3.14.2018

MEDIA SOSIAL DI PASAR

Entah lagi kesurupan mahluk apalah saya ini, tiba-tiba pengen sekali posting sesuatu yang tidak biasa saya posting. Postingan saya kan biasanya tentang pengalaman saya, apa yang sudah saya kerjakan, saya lakukan, kemudian saya tulis dan saya bagikan di blog saya ini. Kali ini berbeda sedikit. Lagi mau posting pandangan saya tentang sesuatu. Jadi mohon jangan di-bully ya, kalau nggak sependapat. Hahaha, udah pesimis duluan gini siy... (Btw, emang lagi nggak punya bahan buat nulis blog ya, sehingga akhirnya menyerah menulis tentang yang lain? - iya banget, bayarin piknik dooonk biar bisa nulis lagi).

Belakangan ini, seringkali di media sosial itu hadir tulisan, meme, atau video yang viral. Topiknya macam-macam banget, salah satu yang lagi ngetrend itu ya tentang pelakor (perebut laki orang?). But no, I don't want to write down tentang si pelakor. Ada lagi topik lainnya tentang ibu-ibu kelas sosialita yang hedon tingkat dewa. Sarapan atau brunch saja di restoran mevvah yang sekali makan bisa habis Rp 200.000 (buat sendiri ya, bukan kayak saya yang jumlah ini bisa buat 4 kali belanja sayur di mamang sayur). Belum lagi topik yang bikin kita senyum-senyum sendiri pas melihat atau membacanya. 

Itulah ya, sosial media. Banyak hal yang bisa dipelajari dari sana. Tergantung kita yang menerimanya seperti apa. Apa yang dilempar di media sosial itu, nggak lebih sama kayak mau milih jenis bahan makanan di pasar. Ada daging, ada ikan dan hasil laut lainnya, ada ayam, ada juga sayuran, ada bumbu, ada buah, ada yang lain-lainnya yang pastinya udah pasti bisa dibeli semuanya (dengan catatan: punya duitnya, ya neng! - saya mah nunggu promo aja lah). 


Berbagai macam bahan di pasar (gambar: https://infonawacita.com)


Terus analogi apa sosial media sama bahan makanan di pasar?


- Sama-sama dijajakan, digelar, semua orang bisa lihat... 

Bener nggak? Informasi atau apapun yang berada di media sosial itu (FB, Path, Twitter, Whatsapp, dan semuanya lah itu) pasti siapapun bisa melihat, bisa menikmatinya walau hanya sekedar lihat atau memandang. Gratis kalau ada wi-fi, kalau punya pulsa sendiri ya alhamdulillah banget. Mau ngebaca, mau nonton video viral, mau lihat meme, tinggal lihat. Mau numpang lihat sama punya temennya juga boleh, asal temennya ikhlas ngasih lihat. 


- Sama-sama boleh dinikmati... 

Iya, semua informasi yang ada di media sosial siapa saja boleh menikmatinya lho. Mau bilang ada batasan umurnya juga sepertinya nggak ngaruh ya, karena anak kecil saja pada udah jao banget pegang smartphone-nya kan? Nah apalagi kalau orangtuanya nggak ngawasin, bablas kan tuh anak-anak pegang smartphone. Semua bisa akses. Bhaaaaay lah... Masih mending sih kalau yang diprotect atau mungkin smartphone oke, no data no wifi. Kelar dah, main game aja... ahahaha!


- Pilih sana sini, jangan salah pilih...

Di pasar, segala macam ada. Yang mahal yang murah. Yang saya butuhkan dan yang tidak saya butuhkan. Yang boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan. Yang bisa dibeli dan tidak bisa dibeli (liat dompet kadang emang suka bikin ngeringis - maunya belanja banyak, duitnya dikit!). Pokoknya silahkan pilih barang - asal sesuai sama kita kan? Sama lah, media sosial juga gitu kok adanya... Silahkan pilih yang sesuai sama saya saja. Makan. Telan. Alhamdulillah... 


- Nggak cocok? Nggak sesuai? Tinggalin saja... 

Liat semua-mua di media sosial, kalau nggak cocok ya bhaaay saja. Itu sudah cukup kok. Di pasar, saya membeli barang yang cocok sama saya. Cocok dari selera dan cocok sama kantong pastinya. Sama juga hal-nya sama media sosial. Lihat saja yang seperlunya cocok sama saya. Nggak cocok nggak perlu dilihat. Lihat pun ya silahkan, tapi jangan dibawa pusing. Itu ibarat mau beli daging sapi, tapi cuma punya duit buat beli ayam. Hempaskan saja niat saya itu - mimpi namanya
.


- Baik dan buruk kita yang pilih... 

Ke pasar, bawa duit udah, bawa catatan udah, tinggal pilih barangnya, bayar, dan bawalah pulang. Asalkan semua sudah cucok, nggak ada masalah kan? Yang pasti bermasalah itu, pasti kalau ada yang nggak cocok - lihatlah beberapa pasutri yang berpisah, pasti awalnya karena "nggak cocok" lagi kan? Ewww, nggak usah beli barang yang nggak bagus di pasar. Sama nih, informasi yang nggak bagus, buang aja. Memang jika banyak mudharat, lebih baik ditinggalkan... Iya nggak?


Saya sendiri, jujur saja, waktu media sosial awal suka memberikan informasi yang sangat royalnya, saya suka pilih yang bukan buat saya. Menikmatinya walau tidak bermanfaat. Kasihan saya, habis waktu menikmati sesuatu yang tidak berguna buat buat saya. Bahkan kadang kok ya malah membawa dampak yang buruk (iyh amit-amit ya...). Tapi waktu berjalan, berubah menjadi lebih baik itu penting sekali, karena sudah banyak jargon yang menyatakan "lebih penting jadi orang baik daripada jadi orang penting". Ya ya ya.. no more sakit hati from media sosial ya... Ini penting buat saya...

Saya melihat banyaknya orang berantem atau ribut via media sosial. Hahaha... ribut kok di media sosial, nggak cucok nih. Mendingan kalau ribut itu ya ketemuan sama orangnya langsung, kalau perlu pukul-pukulan kan? Itu baru namanya gentleman - padahal kan saya ladies yaaah... Eh tapi jujur aja nih ya, waktu saya masih jadi alay di jaman jahiliyah, twit war pernah lho. Nyahahaha! Belum lagi yang kesindir-sindir di media sosial kan? Nulis buat siapa, yang berasa siapa? Akh, media sosial. Makanya, saya mah mending cukup baca dan selesai. 

Jadi... selamat memilah dan milih bahan belanjaan di pasar ya... cari yang kita butuhkan dan cocok sama kita. Yang enggak enak nggak usah diambil, dibeli dan dipikirin... Selamat berkarya daripada pusing...

KURIKULUM SD KINI... JAHARA DEH...

Buat ibu-ibu yang selalu mendampingi anak-anaknya belajar, pasti paham banget kalau materi pelajaran sekarang ini berat sekali. Ehm, apa ja...

Popular Post