Belum bisa pergi kemana-mana...
Tandanya... Tandanya saya cuma bisa menulis apa yang saya alami di rumah...
Menjadi seorang ibu, tentu nggak mudah. Dari mulai awal hamil, sudah harus banyak yang dipelajari. Dari awal mulai hamil, sudah mulai merasakan hal-hal yang sedikit mengurangi kenyamanan. Mengurangi kenyamanan bukan berarti nggak enak ya, bukan berarti sulit juga, dan bukan berarti nyusahin. Namanya juga ada perubahan dalam tubuh, ada yang berbeda, ada mahluk ajaib di dalam tubuh kita. Semuanya butuh penyesuaian dan setiap (calon) ibu bisa saja mengalami hal yang berbeda-beda. Sejauh kita bisa menikmati keadaan dan kondisi tersebut, saya yakin nggak ada masalah. Semuanya will be okay, kan? Saya sih yes... nggak tau mas Anang... - weeewww...
Melahirkan putri sekali dan melahirkan putra dua kali, saya mau berbagi pengalaman apa yang saya rasakan setelah melahirkan. Dari ketiga anak, kondisinya memang tidak sama persis, tapi ada beberapa hal yang kurang lebih sama adanya. Anak pertama dan kedua saya lahir dalam kondisi saya harus kembali bekerja di tiga bulan kedepannya - masih kerja di kantoran full time, sementara anak ketiga saya lahir dalam keadaan saya sudah tidak lagi bekerja full time. Anak pertama dan kedua saya lahir dalam kondisi ibu mertua saya ada dan ibu saya sehat bugar, sementara anak ketiga saya lahir dalam kondisi ibu mertua saya yang sudah tidak ada dan ibu saya sendiri dalam kondisi pasca operasi tulang bonggol paha (sedih banget deh...).
Setelah melahirkan, setelah sang buah hati keluar melihat dunia... maka ini yang saya rasakan lho...
bla bla bla... (ambil gambar dari sini) |
1 - Manfaatkanlah waktu senang-senang waktu di RS
Baru banget melahirkan? Abis dari ruang persalinan masuk ke kamar perawatan, kan? Nah, puas-puasin deh seneng-seneng di kamar perawatan ini. Leyeh-leyeh, santai-santai, ngapain kek... Selama di kamar perawatan ini, anda hanya disibukkan dengan mengurus bayi saja. Bayi baru lahir pun, lebih banyak jam tidurnya daripada jam meleknya. Di kamar perawatan ini, makanan datang sesuai jadwal tanpa kita harus mikir mau belanja bahan makanan apa, masak apa dan siapa yang masak. Di ruang perawatan ini, kita nggak perlu mikirin yang beresin kamar siapa, karena ada petugas yang bersihin. Kita tinggal duduk cantik aja lah, selama di kamar perawatan.
2 - Kehadiran Ibu mertua dan/atau Ibu kandung itu perlu
Setelah melahirkan, apalagi kalau kita merupakan orang tua baru alias melahirkan anak pertama, percayalah bahwa kehadiran orang tua kita itu sangat membantu kita. Hal yang saya rasakan adalah membantu dalam hal supportnya, mulai dari support doa, semangat, ilmu, dan sampai kepada support tenaga. Menjadi ibu baru, masih perlu banyak ilmu mengasuh anak bayi baru lahir. Ini nggak mudah, secara badan kita pasti cukup lelah setelah melakukan proses lahiran. Mau lahir secara spontan maupun sectio, pasti sama-sama teleeer... Maka, usahakan jika Ibu kita masih ada, yuk undang ke rumah kita.
3 - Jika memungkinkan ada Asisten Rumah Tangga (ART)
Menemukan seorang ART di jaman sekarang ini, sudah menjadi rahasia umum kalau ini bukan perkara mudah - semua pengguna ART pasti tau alasannya. Tapi setelah saya melahirkan, kondisi badan yang tidak prima, belum lagi urusan pengurusan bayi baru banget lahir yang jam tidurnya sesuka hatinya, maka mintalah bantuan kepada ART untuk mengurusi sebagian tugas bersih-bersih dan masak-masak di rumah. Beneran ya, berat sungguh kalau harus urus bayi juga plus harus urus rumah (mulai dari bebersih, cuci setrika dan masak). Bisa sih, bisa gempooor. Manusia nggak ada yang sempurna, daripada pingsan, mending minta bantuan ART.
4 - Persiapan ASI perah itu penting
Waktu melahirkan anak pertama dan kedua, saya masih bekerja sebagai karyawan penuh waktu. Masa cuti persalinan tiga bulan (saja). Maka hal yang perlu dipersiapkan adalah menabung ASI perah. Kerja keras lah pokoknya nabung ASI, biar nggak kejar tayang nantinya. Sekarang, melahirkan anak ketiga, saya sudah tidak bekerja full time lagi, tapi saya tetap perah ASI in case adik bayi harus saya tinggal, sudah punya tabungan ASI. Tapi kali ini nggak perlu seperti kerja keras anak pertama dan kedua. Saya yakin bahwa kebutuhan ASI bagi tiap-tiap anak itu cukup dan menyesuaikan dengan kebutuhan anak.
5 - Menjadikan suami sebagai sahabat
Beneran, setelah menjadi seorang Ibu, banyak hal baru yang pastinya akan kita alami. Walaupun itu sudah anak ketiga, saya tetap saja punya pengalaman baru. Mungkin ada yang bilang, "udah anak ketiga, masih kayak baru pertama ngelahirin aja?" Jangan salah, setiap anak itu unik, maka setiap pasca melahirkan kita pun pasti punya kondisi yang berbeda. Yang sama persis adalah capeknya, tenaga yang terkuras. Dalam kondisi kita yang seperti ini, saya selalu berkeluh kesah dengan pak suami. Ya iyalah, mau cerita dengan siapa lagi? Tapi itu hal yang wajar kok. Lebih baik meluapkan, daripada disimpen sendiri, nanti tiba-tiba meledak.
6 - Melakukan belanja bulanan via online
Nah, ini yang nggak bisa ditinggalin juga. Penting banget soalnya. Belanja bulanan, kadang nggak bisa minta tolong ke orang lain, saya punya gaya belanja bulanan sendiri. Minta tolong ke pak suami, walaupun sudah dikasih list-nya, tetap aja beda (terbukti). Sekarang, bersyukur sudah banyak toko online ya, bahkan hypermarket pun beberapa sudah ada yang punya online-nya. Di saat saya melahirkan anak ketiga ini, belanja bulanan saya beralih ke belanja online. Mudah sangat, banyak pilihannya dan tinggal tunggu di rumah. Siapin aja token dan jumlah yang cukup di rekening kita. hihiii...
7 - Menjaga kondisi tubuh sebaik mungkin
Nggak ada yang nggak capek abis melahirkan. Ngurus anak bayi baru lahir sungguh tak mudah, pemirsaaa. Sungguh aku tidak berdusta. Apalagi ini melahirkan anak ketiga, umur sudah 35 tahun, kondisi badan yang ada bukan makin setrong, tapi makin ompong. Jagalah kondisi tubuh kita, kesehatan diri kita sendiri. Bukan apa-apa, kalau sakit bisa lebih parah lagi. Belum urus bayi, belum urus rumah, belum urus suami, belum urus diri sendiri. Emang bener banget kan, ada yang bilang "Jadi Ibu itu nggak boleh sakit". Yah, baik-baiklah jaga badan. Saya mah minta rekomendasi lah sama pak dokter, vitamin buat jaga kondisi tubuh ini, plus makan buah dan makan yang teratur.
8 - Menyiapkan mental untuk 40 hari pertama
Ini bukan mitos menurut saya. 40 hari pertama itu emang masa yang cukup rawan buat ibu yang baru melahirkan. Secara bayi masih piyik banget, pasti belum boleh dibawa keluar. Mau dibawa keluar, takut kontaminasi dengan lingkungan luar. Belum lagi kalau ditinggal, nyusunya gimana? Pakai ASI perah ya bisa, tapi bukannya 2 bulan pertama masa yang bagus untuk menyusui langsung? Nah, saya sendiri memilih nggak keluar rumah kalau bukan untuk keperluan yang sangat sangat penting. Jangan tanya, rasanya sangat jenuh nggak keluar rumah untuk senang-senang. Ini bener-bener bikin stress. Mau pergi, ada bayi. Nggak pergi, udah jenuh. Alternatifnya? Silahkan dipilih masing-masing ya. Saya sendiri cuma bisa nulis, main socmed, tidur, ngobrol di Whatsapp, dan berceloteh dengan suami.
9 - Perkaya ilmu merawat anak
Bener deh, selama ada waktu luang pasca lahiran, saya paling seneng membaca. Terutama cara-cara perawatan dan pengasuhan bayi. Sekarang membaca nggak cuma dari buku, banyak situs atau sumber yang bisa dipercaya untuk meningkatkan ilmu perasuhan anak kita. Mulai dari A sampai Z tentang ngurus anak, ada kok. Tinggal kita yang pinter-pinter saring aja. Yang masuk akal, logis, bagus ya inget-inget, sementara yang nggak masuk akal ya monggo dibuang aja. Tapi sebenernya, kalau seneng baca yang lain juga nggak apa-apa. Yang jelas, membaca di sela-sela waktu luang pasca lahiran, membunuh rasa bosan buat saya.
10 - Menyaring masukan-masukan tentang ilmu perawatan bayi
Yang namanya orang abis melahirkan, biasanya dikunjungi sama kerabat. Mau dari temen sekolah, temen kantor, sampe sodara atau tetangga. Kerabat ini ketika mengunjungi kita yang baru saja melahirkan, (alhamdulillah) kadang selain membawa kado buat si kecil, tapi membawa juga wejangan untuk kita. Apalagi kalau kita baru melahirkan anak pertama, ilmu kita pasti dianggap cetek - emang sih, namanya juga pengalaman pertama. Nah, nggak jarang wejangan yang dihadiahi buat kita itu, suka nggak masuk akal. Makanya, saringlah hadiah-hadiah tadi ya, kalau ada yang kurang paham, mending tanya ke dokter aja dah.
11 - Mengeluh? Nggak Berguna
Semua orang juga tau, kondisi setelah melahirkan itu pasti hmmm... iya banget lah pokoknya. Perasaan kita juga campur aduk kacau balau, kan? Ada rasa seneng karena punya mainan baru, rasa ringan karena perut udah nggak bawa gembolan, tapi rasa capek juga ada, plus kadang rasa ketakutan akan kondisi bayi kita. Namanya aja ngurus anak kecil, belum bisa ngomong dia kalau haus, gerah, dingin, nggak enak, nggak nyaman. Emaknya yang harus menerka-nerka. Kadang kondisi campur aduk gini yang bikin kita jadi nggak jelas. Terus, ujung-ujungnya ngeluh, marah, stress. Saya berfikir, ngeluh sama sekali nggak berguna lho. Bawa santai sambil dalam hati komat kamit "nggak ada yang sempurna... nggak ada yang sempurna..."
12 - Mencari alternatif "me time"
Lagi kondisi pasca persalinan, pasti sangat terbatas, Saya sendiri, sangat bersyukur bisa melahirkan dengan spontan partus di ketiga anak saya. Benar adanya, persalinan spontan pemulihannya lebih cepat dibanding sectio. Wong 2 jam post partum boleh jalan kok, kalau nggak ada keluhan. Saya, termasuk yang nakal. Pasca lahiran 7 hari, udah nekat nyupir mobil ke supermarket. Ahahaha, gateeel, pemirsa. Tak apalah, supermarket cuma 5 menit dari rumah, sekedar melepas kejenuhan. Barang yang dibeli juga nggak penting-penting banget kok. Cuma nyupir sebentar, belanja, habis 20 menit, pun cukup sebagai "me time" saya. Ceteeeek.... hahahaha...
13 - Memanfaatkan waktu untuk mendekatkan diri dengan Tuhan
Nah, ini yang terakhir, beneran banyak manfaatnya. Kondisi ibu setelah melahirkan itu banyak menguras fisik dan psikologis ternyata. Saya setelah lahiran, capek, ngurus bayi dan ngurus semuanya juga, bikin hati berasa nggak karuan. Mau nangis, tapi ternyata hanya bisa membuat sedikit lega, tidak mengubah keadaan sama sekali. Mau marah, malah makin runyam dan sama sekali tidak merubah keadaan, yang ada malah nambah persoalan. Salah satu yang bisa saya lakukan untuk menenangkan hati adalah dengan menyebut asma-Nya, mengingatnya bahwa ini semua adalah titipan dariNya, amanah dariNya, dan saya diberikan ini semua karena saya kuaaaat... Iyaaa, kuaaattt...
Hahahaha, demikian yang bisa saya sampaikan. Nah, ini ya, ada baiknya dipersiapkan dari sebelum melahirkan. Jadi pasca lahiran udah tau harus ngapain aja dan bagaimana... Percayalah, persiapan setelah melahirkan tidak kalah pentingnya dengan persiapan sebelum melahirkan. Kalau pre lahiran lebih persiapan ke fisik, barang untuk bayi dan persiapan setelah melahirkan, persiapan fisik dan non fisik harus dilakukan.
9 - Perkaya ilmu merawat anak
Bener deh, selama ada waktu luang pasca lahiran, saya paling seneng membaca. Terutama cara-cara perawatan dan pengasuhan bayi. Sekarang membaca nggak cuma dari buku, banyak situs atau sumber yang bisa dipercaya untuk meningkatkan ilmu perasuhan anak kita. Mulai dari A sampai Z tentang ngurus anak, ada kok. Tinggal kita yang pinter-pinter saring aja. Yang masuk akal, logis, bagus ya inget-inget, sementara yang nggak masuk akal ya monggo dibuang aja. Tapi sebenernya, kalau seneng baca yang lain juga nggak apa-apa. Yang jelas, membaca di sela-sela waktu luang pasca lahiran, membunuh rasa bosan buat saya.
10 - Menyaring masukan-masukan tentang ilmu perawatan bayi
Yang namanya orang abis melahirkan, biasanya dikunjungi sama kerabat. Mau dari temen sekolah, temen kantor, sampe sodara atau tetangga. Kerabat ini ketika mengunjungi kita yang baru saja melahirkan, (alhamdulillah) kadang selain membawa kado buat si kecil, tapi membawa juga wejangan untuk kita. Apalagi kalau kita baru melahirkan anak pertama, ilmu kita pasti dianggap cetek - emang sih, namanya juga pengalaman pertama. Nah, nggak jarang wejangan yang dihadiahi buat kita itu, suka nggak masuk akal. Makanya, saringlah hadiah-hadiah tadi ya, kalau ada yang kurang paham, mending tanya ke dokter aja dah.
11 - Mengeluh? Nggak Berguna
Semua orang juga tau, kondisi setelah melahirkan itu pasti hmmm... iya banget lah pokoknya. Perasaan kita juga campur aduk kacau balau, kan? Ada rasa seneng karena punya mainan baru, rasa ringan karena perut udah nggak bawa gembolan, tapi rasa capek juga ada, plus kadang rasa ketakutan akan kondisi bayi kita. Namanya aja ngurus anak kecil, belum bisa ngomong dia kalau haus, gerah, dingin, nggak enak, nggak nyaman. Emaknya yang harus menerka-nerka. Kadang kondisi campur aduk gini yang bikin kita jadi nggak jelas. Terus, ujung-ujungnya ngeluh, marah, stress. Saya berfikir, ngeluh sama sekali nggak berguna lho. Bawa santai sambil dalam hati komat kamit "nggak ada yang sempurna... nggak ada yang sempurna..."
12 - Mencari alternatif "me time"
Lagi kondisi pasca persalinan, pasti sangat terbatas, Saya sendiri, sangat bersyukur bisa melahirkan dengan spontan partus di ketiga anak saya. Benar adanya, persalinan spontan pemulihannya lebih cepat dibanding sectio. Wong 2 jam post partum boleh jalan kok, kalau nggak ada keluhan. Saya, termasuk yang nakal. Pasca lahiran 7 hari, udah nekat nyupir mobil ke supermarket. Ahahaha, gateeel, pemirsa. Tak apalah, supermarket cuma 5 menit dari rumah, sekedar melepas kejenuhan. Barang yang dibeli juga nggak penting-penting banget kok. Cuma nyupir sebentar, belanja, habis 20 menit, pun cukup sebagai "me time" saya. Ceteeeek.... hahahaha...
13 - Memanfaatkan waktu untuk mendekatkan diri dengan Tuhan
Nah, ini yang terakhir, beneran banyak manfaatnya. Kondisi ibu setelah melahirkan itu banyak menguras fisik dan psikologis ternyata. Saya setelah lahiran, capek, ngurus bayi dan ngurus semuanya juga, bikin hati berasa nggak karuan. Mau nangis, tapi ternyata hanya bisa membuat sedikit lega, tidak mengubah keadaan sama sekali. Mau marah, malah makin runyam dan sama sekali tidak merubah keadaan, yang ada malah nambah persoalan. Salah satu yang bisa saya lakukan untuk menenangkan hati adalah dengan menyebut asma-Nya, mengingatnya bahwa ini semua adalah titipan dariNya, amanah dariNya, dan saya diberikan ini semua karena saya kuaaaat... Iyaaa, kuaaattt...
Hahahaha, demikian yang bisa saya sampaikan. Nah, ini ya, ada baiknya dipersiapkan dari sebelum melahirkan. Jadi pasca lahiran udah tau harus ngapain aja dan bagaimana... Percayalah, persiapan setelah melahirkan tidak kalah pentingnya dengan persiapan sebelum melahirkan. Kalau pre lahiran lebih persiapan ke fisik, barang untuk bayi dan persiapan setelah melahirkan, persiapan fisik dan non fisik harus dilakukan.
No comments:
Post a Comment