12.27.2011

CERITA YANG HARAM

Di penghujung tahun Masehi ini, pasti umat Nasrani di seluruh muka bumi merayakan hari besar keagamaan mereka, yaitu Natal atau Christmas. Bagi mereka, Natal adalah hari peringatan kelahiran Tuhan-nya. Saya tidak mengerti prinsip dasar Tuhan bagi mereka, karena agama Islam yang saya anut mempercayai bahwa Tuhan itu tidak beranak dan tidak diperanakkan. Stop. Saya tidak ingin membahas masalah ini lebih panajng dan dalam karena memang saya tidak ahlinya. Daripada saya salah dan makin tidak menentu, maka lebih baik saya tidak membahas masalah keTuhanan ini.

Ketika Natal tiba, seluruh umat Nasrani di muka bumi ini pasti menyambutnya dengan sukacita. Yang menghias pohon natal, yang tukar kado, yang Christmas dinner, yang macam-macam sesuai dnegan tradisi keluarga mereka. Yaaa, nggak jauh beda dengan perayaan Idul Fitri umat Islam. Yang ketupat, yang opor, yang sungkem, dan yang lain-lain sesuai dnegan tradisi keluarga. Semuanya sah-sah saja lah, secara menyambut suka cita gitu lho. Nggak jarang juga kan, pas momen suka cita itu, kerabat kita pun ingin bebagi kebahagiaan atau membuat bahagia yang sedang bersuka cita. Misalnya, kolega bisnis kirim kue Lebaran, parcel, karangan bunga, atau bahkan kunjungan ke rumah. Intinya sih Cuma satu, yaitu ingin membuat orang lain bahagia, ingin menunjukkan kalo dirinya menghargai orang lain yang bersuka cita.

Nah, sekarang permasalahannya ketika yang memberikan suka cita itu berbeda agama dari yang merayakan suka cita. Bermasalah kah?

Sepanjang yang saya tau, kalo bagi umat Nasrani mungkin tidak ada larangan bagi mereka untuk mengucapkan Selamat Idul Fitri atau Selamat Waisyak atau Selamat Galungan atau mungkin Gong Xi Fa Cai kepada rekannya. Nah, yang lagi rame itu justru yang umat Islam : boleh nggak sih ngucapin Selamat Natal, Selamat Waisyak, Selamat Galungan, Gong Xi Fa Cai kepada rekan dan kerabat? Hal ini sempet jadi rame banget di twitter lho. Saya sendiri pun, ditegur sama teman saya, katanya “Nggak boleh ucap Natal lho...” Memang sih, saya sempet posting “Merry Christmas buat yang merayakannya ... ... ...” Bagi saya, mengucapkan selamat hari raya bagi agama yang bukan Islam, adalah hal yang wajar. Dilandasi niat menghormati dan menghargai orang lain, tidak ada salahnya mengucapkan selamat Natal atau perayaan besar agama lainnya. Secara saya juga nggak ikut misa Natal gitu lho!

Wishing a Merry Christmas at FB to those who celebrate

Okey, lanjut ya cerita sama temen saya.

Temen saya ini bilang, katanya ada adabnya orang Islam itu ucap Natal nggak boleh. Coba buka link-nya disini. Haram katanya ucapkan Natal. Yah, tak pelak bbm-an ini menjadi perdebatan seru antara saya dan teman saya ini. Dia mempertahankan prinsipnya yang tidak boleh ucapkan Natal dan saya pun mempertahankan prinsip saya yang memberi ucapan Natal itu sah-sah saja selagi tidak ikut ritualnya.

Begini ya, inilah cerita dibalik kenapa saya tidak setuju dengan “haram mengucapkan selamat Natal”...

Pertama, tidak ada dalil di dalam Al-Quran yang mengharamkan kalo mengucap selamat Natal itu haram.

Berbeda dengan larangan makan babi, makan bangkai, makan darah yang memang tercantum di dalam Al-Quran ya book! Cekidot di QS Al-Maidah ayat 3:
"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan..."

Beda juga sama minum khamar, atau arak, atau alkohol yang memang jelas nggak boleh. Ceki-ceki di marih nih, QS Al-Maidah ayat 90-91:
"90. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah [434], adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. 91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)"

Itu hanya beberapa kasus yang tertera haram di Al-Quran ya, yang saya tulis. Masih ada beberapa hal lain yang ada, cuma saya nggak tulis disini. Maaf, saya kurang rajin. Tapi sih ya saya sendiri kok yakin, kalo di Al-Quran nggak ada tuh dalilnya yang bilang kalo ucapkan Natal itu haram (kalo ijma' memang ada saya baca. Tapi kan ijma' itu pendapat ulama. Nah ulama yang bagaimana?) Jadi, buat yang bisa nunjukin dalil di dalam Al-Quran kalo haram hukumnya ngucapin selamat Natal, sini bawa ke saya yah... Saya baru yakin kalo memang haram kalo udah dalilnya. Kalo emang ucapin Selamat Natal haram, berarti ucapin selamat hari raya yang lainnya haram juga donk?

Mungkin ada yang bilang, dasar nggak boleh mengucap Selamat Natal itu bersumber dari ayat ini, QS Az-Zumar  ayat 7:
"Jika kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu"
Dari kata-kata Allah diatas pun, tidak ada kata haram terhadap mengucapkan Selamat Natal. Okey, memang ayat tersebut menjelaskan, kalo kita kafir Allah nggak perlu kita. Tapi ya emangnya ngucapin Selamat Natal itu langsung menjadikan kita murtad? Menjadikan kita kafir? Menjadikan kita pindah dari agama Islam? Nggak kan? Sama sekali di benak saya, tidak terlintas saya menduakan Tuhan saya, yaitu Allah, SWT. Apa dengan memberikan ucapan selamat merayakan hari agama besar kepada orang lain yang berbeda agama itu langsung kita masuk neraka? 


Kedua, Lakum dinukum waliyadin. Bagimu Agamamu – Bagiku Agamaku. Jelas  kan, agama kita ya agama kita (disini ya agama saya Islam) dan agama yang lain ya urusan yang lain, bukan urusan saya. Jadi, saya nggak mau ikut campur agama selain Islam (baca: ritual). Itu sama sekali bukan urusan saya. Ketika mereka merayakan hari besar mereka, dan saya mengucapkan selamat merayakan, itu hanya berdasarkan menghargai mereka. Inget, kita hidup didunia ini harus bersosialisasi. Kita punya tetangga, tetangga kita ada yang beda agama sama kita. So, please appreciate them. Kenapa? Karena kita nggak tau apa yang akan terjadi di kemudian hari. Kali-kali aja ada saatnya kita butuh bantuan mereka. Tetangga itu orang yang paling deket untuk dimintain tolong, lho! Secara kadang sodara kita tinggalnya jauh-jauh. In case of emergency, cuma ada tetangga, mau minta tolong ama siapa lagi?


Ketiga, Hablum Minallah and Hablum Minannas – Hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia. Udah jelas yah, bahwa kita hidup itu harus berhubungan dengan Allah sebagai pencipta dan penguasa kita. Itu mah udah mutlak nggak bisa diganggu gugat! Pastinya kita sebagai mahluk ciptaan Allah, harus mengabdikan diri kepadaNya. Menjalankan perintah-perintahNya dan menjauhi segala apa yang dilarangNya. Nah, secara kita juga tinggal di muka bumi dan muka bumi ini terdiri dari berbagai macam jenis orang dan agama, suku, tradisi, bahasa pun berbeda, maka kita nggak usah heran, kalo hidup menghormati perbedaan itu adalah hal yang wajar. Iya donk, kita nggak boleh egois kan? Masa’ mau hidup sendirian aja? Manusia itu mahluk sosial, mahluk yang membutuhkan mahluk-mahluk lainnya. Nggak ada manusia yang bisa berdiri sendiri. Iris kuping saya kalo ada manusia yang nggak butuh bantuan orang lain! Makanya, baek-baek deh sama tetangga, sama sodara, sama siapapun itu, soalnya ya itu tadi, kita nggak mungkin hidup sendiri!


Dari dasar yang saya tulis di atas, makanya saya itu nggak setuju sama pendapat yang mengatakan “Mengucapkan Natal itu haram”.

Nih, lebih lanjut di bawah ini, saya uraikan kenapa saya nggak setuju. Kalo uraian di bawah ini sih lebih banyak kepada logika saya yang berbicara...


Satu.
Keluarga besar saya berlatar belakang dari multireligi dan multietnis. Kakek buyut dari ibu saya berasal dari negeri China dan beliau memang muallaf. Kerena kami keluarga keturunan, nggak sedikit keluarga kami yang masih beragama Konghucu (merayakan Imlek).  Keluarga besar ayah saya, berasal dari suatu kota di Jawa Tengah, Muntilan, yang tidak sedikit warganya beragama Katolik. Keluarga bapak pun ada beberapa yang beragama Katolik. Rumah asli kakek saya berada di lingkungan Katolik (dekat dengan gereja, kuburan Kerkovv, sekolah Panguldi Luhur VanLith). Nah, kalo begini kondisinya, apa saya tetap harus bertahan nggak ngucapin Selamat Hari Besar agama lain, sekedar untuk menghormatinya?

Kerukunan hidup beragama di kampung ayah saya, sangat terasa nikmat. Betapa tidak? Pernah membayangkan tidak, ketika ada peresmian mesjid di kampung ini, umat yang beragama Katolik turut membantu melancarkan acaranya. Ya, memang tidak yang masuk ke ranah ritual peresmian mesjid seperti pembacaan surat di Al-Quran atau sholat fardhu berjamaah. Tapi mereka lebih membantu kepada acara teknis-nya. Seperti membantu pemasangan tenda, membantu jadi juru parkir (karena tamu yang datang cukup banyak), membantu membuat kue (bahkan ada yang nyumbang kue), dan lain sebagainya.  Masa’ ya iya sih, mereka yang sudah membantu kita trus kita nggak mau berbaik sama mereka karena agamanya berbeda dari kita? Masa’ sih, pas lebaran Idul Fitri kita disamperin, kita diselamatin, tapi pas mereka Natal, kita nggak mau berkunjung ke rumah mereka dan sekedar memberikan selamat. Walau bagaimana pun, saya dan mereka kan bersaudara. Kami satu buyut! Kami satu asal muasal! Kalo nggak ada timbal balik, saya bisa dibilang egois donk? Tidak menghormati mereka. Bisa-bisa saya kehilangan sodara-sodara! Bukannya menjalin silaturahmi itu baik? Coba aja kalo yang ngomong haram itu ada di posisi saya?


Dua.
Saya menghabiskan masa kecil saya di negeri orang yang agamanya pun tidak 90% Islam. Saya tinggal di apartment yang di lantai itu tidak ada yang beragama Islam. Tetangga depan saya beragama Kristen, tetangga samping-samping, agamanya Budha. Kalo kami merayakan lebaran, mereka pasti pada datang ke rumah kami untuk menyampaikan Selamat Idul Fitri dan tidak jarang juga mereka memberikan kue untuk kami. Entah karena memang mau mengucapkan Selamat Idul Fitri, atau karena ingin mencicipi ketupat bikinan ibu saya yang enak, saya nggak tau yah, hahahaaa... Tapi yang jelas, memang mereka pasti datang saat kita berlebaran untuk sekedar menyalami kami. Walaupun sehari-hari jarang ketemu, tapi ya kalo ada hari besar, suka pada ngunjungin lho... Nah kalo udah pada baik sama kita, masa’ kita nggak baik sama mereka? Masa’ sih ketika mereka Imlek atau Christmas, kita nggak kunjungan balik ke mereka karena ada pendapat haram?

Ketika kecil di negara orang ini pun, saya sempat mengikuti kursus musik di sekolah musik ternama dengan standard lagu-lagu internasional. Lagu-lagu yang diajarkan kebanyakan lagu gereja. Jujur, saya tidak mengetahui lagu tersebut adalah lagu-lagu gereja. Yang ada di dalam pikiran saya hanya bagaimana agar lagu-lagu tersebut dapat saya mainkan di alat musik yang saya pelajari. Bagaimana saya bisa lulus ujian dengan memainkan lagu tersebut. Kalo ucapkan Selamat Natal aja dosa, apalagi nyanyiin lagu Natal donk, ya? Hihihi... Allah, saya berlumur dosa!


Tiga.
Ini yang bikin saya ketawa atas pendapat “Mengucapkan Selamat Natal itu haram”. Katanya haram buat ngucapin Selamat Natal, tapi nyatanya:
  • Ikutan libur pas tanggal 25 Desember. Hahaaa, katanya haram, tapi ikutan libur mah iya! Kalo nggak menghormati yang Natal, ya jangan libur donk. Masuk aja harusnya yah?
  • Kerja di perusahaan dimana boss-nya beragama Nasrani. Tapi tiap bulan gajian ya diambil juga! Nah, coba ini gimana? Boss-nya bukan muslim, boss-nya tidak percaya kepada Allah, SWT. Boss-nya tidak seiman dengan kita. Dan kita kerja sama boss kita. Kita digaji sama boss kita. Toh diterima juga kan? 
  • Ikutan pake kalender Masehi. Masehi kan kalender umat Nasrani. Kok diikutin sih? Kan haram? Nah, ini saya nggak tau degh, harus jelasin gimana lagi.
  • Pake baju/tas/sepatu brand luar negeri, which is yang buat orang Nasrani. Kok masih dipake sih? Kan Nasrani? Kok diikutin? 
  • Pake mobil keluaran Eropa/Jepang/China, which is bukan orang Muslim yang membuat. Kok nggak haram?
  • Kok yang haram Natal doang? Imlek,Waisyak, Galungan haram nggak? Mana pendapatnya? Yang adil lah yawh...

Masih banyak hal-hal lain yang lucu yang bisa bikin saya bertanya, “katanya haram, tapi diikutin juga... Konsisten degh ya...”


So, pemirsaaah, ini memang masalah yang sangat sensitif. Saya sih sangat berharap kalo statement haram itu nggak sembarangan bisa dikeluarkan. Berhati-hatilah dalam mengucap kata haram. Nggak semudah itu lho, memvonis haram. Saya emang nggak jago-jago banget dalam urusan beragama, tapi setidaknya saya punya pandangan yang berbeda terhadap haram mengucakan Selamat Natal. Toh saya mengucapkan itu hanya untuk menghargai kerabat yang sedang merayakannya, tidak untuk mengikuti ajaran agamanya ataupun ritualnya. Jauh panggang dari api deh! So, saya menghormati pemeluk agama lain yang juga menghormati agama saya daripada ada orang yang tidak menghargai agamanya sendiri. Percayalah, kalo kita mau dihormati orang lain, maka kita harus menghormati orang lain. 

Coba buka link ini. Kalo nggak salah yang saya baca, disitu Fatwa MUI berbicara memang haram hukumnya untuk mengikuti upacara Natal bersama. Ya iyalah, secara itu kan sudah masuk ke acara ritual gitu loh. Saya juga setuju kalo itu. Tidak diragukan lagi. Tapi kalo sekedar mengucapkan selamat hari raya Natal apakah haram? 

Allah Maha Tahu. Maha Adil. Maha Segala-galanya. Mudah-mudah apa yang saya curahkan di sini tidak membuat saya menjadi kafir. Karena yang berhak menentukan kafir atau tidak, hanya Allah. Karena yang berhak menentukan dosa atau tidak, hanya Allah. Karena yang berhak menentukan masuk syurga atau neraka hanya Allah. Dan karena di hati saya hanya ada Allah, SWT. 

Saya padaNya... 


Lebih dan kurang saya mohon maaf. Jika ada yang tidak berkenan pun, saya mohon maaf. Saya hanya manusia biasa yang jauh dari kesempurnaan. Di kesempatan kali ini, saya hanya mencurahkan apa yang ada di benak saya....

"asyhadu an-laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah"
Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah 
dan 
saya bersaksi bahwa Muhammad saw adalah utusan Allah



Sumber diambil dari mana-mana...

No comments:

Post a Comment

KURIKULUM SD KINI... JAHARA DEH...

Buat ibu-ibu yang selalu mendampingi anak-anaknya belajar, pasti paham banget kalau materi pelajaran sekarang ini berat sekali. Ehm, apa ja...

Popular Post