12.20.2014

TOPLES KUE LEBARAN

Lebaran Idul Fitri tak afdol tanpa kue. Mulai dari kue kegemaran saya, kue putri salju hingga kue kacang. Entah bagaimana caranya, yang penting tersedia kue lebaran di rumah. Memang sepertinya yang suka makan kue lebaran tersebut hanya saya dan si kecil, Nareswari. Bapaknya? Tidak terlalu suka. Maklum, bapak memang sayang anak dan istri karena rela membelikan kami kue-kue itu tapi tidak terlalu suka memakannya. Saya pun berkata dalam hati, syukurlah.

Kue lebaran yang kami beli biasanya menggunakan toples mika plastik yang banyak dijual di pasar. Mungkin karena harga toples ini murah, banyak yang menggunakan toples ini untuk mengemasnya. Buat saya, toples ini pun tidak sekedar tempat kue, tapi bisa juga menjadi wadah penyimpanan lainnya. Mungkin tidak dipakai sekarang, tapi nanti-nanti bisa dipakai. Pemikiran itu yang membuat saya mengumpulkan toples kosong bekas kue lebaran. Hingga lebaran tahun ini, ada 25 toples mika yang saya simpan.

Toples Mika Tempat Kue Lebaran (pic taken from here)

Toples-toples yang saya simpan tak kunjung digunakan dan cenderung menumpuk jadi sampah dan sarang nyamuk. Saatnya dibuang saja. Mengingat pesan seseorang yang mengatakan jika barang sudah 3 bulan tidak dipakai, tandanya kita tidak membutuhkannya. Baiklah, saya kumpulkan toples mika tersebut, saya masukkan ke dalam kantong plastik. Saya akan berikan kepada pemulung yang sering lewat depan rumah.

Pemulung pun lewat, saya menawarkan toples-toples yang sudah saya bungkus. Si mas menerima. Saya pun menawarkan beberapa botol bekas kepadanya, namun ia menolak. Tak apalah. Selesai saya berikan kantong plastik toples tersebut, ia mengangkat karung pulungnya sembari berucap, “Alhamdulillah ya Allah. Alhamdulillah. Rejeki, rejeki”. Saya pun tertegun mendengarnya. Tidak lain karena sampah yang sudah tidak berharga buat saya, begitu berharga buat orang lain dan betapa ia mensyukuri akan rejeki yang ia dapat.
                                                           
Saya merasa tertampar bolak-balik mendengarnya. Betapa ia sangat mensyukuri ketika mendapat “sampah” yang saya buang. Sementara diri ini terkadang masih merasa selalu kurang terhadap apa yang Allah kasih kepada saya. Betapa saya tidak lebih baik dari pemulung itu. Saya yang terkadang masih merasa kurang terhadap apa yang telah Allah berikan kepada saya.

Pemulung (pic taken from here)


Terima kasih, mas... syukurmu merupakan awal kehidupan syukur saya kepadaNya.

2 comments:

  1. persis sama seperti yang Fenny alami mak, cuma pemulung tempat Fenny ibu-ibu, Fenny ga terlalu suka nyimpen yang mika gituan soalnya gampang pecah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mba Fenny, kalo saya sih suka simpen2 barang. Karena suka aja gitu kadang2 malah membutuhkan. Nah..., kalo sampe nggak dipake ya buang deh akhirnya. Tapi ternyata ya sampah buat saya, malah jadi berkah buat orang lain...

      Delete

KURIKULUM SD KINI... JAHARA DEH...

Buat ibu-ibu yang selalu mendampingi anak-anaknya belajar, pasti paham banget kalau materi pelajaran sekarang ini berat sekali. Ehm, apa ja...

Popular Post