Pernah denger kata “politik” kan?
Apa artinya yah? Kalo saya liat di wikipedia, arti politik adalah:
- proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
- Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional
Di samping itu politik juga dapat
ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
- politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)
- politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
- politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat
- politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Nah, kalo kata sahabat saya,
seorang pengamat politik, ahli filsafat, penyiar radio, dan relawan ini...
menurutnya, “politik itu dimana-mana (dengan kata lain kekuasaan
itu menyebar, tidak lagi terpusat)”. Hahaaa, dia juga sepaham dengan saya
sepertinya. Politik itu dimana-mana.
Setelah dari beberapa arti kata “politik”
diatas, saya mengambil beberapa pengertian yang akan saya masukkan di tulisan
saya ini. Ini dia yang saya pilih: Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih
kekuasaan. Yap, saya memilih pengertian ini untuk pembahasan selanjutnya.
Makanya buat yang baca, dimulai dari sini ya? Bukan di mulai dari nol kaya
mas/mba di SPBU itu lho yah!
Awal tulisan ini saya buat karena
kemarin pagi, saya membaca time line seseorang di Twitter mengenai pro kontra
imunisasi bagi anak bayi mereka. Ternyata sekarang ini, banyak lho yang
anti imunisasi. Mereka nggak mau mengimunisasi anaknya dengan alasan-alasan
yang menurut mereka itu benar. Mereka yakin bahwa anak yang diimunisasi belum
tentu sehat dan anak yang tidak diimunisasi belum tentu sakit. Belum lagi kabar
yang beredar adalah bahwa material imunisasi itu nggak halal karena mengandung
bayi, aborsi, babi, monyet. Hehehe, maaf ye, saya bukan ngomong kotor, tapi ini
serius dari yang saya baca! Huh, dunia internet menyajikan jutaan informasi.
Yang salah, yang bener, yang setengah-setengah juga ada. Jadi saya sendiri
harus bijak menentukan mana yang baik dan mana yang nggak baik. Tapi semuanya
pasti punya kepentingan masing-masing untuk satu tujuan pribadinya.
Baiklah, begitulah kira-kira
kenapa saya mau mencurahkan isi pikiran saya dengan kata “politik” tadi. Nah, di bawah ini, adalah curahan pemikiran saya, kenapa politik itu ada dimana-mana. Ternyata, politik itu nggak sekedar politik di negara saja. Bikin partai itu adalah kegiatan politik? Iya memang. Tapi belum tentu semua politik itu harus bikin partai yah. Grosir aja! Wkwkwk...
KESEHATAN
Pro dan Kontra Imunisasi
Sejak jaman saya dulu lahir
(mungkin dari jaman emak saya lahir), yang namanya imunisasi udah ada. Kalo
nggak percaya, coba liat di tangan atau paha degh, pasti ada bekas imunisasi
atau cacar tuh, istilahnya. Kalo ibu dan abang-abang saya, ada rata-rata di
tangan ada kaya bekas luka. Nah kalo saya sendiri adanya di bagian pangkal
kaki. Nah, sekarang ini, lagi musim juga yang nggak mau di imunisasi. Apapun
katanya, anaknya nggak perlu diimunisasi. Ada yang bilang sih karena material
imunisasi itu nggak halal. Soalnya ngambil dari bagian tubuh babi, orang mati,
monyet, dan sebagainya yang membuat tidak halal. Coba cari sendiri degh kalo
mengenai artikel ini. Saya nggak mau bahas detail di sini, soalnya nanti malah
kok ngangkat pro kontra imunisasi.
Tapi kan jaman sekarang ini,
kabar berita yang umum adalah anak bayi itu ya kudu diimunisasi kan? Bukannya
biar sehat sih memang, tapi ya biar kalo sakit, nggak sakit-sakit amat gitu
lho. Dan kalo kita lahiran, pasti sudah dijadwalkan untuk imunisasi kan?
Lucunya lagi, di Indonesia itu ada imunisasi wajib dan imunisasi nggak wajib.
Yang wajib itu ada 5 (hepatitis, DPT, polio, campak, BCG), yang bisa didapatkan
gratis di Puskesmas atau posyandu di lingkungan rumah. Nah, yang nggak wajib
itu (HIB, MMR, IPD, rotarix, dll) kudu bayar dan lumayan mihil harganya. Nares
sendiri sih udah complete yang wajib, plus HIB untuk yang nggak wajib. Oia,
wajib disini menurut standard dari Department Kesehatan RI ya.
Semakin kesini, semakin banyak
yang kontra dengan imunisasi. Tapi yang pro imunisasi pun nggak kalah
ngototnya. Mereka semua mempertahankan pendapat mereka apa yang mereka
inginkan. Saling saut menyaut di group, jejaring sosial, tempat kicauan, dan
sebangsanya untuk mengkampanyekan apa yang mereka perjuangkan. Yang pro imunisasi,
pasti menuding yang kontra dengan alasan bla-bla-bla. Yang kontra imunisasi pun
sebaliknya, pasti ngehajar balik dengan alasan ba-bi-bu. Oh no..., kasiyan buat
yang nggak bisa menyerap dengan baik. Pasti dia bingung seada-adanya. Imun,
nggak, imun, nggak. Iya kan? Kalo saya sih nggak mau bingung, soalnya suami
saya pasti bisa menetukan pilihannya. Yes or no. Make it! Gitulah kira-kira
kalo suami saya...
So, liat kan, setiap orang pasti
punya kepentingannya masing-masing kenapa digelontorkan imunisasi dan tidak
imunisasi. Yang nyuruh imunisasi dapat disinyalir karena mau ngambil keuntungan
dari jualan vaksin. Kebayang kan, berapa hasil penjualan dari vaksin-vaksin
itu? Sedunia ya booo, pada imunisasi gitu lho. Nah, mungkin yang anti imunisasi
ini juga nggak rela si produsen vaksin bisa mengambil keuntungan dari jualan
vaksin itu. Makanya jadi, dibuat gerakan “jangan beli vaksin” dengan meng’claim
bahwa vaksin itu nggak perlu. Gitu kan? See, semuanya pasti ada maksud dan
tujuan dibalik itu.
Air Susu Ibu dan Susu Fabrikan
Akh, ini mah paling keliatan nih,
siapa yang berpolitik. Jelas sudah lah kalo produsen susu fabrikan itu mau
ngambil keuntungan. Emang nggak kira-kira sih ngambil keuntungannya. Pernah
denger aja lho, kalo marketing susu fabrikan bisa dapet hadiah jalan-jalan ke
Eropa karena achieved target jualan susu fabrikan. Oh nooo, do they know kalo
yang beli susu fabrikan itu banyak dari golongan yang nggak mampu? Mereka kok
tega ya, ngambil keuntungan dari pihak-pihak yang justru harusnya dibantu? Susu
fabrikan itu kan nggak murah lho? Coba, sekaleng besar itu harganya bisa
sekitar Rp 200,000. Dan itu pun hanya cukup untuk seminggu kan? Lah kalo
sebulan? Berarti kan sekitar Rp 800,000? Yah, kalo uang segitu mah, bisa-bisa
gajian abis buat beli susu. Bandingan dengan ASI yang nggak perlu beli. Gratis,
dari Tuhan. Nggak pake mahal.
Si bapak pusing milih susu fabrikan yah? |
Nah, kemaren pas imunisasi campak
dek Nares, terjadilah percakapan seperti ini antara bu dokter dengan saya...
DSA : “Anaknya masih ASI full?”
Saya : “Masih dokter”
DSA : “Coba kasih sufor ya?
Jangan ASI melulu. Nanti kalo tiba-tiba ASI nggak keluar, jadi bayinya udah
bisa minum sufor”
Saya : “Ooo, gitu ya dok” (nggak
ngaruh akh, ASIin aja terus sampe kapanpun Nares mau)
Yah, lagi-lagi dokter jualan
sufor. Kalo nggak jualan obat, jualan sufor, jualan vaksin degh!)
Tuh kan, sekarang ini nggak cuma
politik bernegara aja yang lagi lagu keras. Tapi dunia kedokteran juga
berpolitik. Gimana nggak politik, kalo si produsen susu fabrikan dan
obat-obatan saling mensupport supaya jualannya laku? Ckckck, kasiyan yah, kita
suka dijadikan objek!
TRANSPORTASI
Duuuh, Jakarta siyh nggak ada
abisnya lah ya, ngomongin kemacetan! Tak ada duanya gitu, kalo Jakarta macet.
Tapi sepertinya ya, kalo diperhatikan,solusi pemerintah (nggak tau pemerintah
pusat atau pemerintah daerah), mereka kok kaya’ nggak perduli sama kondisi
transportasi yang nggak layak ini yah?
Saya rasa, bukannya pemerintah
nggak bisa atau nggak punya dana buat membangun satu sistem transportasi massal
yang layak seperti di luar negeri. Bukannya nggak punya tenaga ahli juga untuk
memikirkannya. Saya yakin, banyak orang pintar di Indonesia yang sangat paham
teknis jaringan infrastruktur transportasi massal ini. Saya pribadi lebih
cenderung kepada sikap pemerintah yang tidak serius untuk menangani sistem
transportasi kita. Yes, absolutely they are not serious to take care of the
problems and seems they don’t care.
naek kereta api, tut tut tuuut... *mana kereta apinya? |
Nggak bisa di detailkan di sini
ya, masalah transportasi. Nanti saya akan bikin postingan sendiri tentang
busuknya transportasi di Indonesia. Kalo sebelumnya, sudah pernah ada postingan
sedikit sih, cuma dikiiit. Tapi ya monggo mampir lah kalau berkenan.
See, another politic, kan?
Ujung-ujungnya ada yang mau ngambil keuntungan secara sepihak. Mau supaya
tujuannya tercapai. Yang pada akhirnya mengorbankan orang lain demi terwujudnya
cita-citanya... Ironis!
TEMPAT BEKERJA
Duh, kalo disini sih udah nggak
diragukan lagi ya pemirsaaaaah, pasti degh ajang politiknya kuenceng bener!
Semua orang pasti punya ambisi dan kepentingan untuk melancarkan keinginannya. Kadang jadinya
malah nggak asik, karena sudah cenderung seperti suka menyikat teman sendiri.
Musuh dalam selimut? Nggak heran! Duri dalam daging, udah biasa! Hahahaaa,
berhati-hatilah di tempat kerja anda, karena yang namanya politik kantor itu
pasti ada dan kadang bisa lebih kejam dari suster ngesot! Hayaaah...
Sodara-sodara yang dimuliakan Tuhan...
hahaha, gaya gw udah kaya ustadzah ajah!
Begitulah politik. Selalu ada
kepentingan individu untuk meluluskan keinginannya sehingga terkadang
mengorbankan orang lain. Politik itu nggak hanya di tingkat negara, tapi sudah
merasuk ke dalam kehidupan setiap individu. Nggak mungkin nggak bisa berpolitik
setiap manusia. Karena apapun itu, ternyata dia berpolitik. Yaaah, hanya niat
tulus dan ikhlas saja yang bisa mengimbangi politik yang dijalankan seseorang.
No comments:
Post a Comment