelurahan sesuai dengan domisili kita. Saya dikasih tau, bahwa Puskesmasnya ada di deket rumah saya malah. Tinggal bawa kelengkapannya saja. 


Kelengkapan administrasi Sertifikat Imunisasi? 

Buku Kesehatan Anak yang ada catatan tentang Imunisasi-nya. Bukunya Nares udah mulai lusuh, dulu dikeluarkan oleh RSAB Harapan Kita karena emang lahirnya disana. Terus, fotocopy Buku Imunisasinya aja. Gak usah semua sebuku dicopy, tapi cukup yang penting ada nama anaknya, dan catatan dokter tanggal berapa imunisasi dan imunisasinya apaan aja.

Copy Kartu Keluarga
Copy Akta Kelahiran Anak
Copy KTP kedua orang tua

Kalau sudah lengkap, silahkan bawa ke Puskesmas Wilayah domisili kita ya. Coba browsing aja domisili kita Puskesmas-nya ada dimana. Kemarin saya karena keburu datang ke Puskesmas Kecamatan, jadinya dikasih tau dimana alamat Puskesmas yang harus disambangi.

Proses pembuatan Sertifikat Imunisasi ini waktunya beda-beda. Saya dijanjikan seminggu selesai. Tapi ada temannya Nares, ternyata waktu pembuatan Sertifikatnya selama 2 minggu. Harap bersabar, karena ini ujian... hahahaha... Eh iya, kalau bicara ada nggak biayanya untuk pembuatan Sertifikat Imunisasi ini? Jawabnya adalah tidak. Grateish aja lah... alhamdulillah. Tapi ya gitu, Sertifikat Imunisasinya ditulis tangan aja. Nggak pakai komputer. Hahaha, saya mah nggak apa-apa kok. Yang penting ada. E tapi nih ya, ternyata ada juga yang pakai komputer ditulisnya.

Cerita tentang Sertifikat Imunisasi

Nah, ada yang lucu nih, mengenai Sertifikat Imunisasi yang katanya sebagai persyaratan masuk SD Negeri ini... Ternyata kemarin pas nany-nanya sama temen yang anakanya 2 tahun lalu masuk SD Negeri, tahun itu juga sudah mensyaratkan siswa untuk masuk pakai Sertifikat Imunisasi. Eh tapi kok ya ternyata pas pendaftaran, Sertifikat Imunisasinya nggak ditanyain... Hahahaha! Disyaratkan, tapi nggak ditanyain... Udahlah, nggak mau nyinyir sayah. Bulan Ramadhan, dan selalu tebarkan kebaikan... 

5.22.2017

STAYCATION DI ARYADUTA LIPPO VILLAGE KARAWACI

Bulan April 2017 ini sebenernya adalah bulan bikin bangkrut para bapak-bapak. Kenapa? Hahaha, hampir tiap minggu itu adalah long weekend, pemirsa... Yang mana daripada long weekend itu merupakan penguras kantong. Anak dan istri (apalagi model istri macam saya ini yang nggak ngerja ngantoran) minta jalan-jalan, minta liburan, setidaknya bakalan minta keluar rumah sekedar pergi ke mall atau ke rumah kerabat. Keluar duit donk lah yah pastinya. Ah tapi nggak usah khawatir, kalo kantong tebal, pasti mah ada aja rejekinya. Aamiin. Cewek matre? Cowoknya kali yang nggak punya duit? Nyahahaha, slogan ini sekarang lagi happening banget di dunia maya... Catet lah yaaah...

Di keluarga kita, emang sudah perjanjian, liburan besar itu hanya boleh setahun sekali. Tahun ini, kita nggak liburan yang jauh-jauh, karena si adhe masih bayi. Saya menyerah melambaikan tangan pada kamera saja untuk membawa anak-anak itu pergi berlibur yang jauh. Jadilah kita putuskan untuk staycation saja. Udah nggak kebayang bawa si adhe pergi jauh dan kemudian dia cranky di tengah jalan. No thank you. Si adhe ini emang nggak kayak kedua kakaknya yang pada betah duduk di car seat. Baru jalan bentar, udah oooeeekkk... hahaha, ya kalau jalan sampai 5 jam keluar kota, alamat saya nggak liburan kan? Malah yang ada saya ikutan cranky. Emak kan butuh liburan juga...

Liburan tahun ini setidaknya kita udah putuskan nginep di Aryaduta Lippo Village yang berada di Karawaci. Hahaa, seempritan doang dari Slipi. Bayar toll aja cuma Rp 7.000 lho (ini juga karena setelah tarif toll naik dari sebelumnya Rp 5.500). Jadinya kita milih liburan sesaat dan sejenak aja ke Aryaduta Lippo Village ini, pemirsa. Kita beli voucher melalui web penyedia voucher hotel itu lho. Tapi ternyata, setelah kita tau, harga beli disitu lebih mahal. Jadi, mending beli langsung ke web Aryaduta-nya aja deh. Ini juga menjadi bahan perbincangan emak-emak di hotel soalnya, hahaha, gossip harga emang ibu-ibu numero uno! Dimanapun dan kapanpun, harga nomor satu.

Sabtu, 29 April, kebetulan kita plot sudah untuk nginep di Aryaduta. Check in di TKP pkl 14.00, jadi kita berangkat dari rumah setelah pk. 12.30 aja. Syantai, soalnya nggak jauh dari rumah. Perjalanan pun ternyata lancar, nggak pakai macet. Long weekend kali itu sepertinya orang-orang sudah duluan berangkat di hari Jumat. Oia, lokasi Aryaduta Lippo Village ini tepat sekali berseberangan dengan Supermal Karawaci itu. Jadi kalau mau kesana, lewat toll Jakarta - Tangerang - Merak dan exit di Karawaci. Jadi, kalau dari arah Jakarta Tomang, ngelewatin 3 pintu exit toll dulu ya, baru keluar. Jangan kurang dan jangan lebih.

Main Lobby Aryaduta
Minta tolong tutup stop kontak listrik.

Sampai di Aryaduta, pk 14.00 langsung check-in di receptionist. Kebetulan kok ya pas kosong, nggak ada yang lagi check-in. Tapi setelah kita check-in, kamarnya belum siap. Kita diminta nunggu dulu. Selama menunggu kamar kita disiapkan, kita keliling-keliling Aryaduta dulu. Cek TKP, ciyn... lihat situasi. Sekitar 30 menit kemudian, baru kita dapat kamar dan bisa menuju kamar. Lantai 6. Barang-barang kita dibantu sama bapak bell boy yang baik hati.

Tiba di kamar, senengya adalah kita dapet view yang ke arah Selatan - sepertinya arah Bogor kali ya - bukan arah ke Supermal Karawaci. Nice banget pemandangan dari kamar. Serasa bukan di Karawaci karena banyak pohon-pohon kelapa gitu dan rumah penduduk berserta tidak ada bangunan tingginya. Alhamdulillah ya, dapet kamar yang di sisi ini. Kalau dapet kamar yang di sisi menghadap mall, pasti ngebosenin. Serasa banget di kota. Bisa request kali ya buat besok-besok kalau mau nginep sini lagi, kamarnya yang menghadap ke Selatan. Eh tapi ya kalau mau emang request ngadep ke mall sih ya sah-sah aja lho ya. Kali-kali aja emang suka juga.

Pemandangan dari kamar kita. Karawaci kah ini?


Ngapain aja disini? 

Staycation semalam ini sebenernya tujuan utamanya adalah berenang. Di Aryaduta ini emang ada poolnya yang lumayan menyenangkan. Ada waterpark deh ceritanya. Jadi emang sudah siap-siap mau berenang di hari pertama dan hari kedua. Nggak ada satupun dari kita yang nggak mau main air disini. Lah boleh main air sepuasnya kok, makanya sikat aja lah. Ban berenang bocah juga dibawa kok. Ternyata disana emang nggak sediakan ban berenang. Hore banget ya, bocah seneng banget bisa main air disini. Di sini kita dipinjemin juga handuknya buat lap-lap badan sebelum naik ke kamar.

Waterpark ini yang kita cari
Playgroundnya bagus lho...

Hari pertama disini, saya dan si bayi nggak ikutan berenang. Males aja, sama beberes bersih-bersihnya setelah renang. Akhirnya saya dan si bayi main di playground yang ada di area country club Aryaduta. Gratis kok, asal sebutin aja nomor kamar kita dan pesan kamarnya atas nama siapa. Langsung masuk. Kalau mau nambah kegiatan, boleh aja ikut cooking class atau sand painting yang diadain sama Kids Club Aryaduta. Acaranya dan harganya nggak tentu, tergantung sama kegiatan sih kayaknya. Kemarin kita nggak ikut, soalnya besoknya udah mau renang lagi.

Disini, kita bisa juga menghabiskan waktu untuk berolahraga. Di country club, ternyata fasilitasnya bisa dipakai semua lho. Ada sauna, ada gym, ada jacuzzi, ada jogging track, ada lapangan buat main bola, ada apaan lagi ya? Kalau nginepnya 2 malam sih bisa dibantai tuh sauna. Tapi kita kan nginep cuma semalam, jadi kita skip sama kegiatan di country club. Bayar lagi nggak masuk suana dan lain-lain? Nggak sih katanya. Harga nginep sudah termasuk dengan fasilitas tersebut. Ehm, murah donk ya? Ya kalau buat sesekali pas liburan ya murah. Hahahaha...

Bosen sama kegiatan di hotel, bisa nyebrang ke seberang, ada Supermal Karawaci. Mall yang gede banget dan lengkap banget. Hypermarket aja ada 2, Hypermart dan Transmart Carrefour. Restoran ya jangan tanya. Dari yang enak banget sampe yang nggak enak ya ada. Dari yang mahal sampe yang murah juga ada. Jalan kaki dari hotel cukup 10 menit aja kok. Tapi sayangnya, mau nyebrang dari hotel ke mall ini, jalannya nggak stroller friendly. Susah banget mau turun tangganya. Mana mau masuk mall juga jalannya dipalang-palang. Banyak angkot ngetem gitu...

Liat seseruan di Aryaduta Lippo Village ini yuuuk....




Jadi...

So far, saya merekomendasikan kalau ada yang mau staycation di Aryaduta Lippo Village Karawaci ini. Value for money banget. Kalau nginep 2 malam, harganya lebih murah lagi lho. Jadinya semalam sekitar Rp 700.000an gitu. Itu udah termasuk breakfast pula. Jadi udah nggak pusing mau cari-cari makanan. Ya walaupun sih di sekeliling hotel banyak banget tempat makan. Jelas-jelas juga samping hotel ini ada McDonalds buka 24 jam. Saya kasih nilai 8.5 dari 10 untuk Aryaduta Lippo Village Karawaci ini. Suatu saat bakal mau balik sini lagi deh... aamiin... 

5.04.2017

KARTINI KITA di 2017

Sudah masuk bulan Mei, tapi masih aja Kartini-an berasa. Rasanya masih belum bisa move on, karena dimana-mana kemarin masih ada lomba peringatan hari Kartini. Jadilah saya juga mau meninggalkan jejak tentang Kartini di blog saya tercinta ini. Late? Better late than never kan ya, kata orang sih begitu. Setidaknya ikut berpartisipasi dalam tidak melupakan Kartini yang telah berjasa begitu besarnya untuk perempuan di Indonesia ini. Kalau nggak ada Kartini saat itu, belum tentu juga sekarang saya bisa pegang computer begini dan menuliskan apa yang saya mau share.

Semua sudah tau siapa Ibu Kartini. Seorang perempuan yang berasal dari Jepara, sebuah kota di Jawa Tengah dan kini terkenal dengan furnitur (yoi... jati jepara toh...? *wink). Lahir dari keluarga bangsawan, iya karena bapaknya Kartini seorang Bupati daerah sana. Kartini, saat itu mau banget kalau dirinya bisa baca dan menulis. Yah, di zaman itu emang perempuan kodratnya di dapur. Nggak usah bisa baca menulis (dan berhitung mungkin?). Wanita adalah dapur dan begitu juga sebaliknya. Ngebayanginnya udah lumayan mumet saya mah kalau cuma seputar dapur. 

Perempuan sekarang, udah sangat jauh berkembang. Kegiatannya nggak sebatas di dapur. Udah sampai langit kalau bisa dibilang. Perempuan sekarang sudah pegang computer, udah berjibaku dengan lalu lintas, udah bisa bersaing dengan laki-laki dalam pekerjaannya, dan udah bisa jadi apaan aja yang tidak biasa dilakukan oleh seorang wanita, dan sebagaimana lainnya. Perempuan yang sekarang sih ya sudah luar biasa kegiatannya. Bahkan ada juga yang diluar batas. Hahaha, kalau yang ini ai no comment deh ya. Ntar malah dibilang nyinyir. Maap, sekarang si nyinyir lagi naik daun.

Seiring dengan perkembangan waktu dan jaman, Kartini udah beragam macamnya. Kartini dari waktu ke waktu menyesuaikan dengan kemajuan jamannya. Di tahun 70an - saya mah belum lahir - mungkin Kartini saat itu adalah Kartini yang bisa baca tulis saja sudah cukup. Di tahun 80an - nah ini saya baru lahir - mungkin Kartini saat itu adalah perempuan yang bisa sekolah tinggi. Di tahun 90an - nah saya baru mulai hidup - Kartini di jaman ini mungkin adalah perempuan yang sudah bisa nyupir, ngajar, dan berkarir. Semakin kesini, perempuan semakin berkarya dengan bebas.


Setiap orang pasti punya Kartini versinya masing-masing, ya... Siapa Kartini versi saya?

Yah kalau ini sih udah pasti nggak perlu ditanyakan lagi. Kartini saya udah pasti ya ibu saya sendiri. Ibu saya ini, luar biasa (buat saya). Lahir di sebuah kota Kalimantan Barat, setelah tamat SMA-nya udah langsung melanglang buana untuk kuliah di sebuah perguruan tinggi terkenal di Bandung. Tahun 65-an, anak perempuan tanpa saudara bisa merantau itu luar biasa menurut saya. Saya sendiri aja sampai sebelum nikah nggak pernah jauh dari orang tua. Lah si ibu saya ini, udah anak perempuan, jauh dari orang tua, tanpa saudara, siap menunggu kiriman wesel tiap bulan. Joss... 

Kebayang lagi, setelah lulus dari kuliah di Bandung, lanjut nikah sama si bapak baik hati dan langsung pula melanglang buana ke negeri jiran. Baru nikah, jauh dari orang tua, hidup di negeri orang beda budaya dan beda kultur, sering ditinggal suami dinas, baru nikah, adouh... sanggup sanggup aja. Kalau nggak modal keberanian dan kecerdasan yang luar biasa, kayaknya mah ini bakalan berat ya. Hahahaaa, asli dah buat saya yang cemen ini pasti mewek mulu kali ya. Lah si suami dinas 3 hari luar kota aja dah babibubebo...

Tapi nih ya, selain ibu saya sendiri, saya juga punya lho, "Kartini" lain yang saya idolakan. Seperti adalah ibu dosen tercinta saya yang sukses di pendidikan, karir dan rumah tangga. Ini awesome banget menurut saya. Kartini lainnya adalah ibu Susi Menteri Kelautan. Udahlah jangan ditanya mengapa saya mengidolakan dirinya. Semua orang juga tau gimana bu Susi. Terus ada juga nih, Kartini berikutnya, yaitu seorang selebritis yang hidupnya anteng adem dan ayem. Rumah tangganya jauh dari hossip dan karirnya juga bagus. Kartini versi dirimu, siapakah...?


2017 dan saatnya saya mencetak Kartini...

Bersyukurlah saya ini, di tahun 2017, saatnya saya mencetak seorang Kartini versi baru. Iya, anak perempuan saya dan suami ini, semakin membesar. Saatnya untuk mendidik dirinya agar menjadi wanita yang pintar, tangguh, cerdas, tapi juga rendah hati. Ini hal yang tidak mudah pastinya. Saya sendiri perlu banyak belajar dan belajar untuk menjadi orang tua, mencetak Kartini yang baru lagi. Tapi walau bagaimana juga, yang namanya belajar emang nggak mudah. Ada sebuah kegagalan untuk menjadi pengalam agar kita tahu dimana kekurangan kita. Bener nggak?

Kartini tahun 2017 ini, Nareswari berusaha setidaknya untuk berani tampil di depan umum orang banyak. Orang-orang yang tidak dikenalnya sama sekali. Iya, kemarin dia ikut parade busana daerah di salah sebuah mall di area Jakarta Barat. Menang nggak? Hahahaha... bisa maju tampil aja sudah bersyukur. Buat saya, dia mau maju itu udah jadi juara. Nggak semua anak berani tampil di depan umum, orang banyak dan tidak dikenal. Kalau kata bapaknya anak-anak, yang penting itu prosesnya kok. Menang adalah bonus. So true lah ya...

Anak dan Ibu
In stage... berani maju...
Selesai manggung ceritanya...

Teruslah belajar Nareswari-ku..., belajar menjadi seorang perempuan yang berguna baik banyak orang dan rendah hati. Doa bapak dan ibu selalu menyertai buat Nareswari...


4.20.2017

HIBURAN MURAH MERIAH JAKARTA BARAT

Setiap manusia, butuh hiburan. Termasuk juga saya ini. Yaiyalah, ngurus tiga anak yang lagi lucu-lucunya itu, menguras tenaga lho. Jadi nggak ada salahnya kalau ada waktunya juga kita menghibur diri sendiri. Bahkan ada yang bilang, buat emak-emak, "me time itu wajib". Siapa sepakat ayo acungkan tangannya? Nah, tinggal cari deh bentuk hiburan yang sesuai sama kita. Karena pada dasarnya beda orang, beda tingkat kepelikannya dan beda pula cara ngehibur dirinya sendiri. Saya, menghibur cukup injek gas, pergi ke supermarket dan belanja. Kalau duit lagi banyak, boleh belanja mewah. Kalau duit lagi nggak banyak, silahkan nikmati yang ada...

Minggu kemarin, pak suami ngajak kita jalan-jalan sore ke salah satu mall yang ada dekat rumah kita. Iyes, Central Park Mall di Tanjung Duren. Di deretan ini, ada 3 (eh apa empat ya?) mall berjejer - tapi bukan balajaer yak. Mulai dari Taman Anggrek - Central Park - Neo SOHO - jauhan dikit ada Citraland Mall. Kita sebenernya udah ngerencanain ke Central Park itu sejak 2 minggu lalu, tapi karena begitu mau masuk aja udah macet banget, kita skip deh waktu itu. Aseli, ngeliat mobil bejibun dan nggak bergerak itu udah males banget. Ya bela-belain amat ya, mau antri masuk begitu. 

Akhirnya, minggu kemarin kita niatkan lagi ke Central Park, dan parkir di Taman Anggrek. Beruntungnya, akses pejalan kaki dari Taman Anggrek ke Central Park itu dalam kategori yang manusiawi. Pedestrian walau nggak pakai atap, tapi jalanannya beradab. Jadi buat kita sekeluarga yang bawa bocah, nyaman aja jalan dari Taman Anggrek ke Central Park. Cukup 10 menit, dari tempat parkir sampai di Central Park ini. Daripada harus antri mobil mau masuk parkir Central Park yang setidaknya bisa 30 menit lebih sendiri. Ehm, belum lagi cari parkirnya ya?



Kenapa juga kita suka ke Central Park (dan kini Neo SOHO juga)? 

Ini di Jakarta lho.. 

Ini nggak lain karena Central Park mall ini, ada tamannya. Walaupun tamannya adalah taman buatan, tapi lumayan lho dibanding mall lain yang nggak punya taman dan kolam ikan koi. Disini kita bisa santai duduk-duduk di taman Tribeca. Belum lagi kalau pas ada pertunjukan, tandanya kita bisa liat atau nonton disitu. Paling enak emang sore-sore gitu, duduk santai di taman. Ya kalau siang sih jangan tanya lah ya, pasti panas. Kalau pagi? Ya belum buka lah emol-nya... Duduk santai sambil cemal cemil paling enak pastinya. Bawa anak bocah lebih lengkap. 

Nah, sekarang ini makin sedap deh main kesini. Secara mall baru yang sempat terbakar di akhir tahun 2016 ini, menghadirkan konsep yang manusiawi juga kok. Jujur aja, buat saya sih ini menarik. Ada apa di Neo SOHO? Selain mall, yang menarik adalah jembatan penghubung antara Central Park mall dengan Neo SOHO ini. Jembatannya dirancang menarik oleh sang arsitek. Kalau siang, terlihat jembatan dengan garis-garis vertikal yang warna warni. Nah, kalau malam, lampu-lampunya menyala, bikin makin keren aja. 

Cuma jembatan aja gitu? Nggak kok. Di jembatan ini kita bisa duduk-duduk, sambil ngobrol-ngobrol, trus enak juga ngeliat muka Jakarta di seputaran wilayah Jakarta Barat. Kalau siang liat bangunan-bangunannya dan kalau malam bisa liat lampu-lampu di bangunan-bangunan seputar wilayah itu. Oia, dari jembatan ini juga kita bisa ngeliat betapa macetnya akses mobil pribadi yang menuju kawasan yang dikembangkan oleh Agung Podomoro ini. Jadi, banyak yang bisa kita lihat dari jembatan ini. Buat saya sendiri, menarik kok. 

Menurut saya dan pak suami, menghabiskan akhir pekan di Jakarta nggak ada salahnya mengunjungi tempat ini. Salah satu alternatif hiburan murah dan meriah dalam kota. Murah karena nggak perlu keluar uang banyak. Kecuali kalau makan dan belanja di shopping center-nya, itu udah lain cerita. Oia, kemarin menghabiskan biaya parkir di mall Taman Anggrek sebesar Rp 17.000. Masuk pk 17.30 dan keluar pk 20.45 (sekitar 4 jam lamanya). Anggap saja lah biaya parkir ini sebagai tiket masuk ke taman yang murah meriah untuk kita sekeluarga. Akur banget kan, di dompet?

Eco Skywalk

Bisa lihat ini dari Eco Skywalk

Macetnya - banyak mobil banget yaaa...



Mau liat macetnya dan padatnya mobil di seputaran Central Park mall dan Neo SOHO ini? Ini dia gambarnya....



Nah, satu lagi nih. Di Neo SOHO itu ada Jakarta Aquarium lho. Baru. Model-model macam Seaworld gitu. Bedanya sama Seaworld? Kalau saya rasa sih 11-12 lah. Bedanya Jakarta Aquarium ini lokasinya ya ditengah kota. Udah gitu nggak perlu tiket masuk seperti di Ancol. Harga tiketnya berapa? Kemarin pas hari libur, harga tiket Rp 250.000 aja per orang. Hahahaha, masuk berempat abis sejutaaa, pemirsa. Ntar deh ya, nunggu promo tiket aja. Itu juga kalau ada. Kalau nggak ada? Yaudahlah, cukup liat di instagram aja, pengalaman orang lain. 

Jakarta Aquarium - foto di depan aja dulu ya


Jadi... lumayan kan... ada tempat hiburan baru di Jakarta? Nggak menguras kantong yang banyak... 

4.17.2017

PERSIAPAN MASUK SD

Nah, kan... udah lama banget nggak update blog. Yang sakit, yang sibuk, dan yang lain-lain yang bikin terhenti mau nulis blog. Punya anak 3, kalau yang satu sakit, biasanya abis itu rolling menular sakit ke yang lainnya. Ujung-ujungnya ibunya yang kena sakit juga. Tepar ngurus 3 anak marathon. Tapi disitulah seninya jadi ibu. Ngurus ina inu anu sendiri. Enjoy banget sama setiap prosesnya. Teler tapi berharga. Tapi emang pasti ada aja yang jadi nggak bisa dikerjain. Salah satu emang urusan update blog jadi terbengkalai.

Nih, kali ini mau share tentang Nares, anak pertama yang mulai menghabiskan waktunya di Taman Bermain dan akan melanjutkan ke SD. Wahaaa, berasa banget ya, punya anak bayi kemarin dan kini sudah aja mau masuk SD. Kok cepet banget waktu berlalu. Nggak berasa? Ya berasa banget. Kalau ada yang bilang nggak berasa, tiba-tiba udah gede aja tuh anak, mungkin nggak ngurus anaknya. Ahahaha... ya masa tiba-tiba anaknya udah gede sendiri? Nggak mungkin kan? Kalo diurus sendiri, pasti berasa banget ngurusinnya.

Sebentar lagi meninggalkan TK ini

Udah mulai masuk SD gini, para emak dan bapak biasanya mulai resah gelisah mau masukin anaknya ke sekolah mana. Semua orang pasti mau kasih yang terbaik buat anaknya. Buat anak kok coba-coba? Gitu bukan katanya? Sama. Saya juga demikian adanya. Nggak kurang nggak juga lebih. Buat semua anak, mau kasih yang terbaik. Terbaik menurut saya dan pak suami, pastinya. Jangan lupa, yang terbaik itu juga dengan pertimbangan faktor a, b, c, d, dan seterusnya. Prioritas ina inu anu juga nggak ketinggalan. Nanti tinggal diurutin aja tuh yang mana yang prinsip-prinsip. Bungkus deh...

Bahas dikit, ya... di seputaran lingkungan kami tinggal di Palmerah ini, ada beberapa sekolah yang termasuk kategori bagus. Ya bagus kualitas dan bagus harga. Semua ada plus minusnya kok. Sekolah-sekolah jagoan yang ada itu adalah SD Bhakti di Kemanggisan, SD Regina Pacis di Palmerah Utara, SD IKKT di Komplek Hankam Slipi, dan SD Al-Azhar di Kemandoran. Cuma SD swasta ajakah yang bagus disini? Nope. Ada juga kok yang Negeri yang nggak kalah hebatnya. SD Palmerah 15, 17, dan 19 ada di Komplek Sandang dekat Univ. Bina Nusantara. Kemudian deket rumah kita ada SD Kemanggisan 01, 03, 05, 06. 

Idealnya saya sih sebenernya masuk SD itu yang nggak pakai test, nggak mahal, nanti belajar di SD juga PR nggak ada, karena umur segitu belum waktunya banyak-banyak PR. Tapi akh ya sudahlah, di deket sini nihil yang begitu. Hahahaha, mari hadapi realita kehidupan ini kawan. Buka mata, bahwa sekolah yang ada di deket lingkungan apa adanya aja.


Terus Nares mau masuk SD yang mana? Ini pertimbangan kita nih...

Pertama, milih sekolah anak itu harus terdekat mungkin dari rumah. Jalan kaki kalau bisa dari rumah. Selain jalan kaki itu sehat, pastinya nggak bakal kena macet sama kejamnya jalanan ibukota. Udah paling males, kalau berangkat ke sekolah harus berjibaku dengan lalu lintas yang tidak bersahabat. Jakarta, pemirsa... jalanannya lebih kejam daripada emak lampir. Jadi, prioritas kita SD yang terjangkau dengan jalan kaki adalah SD IKKT dan SD Kemanggisan. Skip deh tuh ya, sekolah-sekolah yang lainnya. Kudu pakai mobil/motor mau kesana.

Kedua, milih sekolah anak udah pasti yang sesuai dengan kantong si bapak. Ya iyalah, masa mau masukin ke sekolah yang nggak terjangkau harganya sama si bapak? Nanti tiap bulan kita bisa makan dedak dengan lauk sayur daun salam (ini juga karena pohon salam ada di depan rumah - jadi boleh metik langsung aja, nggak usah beli lagi). Alhamdulillah, SD IKKT ini baik uang pangkal masuknya maupun SPP bulanannya dapat terjangkau oleh si bapak. Negeri? Kalau Negeri sih sekolahnya grateis, tutup mata aja. 

Akh, sudahlah. Pilihan kita jatuh kepada kedua SD tersebut saja. Yang dekat dan harga terjangkau di kantong kita. SD IKKT atau SD Kemanggisan. Terus, kira-kira, Nares mau masuk yang mana? Sebenernya pengen bangen masukin Nares ke sekolah negeri. Grateis? Nggak juga semata karena gratisnya lho. Tapi sebagai ibu yang kepoismenya tingkat dewa, saya mulai korak korek informasi dari sana sini sono tentang metode belajar dan kurikulum di sekolah-sekolah tujuan saya. Sementara ini sepertinya lebih cocok sama SD Negeri justru. 

Tapi nih, Nares udah saya daftarin ke SD IKKT, lho. Hahahaha, gimana siyk? Mau masuk Negeri kok masih daftar swasta. Jadi ya, syarat masuk SD Negeri itu berdasarkan umur. Nggak pakai tast test tist lagi seperti SD Swasta. Nah, umur yang diutamakan untuk masuk SD Negeri itu adalah 7 tahun. Nares, nanti bulan Juli 2017, umurnya 6 tahun 5 bulan. Jadi, harap-harap cemas untuk dapet bangku di SD Negeri ini. Kalau saingan umurnya banyak, ya bisa jadi wassalam. Kalau lagi nggak banyak saingan, insyaaAllah bisa masuk. Hihihihi... pengen doa, supaya saingannya nggak banyak.

Jadi, makanya saya dan pak suami itu mikir, Nares tetap harus daftar SD swasta, untuk jaga-jaga kalau nggak bisa masuk di SD Negeri yang kita pilih, yaitu SD Negeri yang terdekat. Sekarang ini, daftar SD swasta sudah mulai berakhir. Kalau nggak daftar sekarang, bisa-bisa pun di SD swasta ini nggak dapet bangku. mulai lah kita mikir, kalao nggak keterima di Negeri yang kita mauin, trus belum daftar SD swasta, gimanaaaaa.....? Ngulang setahun lagi di TK? Nares pasti bosen. 4 tahun di TK bisa-bisa lumutan. Hahahaha... 

Sebenernya nih ya, pas cerita-cerita dengan sesama bu-ibu mengenai SD Negeri ini, sempet juga ada pembicaraan mengenai pergaulan di SD Negeri yang gimanaaa gitu. Apa nggak takut, nyekolahin anak di sekolah negeri yang pergaulannya mungkin lebih ganas dari sekolah swasta? Hihihi, sempet mikir iya, tapi alhamdulillah, dengan kekuatan bulan, datanglaaah... Hahaha... hilang deh ketakutan itu. Kalau kata ayahnya Nares, pergaulan dimana saja sama. Ada kekurangan dan ada kelebihannya masing-masing kok. Nggak usah takut. Bismillah saja.

Ini SD Negeri Kemanggisan 03 dan 05 Pagi (doc. mba Eris)
SD Kemanggisan 01 Pagi dan 02 Petang (doc. mba Eris)

Jujur aja lho, tadinya saya itu udah mau nutup mata menyekolahkan Nares di SD swasta depan rumah ini. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, ina inu pertimbangan lain, jadi bergeser sedikit pilihannya. Ya, tetap harus daftar sekolah di depan rumah ini. Hihihi... Demikianlah sudah cerita perjalanan mencari sekolah Nares saya tumpahkan disini. Semoga bermanfaat ya, buat yang lain yang lagi mencari sekolah buat ananda tercinta. 

KURIKULUM SD KINI... JAHARA DEH...

Buat ibu-ibu yang selalu mendampingi anak-anaknya belajar, pasti paham banget kalau materi pelajaran sekarang ini berat sekali. Ehm, apa ja...

Popular Post