Lebaran
Idul Fitri tak afdol tanpa kue. Mulai dari kue kegemaran saya, kue putri salju
hingga kue kacang. Entah bagaimana caranya, yang penting tersedia kue lebaran
di rumah. Memang sepertinya yang suka makan kue lebaran tersebut hanya saya dan
si kecil, Nareswari. Bapaknya? Tidak terlalu suka. Maklum, bapak memang sayang
anak dan istri karena rela membelikan kami kue-kue itu tapi tidak terlalu suka
memakannya. Saya pun berkata dalam hati, syukurlah.
Kue
lebaran yang kami beli biasanya menggunakan toples mika plastik yang banyak
dijual di pasar. Mungkin karena harga toples ini murah, banyak yang menggunakan
toples ini untuk mengemasnya. Buat saya, toples ini pun tidak sekedar tempat
kue, tapi bisa juga menjadi wadah penyimpanan lainnya. Mungkin tidak dipakai
sekarang, tapi nanti-nanti bisa dipakai. Pemikiran itu yang membuat saya
mengumpulkan toples kosong bekas kue lebaran. Hingga lebaran tahun ini, ada 25
toples mika yang saya simpan.
Toples Mika Tempat Kue Lebaran (pic taken from here) |
Toples-toples
yang saya simpan tak kunjung digunakan dan cenderung menumpuk jadi sampah dan sarang
nyamuk. Saatnya dibuang saja. Mengingat pesan seseorang yang mengatakan jika
barang sudah 3 bulan tidak dipakai, tandanya kita tidak membutuhkannya. Baiklah,
saya kumpulkan toples mika tersebut, saya masukkan ke dalam kantong plastik.
Saya akan berikan kepada pemulung yang sering lewat depan rumah.
Pemulung
pun lewat, saya menawarkan toples-toples yang sudah saya bungkus. Si mas
menerima. Saya pun menawarkan beberapa botol bekas kepadanya, namun ia menolak.
Tak apalah. Selesai saya berikan kantong plastik toples tersebut, ia mengangkat
karung pulungnya sembari berucap, “Alhamdulillah ya Allah. Alhamdulillah.
Rejeki, rejeki”. Saya pun tertegun mendengarnya. Tidak lain karena sampah yang
sudah tidak berharga buat saya, begitu berharga buat orang lain dan betapa ia
mensyukuri akan rejeki yang ia dapat.
Saya merasa tertampar bolak-balik mendengarnya. Betapa ia sangat mensyukuri ketika mendapat “sampah” yang saya buang. Sementara diri ini terkadang masih merasa selalu kurang terhadap apa yang Allah kasih kepada saya. Betapa saya tidak lebih baik dari pemulung itu. Saya yang terkadang masih merasa kurang terhadap apa yang telah Allah berikan kepada saya.
Pemulung (pic taken from here) |
Terima kasih, mas... syukurmu merupakan awal
kehidupan syukur saya kepadaNya.
persis sama seperti yang Fenny alami mak, cuma pemulung tempat Fenny ibu-ibu, Fenny ga terlalu suka nyimpen yang mika gituan soalnya gampang pecah
ReplyDeleteMba Fenny, kalo saya sih suka simpen2 barang. Karena suka aja gitu kadang2 malah membutuhkan. Nah..., kalo sampe nggak dipake ya buang deh akhirnya. Tapi ternyata ya sampah buat saya, malah jadi berkah buat orang lain...
Delete