Alhamdulillah (selalu dan lagi) kota yang belum pernah saya sambangi di kunjungan tahun 2007, disambangi tahun ini. Shanghai. Yes it was. Tahun 2007 saya nggak ke Shanghai. Emang rejeki, tahun ini bisa lihat Shanghai.
Hari pertama kita jalan-jalan di Beijing, kita langsung menuju Forbidden City. Itu merupakan rumah dari Kaisar China di jaman jebot. Konon katanya, jumlah kamarnya ada 9.999 karena menyesuaikan dengan jumlah selir si kaisar. Kebayang ye, jumlah selir segitu banyak, anaknya mau berapa bijik? Yaudahlah ya gak usah dibayangin. Forbidden City ini terkenal emang dengan kota terlarang. Agak-agak mirip sama kota haram di Arab gak sih? Bedanya adalah kalo kota terlarang di Beijing ini cuma sebutan di jaman dulu. Jadi, kota terlarang ini adalah terlarang buat beberapa orang yang emang gak boleh masuk atau bagi yang di dalam udah gak boleh keluar. Sayangnya di Forbidden City kali ini ada beberapa bangunan yang lagi di renovasi. Jadi gak bisa liat langsung deh.
Pk 1200 siang, kita meninggalkan Forbidden City dan menuju pusat kerajinan tangan batu giok atau yang lebih dikenal dengan Jade. Jade di pabrik ini, dijamin keasliannya dan pastinya dijamin kemahalannya. Hahahaaa... makanya jujur aja saya nggak beli sebijik pun giok disini. Selain emang karena nggak terlalu suka giok, ya mahal itu. Akhirnya saya menikmati duduk di sofa yang disediakan sama toko tersebut. Sambil menikmati rekan-rekan yang berbelanja giok bin jade.
Tepat di depan pintu masuk Forbidden City |
Forbidden City with my "pakde" xixixi... Itu gerbang keharmonisan tuh yang di belakang |
My partner in crime in China 2014 |
Pkl 1430 kita berangkat menuju tempat makan. Lapar ya ciyn, makan pagi terkahir, sekitar pkl 0600. Sekarang di Beijing udah pukul 1500 yang mana di Jakarta sudah pkl 1400, makanya lapar sangat. Kita makan di restaurant menuju ke Great Wall, biar nggak jauh-jauh amat gitu loh makannya. Makanan yang disajikan pastinya dimintakan non-pork dan non-lard. Tapi ya nggak mungkin Halal, secara emang disana kalau untuk label Halal itu sangat susah. Alhamdulillah, saya makan nggak repot dan cerewet banget. Yang penting nggak berbabi dan baca doa, inshaa Allah berkah. Aamiin ya Allah...
Selesai makan siang, kita langsung menuju ke salah satu titik pintu Great Wall alias Tembok Cina yang beken itu. Tembok Cina yang panjangnya adalah 6750 kilometer (ada 5 propinsi di China yang dipagarin sama Great Wall) ini mempunyai 5 titik pintu yang bisa diakses sama pengunjung di Beijing, tapi yang mudah diakses ya yang kita tuju ini. Dulu, tahun 2007 saya ke sini sama bapak ibu juga ke tempat ini. Jadinya kangen deh pergi jalan-jalan sama bapak ibu *mewek. Di Great Wall, ini kita diberikan waktu selama 1 jam untuk lihat-lihat dan naik ke atas pos yang ada di deket titik itu. Tapi saya dan "my partner in crime in Beijing" memilih untuk nggak naik ke pos itu. Nanjak-nya nggak nahan, boook. Takut bisa naik nanti nggak bisa turun. Bener aja gitu, ada yang bisa naik nggak bisa turun, kakinya kram hebat pas mau jalan turun :( . Pilihan yang tepat buat saya. Gerbang masuk ini ditutup pukul 1600 local time. Tapi kalo keluar sih bisa sampe lewat pkl 1700. Ya males juga gelap-gelapan di Great Wall ini. Apa juga kan yang mau diliat?
The Great Wall - Sekarang dipasangin gembok juga yeee.... |
Pkl 1700 kita chao menuju tempat pabrik obat yang sangat terkenal seantero Cina, itu lho tempat obat-obatan herbal. Yang terkenal itu obat luka bakar-nya yang namanya Bao Fu Ling. Tapi kan ya, ada obat-obatan lainnya juga yang dijual disitu. Ini pabrik obat punya pemerintah, dan turis yang datang ke Beijing wajib mengunjungi toko ini. Selesai dari toko obat ini udah pkl 1900 dan kita siap-siap menuju tempat dinner. Eya ampuuun, baru kelar makan sore, disuruh makan malam pula. Tapi karena cuaca dingin, jadinya emang laper terus. Dan pastinya mau cari toilet untuk buang air kecil. Oia, tips penting buat yang pergi ke China, bawalah tissue basah dan tissue kering sebanyak mungkin. Karena toilet di China ini banyak yang tidak menyediakan (hampir tidak ada) kran shower air untuk bilasan. Dan, kondisi toilet pasti "harum semerbak".
Makan malem kita di Daheng Reataurant. Jangan tanya makanannya enak apa nggak. Jawabnya sangat biasa saja. Lagian juga yang penting kan ngisi perut ya, jadi mari nikmati makan malam yang ada. Habis makan makan malam, kita dianter ke hotel untuk istirahat. Besok pagi kita harus berangkat liat Stasiun di Beijing dan sedikit keluar kota. Oia, di Beijing ini, kita nginep di Hotel Jiangxi Grand Hotel. Hotel **** yang harga kamarnya yang paling murah adalah RMB 1888 (kurs RMB 1 = Rp 1900, tinggal dihitung sendiri saja yah).
Day 02
Hari kedua ini, kita siap-siap lagi karena harus ngejar kereta ke kota Tian Jin. Sebelum naik kereta yang keluar kota, kita nyempetin diri untuk naik kereta dalam kota alias subway gitu. Persis sama dengan MRT di Singapore deh. Ya station-nya, ya keretanya, ya tiketnya. Maaf ya, kalo dibandingkan dengan Jakarta, ya mungkin hanya 15% miripnya. Selebihnya, banyak bedanya. Jakarta emang harus banyak berubah. Kalau orang lain bisa, kenapa kita nggak bisa ya? Kondisi kereta dalam kota di Beijing ini pada jam kunjungan kita sekitar pk 0800 pagi ya sama kondisinya dengan KRL di Jakarta. Penuh sesak sampe mau keluar pun susah. Tapi, di Beijing ini, keretanya tiap 5 menit udah lewat. Jadi penumpang nggak pake numpuk. Ya maklum saja, di Beijing, kereta nggak pake kudu dijagain palang pintu dan bersinggungan dengan pengguna jalan lainnya.
Kereta ke Tian Jin ini kereta terkenal dengan nama "Bullet Train" diberikan nama CRH alias China Railway Highspeed. Kecepatan yang dapat ditempuh adalah sampai dengan 305km/jam, jadi jarak Beijing Tianjin sekitar 150km itu cukup ditempuh dengan 30 menit saja pemirsah. Sedep bener ye... Stasiun untuk kita berangkat ke TianJin ini namanya South Beijing Train Station. Dia merupakan stasiun yang terintegrasi dengan kereta dalam kota (ala-ala MRT atau Commuterline) dan juga terminal bus. Mungkin kalo di Jakarta ini kayak di... mana ya? Nggak ada ye, kayaknya... Hahahaha!!! Di TianJin kita nggak keluar stasiun kereta. Kita cuma visit di Stasiun aja karena harus ngejar balik jadwal kunjungan ke tempat berikutnya. Stasiun kereta di China ini nggak beda jauh sama airport di Indonesia. Aseli keren. Segala toko mirip Duty Free pun ada di stasiun kereta.
THe Bullet Train |
Inside the bullet train - economy class |
Balik ke Beijing, kita lanjut dengan makan siang di Yashow Shopping Center. Yashow ini merupakan pusat perbelanjaan di Beijing yang terkenal dengan "injek-injekan" harganya. Pedagang di sini, nawarin barang-barang dengan harga sekitar 5 kali lipat dari harga yang seharusnya. Bener banget deh, misalnya aja, semalem itu di pasar malem hotel, harga magnetic khas Beijing, dijual seharga RMB 10 untuk 3 bijik. Di Yashow ini, magnetic yang sama persis bentuknya, dia buka harga RMB 20 untuk sebijiknya. What the hell banget ya. Dan nawar harga disini emang harus pake urat. Buat saya pribadi, males urusan nawar-nawar nggak jelas gini. Apalagi pedagang disini suka ngomong dengan kata-kata "you crazy", "you kidding", "you joking", "just go"... ahahaha.... dan akhirnya saya pun hanya beli 3 tas bordir khas Cina yang seharga RMB 80 beserta tas simple seharga RMB 20.
Yashow - Belanja disini siap mental aja... |
Pulang dari Yashow, kita menyempatkan diri jalan ke lapangan berdarah Tian An Men. Disinilah tragedi berdarah mahasiswa dibantai sama pemerintahan Cina. Ujung-ujungnya sih ini gegara masalah politik. Bisa dibilang kaya' tragedi Trisakti '98 itu kali ya. Disini ribuan mahasiswa menjadi korban, makanya disini ada monumen tragedi mahasiswa itu. Oia, Lapangan Tian An Men ini dikelilingi sama 4 gedung yang sangat penting. Ujungnya Forbidden City, Museum Nasional, Makam Mao Ze Dong (pemimpin China yang terkenal dengan komunis-nya) dan ada juga gedung Dewan China gitu. Makam Mao Ze Dong sekarang cuma dibuka di hari tertentu dan itupun antrinya udah dari jam 5 subuh. Wedeeew, padahal ya, pengen banget liat mumi-nya Mao Ze Dong. Tapi emang nggak nasib...
Balik dari lapangan Tian An Men, kita diajak nonton akrobat. Aseli ini akrobat disini bener-bener memukau penonton. Liat akrobat ala Cina yang sangat butuh ketrampilan dan keahlian nan luar biasa. Pasti mereka yang memainkan akrobat disini udah dilatih dari bayi oek oek kali ya. Badannya bisa lentur kaya karet. Nggak kebayang kalo udah tua baru latihan, bisa-bisa tulang patah semua. huahahaha....
Panggung akrobat (duduk di VIP nih, ceritanyaaah...) |
Makan malam kali ini kita ngunjungi restoran Peking Duck tertua di Beijing. Enak kah? Yah standard Peking Duck lah. Masih enakan Peking Duck di Lei Garden Singapore punya #belaguk *toyor pala sendiri! Tapi yang enak itu karena emang kita udah kelaperan, jadinya makan apapun jadi enak. Huahaha... Aseli ya, itu piring lauk dan nasi habis tak bersisa. Sisa piring dan sampah doang. Kita pada kelaperan karena dingin (alesan banget).
Selesai acara kita hari ini. Istirahat kembali ke hotel untuk packing karena besok pagi kita harus berangkat ke Shanghai. Iyak, selamat ber-packing dan susun strategi biar koper nggak beranak pinak. Secara besok harus pindah kota pake kereta dan nggak ada porter, jadi yang udah belanja kudu mikir kalo nambah-nambah bawaan. Rempong bin ribed.
Selamat malam, selamat tidur (tidur pagi karena sibuk packing).
Tunggu lanjutannya di Chapter 2 yah... ;)
No comments:
Post a Comment