2.22.2012

MISOA SKOTEL

Lagi kesambet setan masak, makanya belajar bikin cemilan ini itu anu. Tapi masaknya masak cemilan yah. Bukan masak makanan yang berat-berat untuk lauk nasi. Kalo yang itu sih mati gaya dah! Ampuuun.

Nah, kemaren ini nyobain bikin misoa skotel. Resep aslinya dari mba Dini, kakak iparku yang tinggal di Cibinong, yang jago masak! Cuma yang saya bikin ini udah dikit-dikit di modif biar unyu aja. Misalnya, tambahan jagung manis, wortel, smoked beef, keju, jamur. Nah kan, bahannya segambreng...

Neh, penampakannya ya pemirsah!

Tampak utuh


Tampak yang sudah terpotong

Nah... kata si bapak mah, ini enak! Yah, nggak tau bener nggak tau cuma muji bininya negh yah! Tapi sih setelah saya cobain sendiri, ternyata memang enak! Manisnya dai jagung, gurihnya dari susu dan keju. berasa gigitannya pas makan jamur-nya. Wahaaa... berhasil! Senangnya!

Resepnya neh...
Bahan:
- Misoa, 1 bungkus, masak sampe matang, tiriskan
- Jamur merang, 5 buah, potong halus
- Smoked beef, 2 lembar, potong kecil-kecil
- Wortel, suka-suka, serut kasar
- Jagung manis, setengah buah, pipil
- Butter, 1 sendok makan, cairkan
- Bawang bombay, sesukanya, cincang halus (tumis sama butter)
- Susu UHT, 100ml
- Keju cheddar, sesukanya, parut halus
- Telur ayam, 3 butir, kocok halus
- Garam merica, secukupnya

Bikinnya:
- Campur semua bahan jadi 1 adonan. Aduk rata serata-ratanya.
- Kukus sampai matang dan dinginkan
- Kalau udah dingin, potong sesuai selera. Balurkan telur, kemudian tepung panir. Goreng sampe agak kecoklatan yeee...



Hmmm, besok bikin apa lagi ya? Kalo udah bisa begini, sepertinya sudah bisa bikin nugget negh! ganti misonya pake tepung panir. Pake udang lebih gurih. Whokey, next session dah! Cukup senang dengan hasil yang ini... ;)

GIZI SEIMBANG BUAT PERTUMBUHAN BABY


Minggu tanggal 19 Feb 2012 saya berkesempatan ikutan kelasnya milis Mamaku Koki Handal yang mengupas tentang gizi anak di 1000 hari pertama. Aseli degh, pengen banget ikutan kelas singkat ini. Kenapa? Soalnya pengen tau, bagaimana mengatur gizi yang baik buat Nares. Apakah selama ini makannya Nares udah bener atau masih perlu perbaikan? Nah, daftar deh saya, melalui milis mpasiumahan yang di moderator-in sama mba Dian Prima as known as mba Depe. Udah daftar, trus konfirmasi dan bayar deh. Alhamdulillaaah, si bapak keceh bayarin saya ikutan kelas ini.

Okey, di sini saya mau share beberapa ilmu yang baru saya ketahuin lho, dari Ibu Maria Phan, sang pemateri di kelas ini. Bu Maria bekerja pada badan pangan dunia dan sudah keliling belahan dunia mana saja untuk melihat gizi bayi dan anak di seluruh penjuru dunia. Yang namanya negara entah berantah pun sudah dijajaki sama bu Maria lho. Pernah kok, cerita beliau, dirinya melakukan research ke tempat yang benar-benar sulit untuk dijangkau. Pokoknya akses itu benar-benar tertutup. Sampai-sampai, listrik pun belum masuk. Nah, dengan kondisi yang sulit begitu, makanya distribusi makanan juga susah. Penduduk setempat hanya bisa mengandalkan bahan-bahan yang ada di sekitarnya yang pastinya amat sangat terbatas. Nah, makanya dari itu banyak bayi-bayi yang kekurangan gizi *mulai mewek Makanya, buat kita yang hidup di kota dengan segala ada bahan makanan ada, harus memanfaatkan semaksimal mungkin itu bahan-bahan makanan. Mumpung mudah didapat, ada rejeki, makanya maksimalkan lagh gizi anak kita!

Yuks, lanjut di bawah ini ya share-nya...


Poin 1 – Kapan masa penting pemberian nutrisi kepada anak?

Pada tau nggak, kalo ternyata pemberian nutrisi pada anak itu sebenernya harus sudah dimulai pada masa awal-awal kehamilan lho. Bukan pada saat lahir ternyata, apalagi dari pas mulai MPASI. Got the point kan?  Yups, hamil berarti harus makan bergizi seimbang. Jadi, begitu terjadinya pembuahan di sel telur, itu adalah awal pemberian nutrisi kepada anak. Nah, jangan salah, ternyata di masa hamil ini, nutrisi yang masuk ke baby itu yang menentukan nanti baby-nya bakalah cukup gizi atau nggak pas si baby lahir. Makanya, si ibu pas hamil itu harus makan yang bergizi tinggi. Kalo mual gimana? Trus sampe muntah-muntah? “Ya harus dimasukin lagi setelah muntah. Jenis makanan kan banyak. Coba cari yang ngga bikin mual”, begitu kira-kira penjelasan dari bu Maria. So ladies calon emak atau yang mau hamdun lagi, ayo masupin makanannya yang bergizi tinggi yah, buat si baby kita, bukan buat kita. Jadi, kalo kita nggak makan, yang dipikirin adalah, “baby kita makan apa, kalo kita nggak makan?”.

BBLR (berat badan lahir rendah) pada bayi, sebisa mungkin harus dihindari. Nah, makanya disini penting sekali peranan ibu untuk memberikan gizi yang terbaik buat si baby. Ya karena ternyata memang anak kita butuh asupan gizi dari apa yang kita makan. Jadiii, buat bumil ayo makan yang banyak dan bergizi ya! Buat yang mau hamil pun, ternyata harus makan makanan yang bergizi juga lho.


Poin 2 – Berat dan Tinggi badan anak

Sepertinya sudah barang yang tidak langka lagi, ketika kesehatan anak diukur dari timbangan badannya saja. Baru tau banget ketika ikutan kelas kece ini, ternyata untuk mengukur pertumbuhan si anak, nggak hanya dilihat dari berat badannya saja lho. Tapi juga dari tinggi badan anak. Sempet bingung juga sih tentang tinggi badan ini, secara di benak saya itu kalo masalah tinggi badan ya banyaknya dipengaruhi sama faktor keturunan (genetik). Kalo ibunya bapaknya pendek, ya anaknya cenderung pendek juga. Ternyata paradigma itu ya sama sekali nggak bisa diterima mentah-mentah. Bu Maria menjelaskan, bahwa tinggi anak itu sangat tergantung ya dari gizi dan makanan yang dimakannya. Faktor genetik memang mempengaruhi, tapi ternyata itu sangat sedikit. Nah, ada mama kece di kelas ini yang share pengalaman pribadinya, katanya ada temennya dimana orang tuanya pendek, tapi anaknya bisa tinggi. Hal itu ternyata karena si orang tua selalu memberikan makanan yang bergizi tinggi buat anaknya. Waaah, begitu toh! Hmmm, ya ya ya, pantesan aja mas-mas saya tingginya diatas 175cm semua, soalnya waktu kecil mungkin makanannya bergizi seimbang semua yah...

Kalo saya sendiri berfikir, dengan tinggi badan 166cm ini ya memang karena bapak saya agak tinggi. Nah, kakek dari pihak ibu saya, itu tinggi juga. Eyang putri pun terhitung tinggi untuk seukuran perempuan di desanya. Jadi saya ngga pernah berfikir kalau ternyata tinggi itu berpengaruh banyak dari makanan yang masuk ke badan kita. Lah wong saya sebelum masa pubertas itu tingginya nggak seberapa kok, bila dibandingkan dengan teman-teman perempuan yang lain. Nah, begitu masuk masa puber, makan menggila (udah kaya’ buto jowo yang segala macam dimakan, sampe-sampe kalo makan instant noodle aja harus 2 pak #kebanyakan MSG, wkwkwk...). Akhirnya bener yah, tinggi badan saya kaya ditiup angin. Bet bet bet... ngacir! Ooo, begitu tho. Ternyata kalo makan yang bergizi tinggi, badan kita bertambah tingginya.

Bu Maria melanjutkan materi yang sudah ada di slide show. Beliau bercerita kalau ternyata, menaikkan tinggi badan itu tidak semudah menambah berat badan lho. Banyak yang berhasil untuk naikin berat badan baby-nya, tapi untuk meninggikan badannya, masih belum banyak yang berhasil. Makanya dari itu, kita perlu usaha ekstra untuk meninggikan berat badan anak kita. Nah, gimana biar tinggi badan anak kita bisa menyesuaikan dengan standard tinggi badan WHO? Ya ternyata harus makan yang bergizi seimbang.


Poin 3 – Makanan Bergizi Seimbang

Ternyata 4 sehat 5 sempurna itu udah nggak dipake lagi yah? Setelah melakukan research dan pengembangan-pengembangan ilmu dari mana-mana, sekarang yang dibutuhkan itu adalah Gizi Seimbang. Pake piramida makanan itu lho. Jadi, diawali dengan karbohidrat, sayur mayur, protein hewani dan protein nabati, buah dan produk susu. Nah, ini yang dipake sekarang buat memperbaiki gizi anak-anak. Ya, secara konsep sih sepertinya material makanan yang dipake ya sama. Hanya di piramida gizi seimbang ini ternyata ada air putih 8 gelas.

Di piramida makanan gizi seimbang ini juga, ternyata masing-masing golongan makanan memiliki tugas masing-masing di dalam tubuh kita. Karbohidrat adalah sebagai zat tenaga. Sayur dan buah adalah zat pembangun. Protein hewani sebagai zat pengatur. Nah, komposisi makanan itu lah yang digunakan untuk menunjang nutrisi pertumbuhan anak. Makanya, harus seimbang tuh semua komposisi, biar mereka menjadi satu kesatuan yang kuat. Nggak bisa hanya mengandalkan salah satu zat dari mereka. Misalnya, hanya banyak makan buah atau sayur. Okey mungkin kalo buat orang dewasa, buat yang diet karbohidrat. Tapi untuk bayi, abaikan peraturan tersebut. Karena masa-masa bayi itu membutuhkan nutrisi yang sangat tepat.

Apa saja sih makanan yang ada di piramida gizi seimbang ini?


Piramida gizi seimbang (doc. medicastore)
a. Karbohidrat :
(nasi, ubi, kentang, gandum),
b. Sayur mayur 
(segala jenis sayur),
c. Protein hewani dan nabati 
(daging, ikan, ayam, kedelai, kacang hijau, kacang-kacangan),
d. Minyak-minyak
(evoo, eloo, canola oil)
e. Air putih


Di Amerika sendiri, sekarang mereka menerapkan "my plate" ini untuk acuan makanan gizi seimbang. Jadi, di piringnya mereka itu harus ada serealia, protein, buah, sayur, dan susu di gelas. Tuh liat, komposisinya juga jelas kan? Serealia dan sayurannya besarnya sama. Sementara protein dan buah besarannya juga sama.

Komposisi Gizi Seimbang "My Plate" (doc.  nouurishactive)

Nah, bu Maria juga menjelaskan dengan contoh bagaimana mengatur komposisi gizi seimbang buat nutrisi bayi kita. Ternyata, di dalam sehari makan itu ada harus terdiri dari beberapa macam komponen yang ada di piramida gizi seimbang. Ya nasi, kacang-kacangan, sayuran, telur, daging, buah, minyak. Wah, seru banget! Ini ilmu yang baru saya dapatkan, ternyata dalam sehari daging yang dibutuhkan itu kira-kira sebesar kotak korek api. Pantesan, Nares agak susah naek berat badannya. Soalnya protein hewani yang saya kasih ternyata kurang banyak. Haish, payah beud dah emanknya Nares! Trus minyak-minyak juga kurang. Emang sih, Nares tiap pagi saya kasih EVOO (Extra Virgin Olive Oil), tapi ternyata ya masih kurang. Baiklah, akan diaplikasikan  sepulangnya dari short course ini!

Yang nggak kalah pentingnya itu ternyata karbohidrat! So that's why better perdana MPASI itu dimulai dengan serealia, which is serealia itu mengandung banyak zat tenaga! Iya donk, baby itu butuh tenaga yang banyak, buat maen, buat mikir, buat bikin hati emak bapaknya senang! Hohohooo, bersyukurlah, Nares kena MPASI perdananya pake tepung beras. 

  
Poin 4 – Mengukur pertumbuhan anak dengan aplikasi Athro dari WHO

Ternyata WHO sudah membuat aplikasi khusus untuk mengukur pertumbuhan anak bayi lho. Namanya WHO Anthro. Tinggal masukin data-data anak kita, nanti software itu langsung mengitung pertumbuhan anak kita, apakah sesuai standard WHO atau lebih atau bisa juga kurang. Udah pernah sih, download dari link yang pernah dikasih di milis AFB, tapi nggak ngerti cara bacanya. Walaupun udah ada panduannya, tapi kok ya masih oon sayah. Untung aja pas di kelas ini, Bu Maria menjelaskan bagaimana cara membaca aplikasi ini.

Tampilan awal software WHO Anthro

Sampai di rumah, langsung degh, intip catatan penambahan berat badannya Nares dan tinggi badannya juga. Yah, bersyukur banget. Ternyata pertumbuhan dek Nares masih dalam “lampu hijau semua”. Walaupun nggak banyak, tapi yang penting hijau yah. Ada yang kurang-kurang sedikit, angkanya “-0.xx” Tak apalah, nanti dikejar lagi dengan makanannya. Makan sehat gizi seimbang dan pastinya buatan sendiri dari rumah! Yeaaa... Saya pun menyempatkan email sama bu Maria mengenai perkembangan Nares. Kata bu Maria, sudah bagus sih kalau “hijau” semua, kekurangannya (biar nggak “-0.xx”), masih bisa dikejar. Baiklah, kejar ya nak... brooom tot tooottt...

Nah, buat yang mau download software WHO Anthro, bisa dari sini ya. Mudah-mudahan bisa terpakai untuk memantau pertumbuhan fisik anak. Apalagi buat yang concern sama berat badan anak. Yah, seperti saya ini lah contohnya. Selalu khawatir berat badan anak kurang. Ya emang iye sih, berat badan Nares itu termasuk yang amat sangat standard. Nggak kurang, tapi ya standard! Makanya, harus kerja keras nih emaknya, biar berat badan Nares naek! At least saya berbuat yang terbaik buat anak saya, betol tidak pemirsah?


Nah, ternyata bener lho, setelah praktek, saya banyakin protein hewani untuk makanan Nares, berat badan Nares ya langsung naek! Before praktek 8.7kg dan after praktek 9.2kg. Hanya dalam jangka waktu 4 hari! Amazed! Tapi ya nggak mungkin juga mau naek banyak-banyak banget kali ya? Asal nggak minus, itu udah satu point tambah buat eikeh....

Ukuran WHO Anthro Nares, sebelum nambah protein hewani (liat kotak hjau yang deret kiri)
Ukuran WHO Anthro Nares, setelah nambah protein hewani (liat kotak hjau yang deret kiri) 


Poin 5 – Pertumbuhan Kualitas Anak

Abis digempur abis-abisan masalah pergizian anak, bu Maria juga inform ke kita peserta kelas, bahwa pertumbuhan anak itu nggak serta merta dari makanan yang bergizi seimbang saja, tapi kita orang tuany harus memperhatikan kualitas pertumbuhan anak. Misalnya, anak harus sering diajak ngobrol, ditatap matanya, diajakin baca doa bersama, diajarin baca buku, pokoknya quality time with kiddos lah. Jangan dipikir karena anaknya masih belum genap setahun maka mereka nggak ngerti apa yang disampaikan ortu yah. Hmmm, ternyata baby ngerti lho, apa yang orang tuanya mauin dan maksudkan. Yah, emang sih kadang nggak habis pikir liat pertumbuhan baby. Masih mungil gitu kok bisa makan, kok ngerti handphone itu bunyi, kok tau bapak ibunya datang, kok paham orang yang nggak dia sukain. Nah, makanya itu, kita sebagai orang tua harus ngajarin yang bener-bener buat baby kita.

So parents and parents to be, jagalah asupan nutrisi anak kita. Karena, nutrisi itu menentukan kesehatan anak kita. Senangnya berbagi... :-) 

2.09.2012

KISAH ERWIN - Bagian 1


Masih inget kan, cerita tentang Erwin? Teman saya yang nggak bisa melihat dengan jelas? Kalo lupa atau belum tau, coba intip ini ya, mudah-mudahan bisa refresh sedikit. Yuks akh, lanjut lagi cerita tentang Erwin.

Karena udah pada galang dana kesana kemari untuk Erwin, maka di minggu awal penggalangan dana tersebut, akhirnya diputuskan untuk melihat kondisi Erwin. Berdasarkan kesepakatan teman-teman alumni SMP, akhirnya dipilihlah hari Sabtu untuk berkunjung ke rumah Erwin. Iya pastinya hari Sabtu, karena kalau di hari kerja, pasti nggak ada yang bisa. Termasuk saya pun, sepertinya tak bisa. Okey, Sabtu pagi, sekitar pukul 09.00 pagi, titik kumpul di SMPN 219 Joglo. Ada beberapa teman di group yang sudah mengkonfirmasikan kebersediaannya untuk ikut ke rumah Erwin. Namun ada beberapa juga yang mengkonfirmasi bahwa dirinya tak bisa hadir. Yah, tak apalah, mengerti kok saya. Mungkin ada acara lain yang lebih penting dan sudah direncanakan dari jauh-jauh hari.

Di hari Sabtu pagi tersebut, hujan turun lama dan cukup lebat. Namun walau hujan pun, niat yang sudah dikobarkan tak akan dipadamkan lagi (haeish, bahasanya enak bener yak?). Jam 09.30, saya pun masih terjebak di kemacetan di daerah sekitar Permata Hijau. “Sabar ya temans, maaf saya baru sampai di Permata Hijau. Macet”, begitu kira-kira bbm saya kepada teman-teman di chatgroup teman-teman SMPN 219. Dan akhirnya, sekitar pukul 09.30 saya pun tiba di titik kumpul, yaitu SMPN 219. Akhirnya, setelah sekitar 10 tahun tidak melihat langsung sekolah ini, di hari tersebut, bisa juga saya melihatnya kembali. Saat itu di titik kumpul sudah ada Dwi dan Rieka. Ibu dan calon ibu ini, sudah menunggu dengan setianya. Tampak pun Hadi belum ada, begitu juga dengan Gina. Tak selang beberapa lama, Hadi dan Gina pun hadir. Baiklah, kalau begitu, tinggal menunggu Umar. Hujan pun masih belum berhenti. Sembari menunggu Umar dan hujan reda, kami yang sudah datang terlebih dahulu sempat bernostalgia di sekolah ini.

Wohooo, 16 tahun sudah meninggalkan sekolah dan kini kami disini. Untuk saya sendiri, langsung lah semua kenangan yang pernah terjadi di saat saya sekolah di sini, bangkit dari kuburnya. Hahahaaa, mulai dari tukang jajanan, sampai dengan pembahasan guru-guru. Okey, saya nggak mau bahas lebih lanjut ya, mengenai yang terjadi di masa lalu (siapa juga yang mau baca, ya Mona...?).

Setelah semuanya kumpul, tibalah saatnya berangkat. Hadi, Gina, Dwi (beserta putrinya, Rara), Rieka, Umar, Ahmad (beserta istri dan anak) menuju ke rumah Erwin. Menyusul kemudian Kurniati, yang langsung menuju ke rumah Erwin. 1 mobil dan 3 motor, dengan niat baik yang tulus dan ikhlas, berangkat menuju rumah Erwin. Tentu saja, Hadi sebagai pemimpin rombongan kunjungan. Bismillah...

Lokasi rumah Erwin kini ternyata di dekat menara stasiun televisi ANTV, daerah Meruya. Sepengetahuan saya, dulu itu rumah Erwin di sekitar perumahan Puri Beta, Joglo. Ternyata, setelah menikah dengan istrinya, Erwin tinggal di rumah yang kami kunjungi ini.

Baiklah, lanjut ke kisah Erwin.

Rumah yang berukuran kurang lebih 2.5meter x 6meter ini ternyata milik orang tua istri Erwin yang memang dipinjamkan kepada Erwin, istri dan anaknya. Rumah tanpa halaman, bercat putih dan berada di gang yang hanya bisa dilalui oleh motor inilah, tempat Erwin dan keluarganya berteduh dari panasnya matahari dan dinginnya malam. Yah, kecil memang, bahkan bila dibandingkan dengan garasi mobil ukuran standard pun, masih leih besar garasi mobil. Tapi setidaknya rumah ini bisa melindungi Erwin dan keluarga dari segala gangguan yang ada. Begitu masuk ke rumahnya, terlihat jelas jejeran galon air di ruang tamu. Sesuai dengan pekerjaan Erwin, sebagai karyawan di perusahaan air isi ulang galon, maka di rumahnya pun terdapat galon-galon tersebut. Tak disangkal, di depan rumah Erwin pun tertera “Sedia Air Galon”.

Di depan rumah Erwin (1)

Di depan rumah Erwin (2)
Akhirnya, ketemua juga sama Erwin. Mukanya sih nggak banyak berubah. Heheee, emang mau kaya’ gimana lagi ya? Erwin ya tetep Erwin, gitu lho... Huhuuu, sempet speechless juga sih, begitu ketemu Erwin. Teman lama, setelah 16 tahun nggak ketemu, akhirnya ketemu lagi.  Okey, kita semua yang hadir di situ, membaur menjadi satu. Saling menanyakan kabar, saling bertukar nomor handphone, pin BB, ID facebook, dan lain-lain yang bisa dibagikan lah. Secara emang ngasih nomor juga gratis kan?

Mulai lah, pembicaraan dengan Erwin. Mulai dari tanya kabar, latar belakang kenapa bisa matanya seperti itu, sampai ke permasalahan berobat. Yah, satu persatu diantara teman yang hadir disitu saling sambut menyambut pertanyaan.

Diawali dengan pembicaraan mengenai mata Erwin. Ternyata, Erwin sudah merasakan gejala yang sangat mengganggu penglihatannya tersebut. Erwin memang berkaca mata semenjak SMP. Namun sekitar di awal Januari 2012, Erwin merasa ada yang semakin tidak beres pada mata kirinya. Berawal dari Erwin tidak bisa melihat lingkaran. Bentuk lingkaran yang dilihatnya, tidak lingkaran lagi, tapi sudah menjadi oval alias lonjong. Sudahlah minus tinggi, tambah lagi nggak bisa lihat bentuk dengan sempurna. Nggak kebayang ya, mata kanan Erwin itu minus 13 dan yang kiri minus 14. Hadeeeuuuh, saya yang minus 3.75 aja udah rempong. Tau nggak, saat ini ternyata Erwin memakai kacamata keponakannya yang berminus 9? Erwin belum bisa pakai kaca mata yang sesuai dengan minus-nya dikarenakan harga lensa untuk ukuran mata Erwin, ya memang mahal. Yah, lensa kacamata kan emang gitu, semakin tinggi minus-nya, maka akan semakin tinggi pula harganya. Pasti nggak enak degh, kalo pake kaca mata yang nggak sesuai ukurannya sama mata kita. Aseli degh, itu mata kaya’ kerja rodi. Beraaat, berat kerjanya mata kita.

Nah, karena ada keluhan tersebut, akhirnya ya Erwin datang ke Klinik Mata Mayestik untuk memeriksakan kondisi matanya. Menurut dr. Isfahani, dokter yang memeriksa Erwin, ternyata ada syaraf mata Erwin yang terlepas. Jalan satu-satunya adalah Erwin memang harus dioperasi. Yah, begitu mendengar kata-kata operasi, Erwin pun sempat merasa ‘down’. Pasti ujung-ujungnya tak lain dan tidak bukan adalah karena masalah biaya. Untuk biaya operasi yang sekitar 12 juta, sudah dapat dipastikan tidak akan terpenuhi. “Gw sih ya pasrah deh, terima nasib begini. Abis mau gimana ya, Mon, biayanya besar banget. Sedangkan penghasilan gw cuma dari anterin air galon ini”, begitu cerita kepasrahan Erwin dengan saya. Sambil nepuk pundak Erwin, sambil ngomong, “Sabar ya Win...” *senyum. Dokter yang memeriksakan mata Erwin, sempat menyarankan Erwin untuk tidak bekerja yang berat-berat. Termasuk di dalamnya adalah kerja sebagai penganter botol galon isi ulang. Namun apa daya, Erwin belum berkesempatan mendapat pekerjaan lain. Erwin pun sempat menunjukkan surat dari dokter mengenai penyakitnya. Tapi pun saya tak mengerti.

Surat dari dokter mata Erwin
Tanpa tersadar, Erwin melanjutkan cerita tentang pekerjaannya sehari-hari kepada kami. Yak, dari pekerjaan sehari-hari Erwin mengantarkan air isi ulang di sekitar perumahan Larangan Indah, Ciledug dan Komplek DKI Joglo, Jakara Barat, ternyata Erwin diupah Rp 1,000 untuk setiap galonnya. Setiap hari, kira-kira ada 50-60 galon yang bisa diantarnya. Berarti, dalam sehari Erwin bisa mendapatkan sekitar Rp 50,000 – Rp 60,000. Iya, itu kalau Erwin sendiri yang bekerja. Tapi kalau ada dua orang yang bekerja, berarti ya penghasilan Erwin hanya separuh dari hasil maksimum yang bisa dicapai. Serba salah memang sepertinya. Kalau dikerjakan sendiri, memang pendapatannya bisa maksimum, tapi badan pasti kerja keras. Kalau dikerjakan berdua, badan tidak kerja keras memang, tapi penghasilan hanya separuhnya. Yah, tapi belum ada pilihan lain untuk Erwin, selain bekerja di tempat isi ulang air tersebut. Kebayang kan, dari penghasilan perhari tersebut, betapa beratnya Erwin untuk membiaya pengobatan matanya.  Mungkin pun untuk biaya kehidupan sehari-hari hanya bisa secukupnya. Terlebih, istri Erwin, hanya seorang ibu rumah tangga.

Tak beberapa lama setelah kita berbincang di ruang depan rumah Erwin, anak Erwin satu-satunya, pun keluar dari dalam kamar. Si bocah kecil langsung duduk santai dipangku oleh ayahnya, Erwin. Saya pun menyempatkan berbincang santai dengan bocah tersebut.
 “Namanya siapa, mas?”
“Santo”
“Udah sekolah?”
“Udah”
“Kelas berapa?”
“TK”
“Emang umurnya berapa?”
“6 tahun” sambil dirinya mendirikan jari berjumlah 6

Erwin pun memotong pembicaraan kami, sambil melanjutkan kisahnya. *take a deep breath siap-siap buat baca kelanjutannya yah, pasti readers akan terenyuh seperti saya.

Erwin bercerita, untuk biaya sekolah (TK) Santo, sebulan menghabiskan sekitar Rp 150,000. Uang sebesar itu adalah untuk biaya Taman Kanak-kanak dan biaya belajar mengaji-nya. Lokasi Santo belajar pun dekat dengan rumah Erwin, supaya tidak memakan biaya transport lagi sepertinya. Hanya perlu berjalan kaki untuk mencapai sekolahnya. Seketika Erwin menangis, menitikkan airmatanya. Saya pun terdiam. Speechless. “Yang saya pikirkan hanya anak ini. Santo. Saya harus berjuang buat Santo. Biarpun saya susah, Santo nggak boleh putus sekolah. Santo harus sekolah tinggi, nggak kaya’ saya”, begitu ucap Erwin dengan nada yang terbata-bata. Nggak tega juga sih ya, saya ngeliat Erwin nangis begitu. Terenyuh banget. Erwin, walaupun hidup pas-pasan, tapi bersemangat untuk menyekolahkan anakknya. “Tahun ini Santo masuk SD, makanya saya harus kerja keras biar Santo bisa sekolah”, lanjut Erwin. Well, Cuma bisa kasih semangat buat Erwin, semoga cita-cita Erwin buat menyekolahkan Santo bisa terlaksana.

Setelah Erwin selesai menceritakan kondisinya, akhirnya kami pun menyampaikan tujuan dan maksud berkunjung ke rumah Erwin. Saya, sedikit memulai pembicaraan tersebut, sampai pada akhirnya rekan-rekan semua yang berkunjung ke rumah Erwin saling menambahkan maksud dan tujuan kedatangan tersebut. Termasuk di dalam pembicaraan tersebut juga adalah supaya Erwin tidak salah paham dengan maksud penggalangan dana ini. Tidak kalahnya juga dengan dukungan moril kepada Erwin, supaya Erwin bisa berobat sampai tuntas dan bisa beraktivitas seperti semula. Mudah-mudahan dengan niat yang tulus ini, semua proses dan jalan diberikan kemudahan oleh Allah, SWT. Aamiin. Kami semua disana, termasuk teman-teman yang tidak bisa hadir, menginginkan kesembuhan mata Erwin, agar dirinya bisa melihat kembali dengan sebaik mungkin.

Setelah Erwin dapat bernafas sedikit lega mengenai bantuan dari rekan-rekan dan kerabat maupun ada beberapa yang tidak mengenal dirinya, Erwin kembali resah. “Tapi gimana kerjaan nanti ya? Kan saya juga harus bekerja, tapi kalau harus anter dan angkat galon kembali, gimana nanti mata saya?”, pertanyaan terlontar dari Erwin. Kembali, kami semua disitu menyemangati Erwin. “Tenang Win, ini dulu disembuhkan. Nanti kalau sudah sembuh, baru kita bicarakan lagi, mengenai pekerjaan dan masa depan. Tapi matanya biar diobatin dulu ya...”, salah satu dari kami berujar demikian. Yah, memang tidak dapat disangkal, dimana-mana, pasti pancingan lebih dibutuhkan daripada memberikan seekor ikan. Tapi saya yakin, Allah Maha Segala-galanya, diriNya akan memberikan jalan keluar yang baik dan terbaik untuk Erwin.

Diujung pembicaraan, kami mendiskusikan beberapa hal yang perlu ditempuh oleh Erwin dalam rangka pengobatan matanya tersebut. Mulai dari periksa kembali ke dokter, urus surat-surat yang penting dari pejabat setempat, dan lain-lainnya. Tapi pada intinya, kami dari rekan-rekan Erwin, peduli dengan kesehatannya.

Erwin dan keluarga
Rasa hangatnya kebersamaan sangat terasa diruangan yang kecil tersebut. Walaupun kami sudah berpisah sekolah selama hampir 16 tahun, tapi pada saat kami berkumpul, seperti tidak ada waktu yang memisahkan. Syukurlah, saya mempunyai teman yang masih peduli dengan teman lama. Masih sangat peduli dengan rekan kecil.

Setelah 90 menit kami larut dalam pembicaraan, tiba kini saat kami berpamitan setelah sebelumnya kami menyempatkan berfoto dengan keluarga Erwin. Hari itu hari Sabtu, masih banyak mungkin keperluan yang harus dipenuhi oleh kami semua karena di hari kerja tidak sempat melakukannya. Satu persatu berpamitan kepada Erwin, sambil tak lupa memberi semangat kepada Erwin.

This is it, setelah belasan tahun terpisah
Readers, dari pertemuan saya bersama dengan rekan-rekan alumni seangkatan bersama Erwin, saya sedikit bisa mengambil pelajaran hidup yang amat sangat berguna. Teman ternyata tidak hanya sekedar teman, tapi teman adalah saudara. Bayangkan, Erwin yang “hanya” teman kami semasa SMP, tapi kita bisa kembali erat. Maka dari itu, benar sepertinya pepatah yang pernah disampaikan kepada saya melalu bapak saya. Begini katanya, “Punya seribu teman itu kurang dan punya satu musuh itu belerbihan”. See kan, dalam keadaan seperti ini, ternyata punya teman itu sangat bermanfaat. Bukan berarti memanfaatkan lho yak! Itu udah beda lagi urusannya. Hihihihi.....

Okey, demikian yang bisa saya share disini megenai Erwin pada saat kunjungan kami di rumah Erwin. Nantikan share saya selanjutnya ya, di episode berikutnya. 

KURIKULUM SD KINI... JAHARA DEH...

Buat ibu-ibu yang selalu mendampingi anak-anaknya belajar, pasti paham banget kalau materi pelajaran sekarang ini berat sekali. Ehm, apa ja...

Popular Post