4.20.2012

REVIEW DOKTER KANDUNGAN

Well well well, abis baca email dari milis AFB, ada yang nanya-nanya tentang dokter kandungan, jadi pengen banget nge-review dokter kandungan yang pernah saya kunjungi selama kehamilan. Belum lagi ada beberapa temen yang lagi hamil juga suka nanya-nanya, "dokter kandungan yang recommend siapa ya?"

Nah, berhubung selama hamil 9 bulan saya berkesempatan periksa kandungan dengan 4 (empat) dokter kandungan yang berbeda, saya rasa cerita ini seru untuk dibagikan kepada yang sedang mencari dokter kandungan yang terbaik. Wohooo, banyak amat yak, periksa sampe ke 4 dokter gitu? Ampuuun...

Jadi begini ceritanya...

Nggak lama abis menikah, saya kok tiba-tiba nggak enak badan. Gejala awal adalah flu berat. Demam, pilek, badan sakit dan yang pasti mual. Hihihi, ditambah lagi jadwal menstruasi yang mundur. Lengkap. Setelah menggunakan test-pack, akhirnya benar bahwa saya hamil.  Alhamdulillah. Tidak serta merta saya langsung periksakan ke dokter. Mau dijalanin aja dulu. Karena mau berunding dengan suami terlebih dahulu. Setelah berunding-runding dengan suami, akhirnya kita memutuskan untuk periksa kehamilan di RS Patria IKKA. Lokasi RS yang depan rumah kita ini, sedianya dipilih karena dekat sekali dengan rumah kita. Aseli, jalan kaki cuma 2 menit juga udah sampe. Lha wong bener-bener depan rumah. Belum lagi melihat histori saya yang juga lahir di RS tersebut (lucu aja kalo ibu dan anak lahirnya di RS yang sama). Maka ditarik kesimpulan, bahwa saya mau lahiran di RS tersebut dan berarti periksa juga di RS tersebut. Bungkus dan deal alias okey : periksa dan lahiran di RS Patria IKKA. Kalo dilihat dari kualitas, memang sih RS ini nggak bagus-bagus amat. Tapi pun sebenernya nggak jelek-jelek amat juga. Menurut saya lho yah.. Agak bagus kalo dilihat dari kondisi fisiknya, tapi kalo kaya'nya kok kalo dari segi menagement-nya agak kurang tertib ya...

Okey, mulailah saya mendatangi RS tersebut untuk periksa kehamilan. Karena saya bekerja jam kantoran, maka pasti banget saya milih dokter kandungan yang praktek pada sore hari dan cenderung akan malam. Jam 17.00 itu baru dari kantor. Berarti , kalo nggak macet itu jam 17.45 baru bisa sampai rumah. Kalo macet ya bisa jam 18.00 atau bahkan ya lewat. Makanya, kudu cari dokter yang praktek sore sampe malem. Dari beberapa informasi dari ibu saya, yang lumayan bagus adalah dr. Agus Lubis, SpOG. Kebetulan pun, beliau praktek sore hari. Nih ya, lanjutan review-nya saya pecah ke langsung 4 dokter masing-masing.


Dr. Agus Lubis, SpOG

dr. Agus Lubis, SpOG termasuk dokter kandungan yang senior karena usianya sekitar 65 tahun. Saya mengetahuinya dari ibu saya yang kenal dengan dr. Agus ini. Maklum, pak dokter juga tentara gitu lho. Menurut informasi, dr. Agus Lubis, SpOG memang banyak pasiennya, karena beliau termasuk dokter yang ramah, tidak menakut-nakuti pasien.

Periksa kehamilan pertama bertemu dengan beliau, memang menyejukkan hati. Beliau bertanya, ini kehamilan keberapa, trus beliau juga menjelaskan bagaimana menghitung umur kandungan, dan lain sebagainya. Pas USG juga beliau menunjukkan bahwa yang terlihat baru pembentukan kantung janin. So far, dr. Agus Lubis, SpOG adalah seseorang yang ramah, humoris, dan agak lembut (dari nada bicaranya). Periksa pertama kali ini saya diberikan vitamin untuk kandungan saya. 1 macam saja vitaminnya.

Sayang, pemeriksaan bersama dr. Agus Lubis, SpOG nggak bisa berlanjut sampai ke bulan terkahir kehamilan. Masih seperempat perjalanan kehamilan ini, sepertinya saya belum rejeki untuk menjadi pasien dr. Agus Lubis, SpOG. Di usianya yang sudah agak lanjut, ternyata beliau suka pulang lebih cepat kalau pasiennya sudah tidak ada. Padahal saya sudah appointment lho, dengan RS-nya. Pas di perjalanan pulang, saya telepon ke RS, katanya dokternya masih praktek, tapi begitu saya sampai di RS (15 menit setelah saya telpon), ternyata dokter sudah tidak ada. Yah, padahal di papan jadwal itu harusnya dr. Agus sampai pukul 19.00, tapi saya datang pukul 18.00, sudah tidak kebagian :( Beberapa kali kejadian seperti ini, akhirnya saya memutuskan untuk ganti dokter kandungan. Walaupun niatnya cuma sementara, tapi ternyata tidak bisa. Gantilah pun dokter kandungan, dengan rasa setengah hati karena sudah merasa cocok dengan dr. Agus Lubis, SpOG. Tapi apa mau dikata, susah sekali bertemu dengan dirinya.

Oia, kabar yang terakhir saya dengar adalah beliau sudah dipanggil Allah, SWT seminggu setelah Lebaran Idul Fitri 2011. Berita ini saya dapat dari sahabat saya yang juga memeriksakan kandungannya pada dr. Agus Lubis, SpOG. Selamat jalan ya pak dokter, semoga amal ibadah dan pengamalan ilmu yang sudah dilakukan diatas muka bumi ini diterima olehNya. Aamiin...

Done with, dr. Agus Lubis, SpOG... selanjutnya ke...


Dr. Wisnu Murti, SpOG

Tau dokter ini dari kakak-nya suami saya yang bekerja di salah satu RS swasta di Rawamangun. Begitu dengar kabar saya sedang mencari dokter kandungan baru karena dokter yang lama susah ditemuinnya, kakak ipar pun langsung menyebut nama pak dokter ini. "Dr. Wisnu Murti, SpOG juga praktek di RS Patria kok", begitu kalo nggak salah penjelasannya. Ya sudah lah, kalo begitu saya dengan dr. Wisnu Murti, SpOG saja.

Konsultasi pertama dengan dr. Wisnu Murti, SpOG berjalan dengan sangat baik. Dokter yang masih jauh lebih muda dibandingkan dengan dr. Agus Lubis, SpOG ini juga memberikan penjelasan secara detail mengenai perkembangan kehamilan saya. Ramah sekali memang pak dokter yang satu ini. Tapi untuk selera humor, masih jauh lebih oke dr. Agus Lubis, SpOG.

Well, pemeriksaan dengan dr. Wisnu Murti, SpOG ini nggak berkelanjutan pula. Hadeeeh, capek degh. Soalnya ternyata beliau bukan dokter tetap di RS Patria IKKA ini. Beliau hanya dokter pengganti saja. Jadi kadang ada dan kadang enggak. Seringkali pas udah janjian dengan dr. Wisnu Murti, SpOG, dirinya belum datang karena sedang melakukan operasi di RS yang sebelumnya.

Walaaah, gimana ini, kacau jadinya jadwal kontrol hamil saya. Nggak bisa donk, dokter kok "senen - kemis" gini, apa kata dunia??? Berundinglah saya dengan pak suami dan memutuskan untuk ganti dokter kandungan (lagi). Yah, abis gimana dooonk, masa mau periksa kandungan aja rempong ama jadwal dokter? Secara saya mikir gitu lho, "lha pan aye bayar yak, ngapa aye yang jadi rempong?"

Mareee, cari lageee.... Dan ketemu lah....


Dr. Masagus Tajudin, SpOG

Belum kenal ini dokter sama sekali. Cuma modal nanya sama bagian admin RS Patria, siapa dokter kandungan yang senior di RS ini, jawabnya ya dr. Masagus Tajudin, SpOG. Yah, dicoba sajalah, daripada tidak ada sama sekali. Lha abis gimana, masa' nggak periksa kehamilan? Iyh, nggak degh...

Pak dokter emang sudah cukup senior, tapi mungkin tidak jauh berbeda usia dengan dr. Agus Lubis, SpOG.  dari pemeriksaannya sih ya biasa-biasa saja. Cuma melihat dari monitor alat USG, dan menjelaskan bahwa kandungan saya baik-baik saja. Ini tangan, ini kaki, ini badannya. Ya, penjelasan biasa saja lah. Tidak ada yang istimewa dari dokter ini. 

Cuma yaaa, dr. Masagus Tajudin, SpOG ini ya galak ya booo, nggak bisa diajak becanda gitu. Serius banget orangnya. Males deh eike jadinya. Bukan apa ya, soalnya kalo dokter terlalu serius itu jadinya saya pun tegang. Padahal sih emang nggak perlu-perlu banget dokter kandungan itu harus humoris (de'se kan bukan pelawak ya boo), tapi nggak tau kenapa saya jadi takut sama dokter ini. belum lagi pak dokter ini pernah marah-marah sama suster yang bantuin beliau. Mending kalo marahnya pas lagi nggak di ruangan praktek. Lha ini di ruangan praktek dan ada pasien pula. Ya ampuuun, kebayang nggak ya, kalo eike lahiran sama ini dokter, nanti pas ngeden-ngeden sakit di ruangan bersalin yang ada eike malah diomelin. Galaupun melanda. Nah, belum lagi kejadian si pak dokter ngambek nggak mau praktek karena ada alat yang nggak tersedia di ruang prakteknya. Jadilah saya nunggu beberapa saat sampai si pak dokter itu mau praktek. Ya ampuuun, pasien gimana nih pak?

Pernah nih, kejadian lain yang bukan terjadi pada diri saya. Jadi gini, ketika saya antri untuk tensi dan timbang badan oleh suster (sebelum pemeriksaan pak dokter), ada seorang ibu yang kira-kira berusia 45 tahun sedang konsultasi dengan dr. Masagus Tajudin, SpOG. Si ibu sepertinya sih tidak sedang hamil, tapi menderita penyakit "entahlah apa" di kandungannya. Pak dokter pun menyarankan untuk dioperasi. Namun sang suami ibu tadi bertanya kepada pak dokter, apakah masih ada jalan lain selain di operasi? "Ya, saya sih menyarankan operasi, tapi kalo bapak ibu nggak mau ya sudah, terserah aja, saya nggak mau tanggung jawab", begitu kira-kira penjelasan pak dokter dengan nada yang agak tinggi. Ealaaah pak dokter, kok galak amaaat? Itu kan pasien butuh penjelasan, bukan malah ditentang seperti itu. Kasihan akh, udah sakit, bukannya malah ditenangin, malah digalakin. Aseli saya ngeri tingkat 13. Ini pak dokter apa pengawas ujian yah, gualaak...

Akhirnya, saya menceritakan kepada pak suami, kalau saya nggak mau lahiran sama pak dokter ini. Takut sayah, beliau galak sekaleeeh , pemirsah. Dan akhirnya pun, karena sudah 3 dokter kandungan tidak ada yang memuaskan di RS ini, pak suami memutuskan untuk mencari dokter di luar RS. Browsing pun dirinya pada mbah google dan ditemukanlah, nama "dr. Erdwin Rakun, SpOG". Alhamdulillah, lokasi praktek di Kemanggisan, dekat dengan rumah kami. Tidak perlu jauh-jauh. 


Dr. Erwdin Rakun, SpOG

Pertama kali datang pemeriksaan di usia kehamilan 7 bulan. Langsung ditanya sama pak dokter, "Udah 7 bulan kok ganti dokter?" Hahahaaa, akhirnya pun saya curhaaat sama pak dokter, kenapa saya akhirnya terbang ke dr. Erdwin Rakun, SpOG dan sambil bilang ke pak dokter kalau saya ingin ini adalah dokter kandungan saya yang terkahir sampai pada kelahiran. Beliau pun tertawa.

Memang ya, antrian periksa di klinik dr. Erdwin agak banyak dan lama. Saya periksa pertama kali itu datang pukul 19.00, dan baru diperiksa pukul 21.00, tandanya antri 2 jam ya sodaraaa. Tapi saya cukup puas dengan pemeriksaan yang dilakukan dr. Erdwin Rakun, SpOG. Alatnya USG jauh lebih bagus daripada di RS sebelumnya tempat saya periksa. Penjelasan pak dokter pun lebih detail. Mulai dari berat, panjang, prediksi lahiran, apa-apa aja yang boleh, apa-apa aja yang nggak boleh, dan lain sebagainya yang saya tanyakan. Pak dokter punya selera humor yang sangat baik, orangnya pun pemberi semangat kepada kita. Saya masih ingat pesan yang disampaikan kepada saya tentang menjalani kehidupan ini, hihihi... *jadi malu kalo inget pesan itu. Kadangpun, setelah pemeriksaan selesai, saya dan suami suka mengobrol dengan dirinya, isi pembicaraan di luar masalah kehamilan. Tentang hidup, tentang anak, tentang sekolah, dan apa saja. Hahaaa, pernah sekali-sekalinya ngobrol, sampe di ketuk pintunya dari luar which is tandanya, masih ada pasien booo.... Buruaan! Hihihi....

Nah, dr. Erdwin Rakun, SpOG ini ya, pro lahiran normal. Hal ini terbukti setelah saya melahirkan secara normal (yaiyalah, booo... capcay!). Nih, jadi gini ceritanya, saya itu punya sobat karib yang namanya Devy Alita Rahmawati AP (komplit bener ditulis tuh namanya...). Devy punya nasib yang lebih dulu melahirkan. Sayangnya, Devy harus lahiran secara sectio caesar. Karena menurut dokter kandungannya si ibu ini, Devy itu matanya minus dan pernah operasi usus buntu, jadi harus sectio caesar. Devy sudah wanti-wanti ke saya, kalo kemungkinan besar pun saya sepertinya harus lahiran sectio, karena memang saya pun berkacamata dan pernah operasi usus buntu. Ketika saya diskusikan dengan dr. Erdwin, ternyata pak dokter menjelaskan tidak ada hubungannya antara operasi usus buntu dan lahiran secara normal. Secara juga operasi usus buntunya sudah beberapa tahun lalu, bukan baru-baru saja. Ahiiiy, gw bisa lahiran normal. Ajib bener ini dokter! Devy pun terngaga-nganga ketika saya ceritakan ini kepada dirinya. 

Poin 2 yang saya seneng sama dr. Erdwin adalah, beliau pro ASI. Tau nggak, dr. Erdwin itu ngajarin saya, gimana harus nyimpen ASI. Pesan yang saya ingat adalah, "stock ASI-nya sesegera mungkin setelah lahiran ya. Soalnya ASI itu makin sering diperah, makin banyak. Kamu mau kerja lagi kan, abis lahiran? Simpen ASI dari awal-awal".  Bahkan beliau sempat menggambarkan grafik produksi ASI. Aiyyyh, pak dokter ganteng nan baik hati, dirimu sungguh luar biasa. Nggak salah pilih dokter kandungan lah saya. 

Final! Saya nggak mau pindah ke dokter kandungan lain. Melahirkan juga mau sama pak dokter ini, dr. Erdwin Rakun, SpOG. Walau antrian panjang dan lama, tapi saya cukup puas dengan apa yang pak dokter berikan untuk saya. Alhamdulillah pun, saya diberikan kesempatan untuk lahiran dengan ditangani dirinya. Lah, kalo kejadian lucu-lucu di ruang bersalin mah jangan tanya. Canda dan guyon ada di ruangan itu pastinya. Terlebih lagi saya emang senang sekali guyon. 

Kesimpulannya : vote for dr. Erdwin Rakun, SpOG.

Sehat-sehat terus ya dokter, biar pasiennya bisa ditangani dengan sebaik mungkin. Aamiin... Informasi tambahan, dr. Erdwin Rakun itu praktek di RSAB Harapan Kita pada hari Selasa dan Kamis mulai pukul 17.00 dan di rumahnya pada hari Senin, Rabu, Jumat mulai pukul 17.00 serta Sabtu mulai pukul 09.00. Kalau tahun 2011 itu, dr. Erdwin Rakun mau terima proses kelahiran di RSAB Harapan Kita dan RS Puri Indah (tapi dr. Erdwin nggak praktek di RS Puri Indah, yooo).

Readers, semoga review saya ini bermanfaat ya. Saya nggak dibayar sama pihak manapun untuk nulis pengalaman saya ini. Saya hanya ingin berbagi informasi, biar readers setidaknya pun ada jawaban ketika mencari tahu tentang dokter kandungan.

3 comments:

  1. mba saya listy, mau tanya untuk konsultasi ke dr erdwin biayanya berapa ya?

    ReplyDelete
  2. Memang dr.erdwin rakun dokter yang baik dan beliau begitu teliti,humoris pokoknya salut sm pak dokter.secara saya anak 4 semua dari kontrol smp melahirkan beliau yg menanganinya dan melahirkan normal semua. Dan istri dr erdwin rakun adalah dr anak yaitu dr. Martani. Jd baby kontrol jg dgn istri beliau.

    ReplyDelete

KURIKULUM SD KINI... JAHARA DEH...

Buat ibu-ibu yang selalu mendampingi anak-anaknya belajar, pasti paham banget kalau materi pelajaran sekarang ini berat sekali. Ehm, apa ja...

Popular Post