Sekali-sekali mau
cuat cuit di blog tentang lingkungan hidup. Eh sebenernya pernah posting juga tentang lingkungan hidup di
sini. Bukannya mau sok gaya, tapi emang ini penting banget buat di-
share (mudah-mudahan semua yang saya
share di blog saya ini penting semuanya ya...). Tapi ini beneran ya, dari kecil orang tua saya itu udah ngajarin saya untuk menjaga lingkungan hidup. Ujung-ujung pasti bilang, karena sebenernya kita bukanlah pemilik seluruh alam semesta ini, tapi disana ada juga hak anak, cucu, dan generasi penerus untuk menikmati alam ini. Jadi kalau ngomongin lingkungan hidup di sekitar kita, udah bukan barang yang baru lagi untuk kita.
Saya yakin seyakin-yakinnya, bahwa seluruh mahluk yang hidup di alam ini memerlukan air bersih untuk melangsungkan kehidupannya. Bisa dibilang, “Tanpa Air, Tanpa Kehidupan”. Mahluk hidup mana yang demi melangsungkan kehidupannya, mereka nggak butuh air? Nggak ada pasti. Mulai dari manusia, mahluk ciptaan tertinggi dari Tuhan, hingga binatang dan tumbuhan, mereka semua membutuhkan air. Apalagi manusia, ya... hidup pasti ber-air ria. Minum, pakai air. Mandi, pakai air. Cuci baju, cuci kendaraan, cuci semua barang, pasti pakai air. Kebayang nggak, ya, kalau nggak ada air?
Pertanyaannya, air yang kita pakai itu, sumbernya dari mana ya? Seingat saya jaman sekolah dulu (kira-kira 20 tahun yang lalu lah ya...), sumber air itu bisa dari air hujan, mata air, air penampungan, air laut, dan air tanah. Air hujan, pastinya datang dari langit yang turun ke bumi. Mata air, pasti berasal dari sumber air di pegunungan. Kalau di kota besar macam Jakarta ini, pupus lah sudah dapat air dari mata air gunung. Air penampungan, ini biasanya datang dari waduk, danau. Air laut, pasti berasal dari laut yang rasanya asin, tapi tenang aja, pasti diolah lagi kalau mau dipake sama kita. Yang terakhir itu, air tanah, itu air yang suka disedot pakai pompa, yang banyak dipakai oleh rumah tangga. Hayo ngaku, siapa yang di rumahnya ada pompa air merk tertentu itu? Saya niyh ya, punya pompa air itu, tapi sampai saat ini masih teronggok saja.
Sebenernya ya, emang yang paling dikhawatirkan itu adalah banyaknya penggunaan air tanah. Kenapa penggunaan air tanah mengkhawatirkan? Karena pemanfaatan air tanah yang terus meningkat menyebabkan penurunan muka tanah (Hendrayana, 2002). Jadi jelas banget, penggunaan air tanah yang berlebihan, dapat menyebabkan permukaan tanah menurun dan menurun. Semakin banyak pakai air tanah, maka permukaan tanah ini akan semakin turun. Lalu kalau permukaan tanah menurun, kenapa pula? Pernah baca di koran, kalau ternyata penurunan permukaan tanah itu bisa menyebabkan banjir. Iya, Jakarta tempat saya tinggal ini bisa makin banjir karena permukaan tanah turun. Ibaratnya aja, jalan di depan rumah makin ditinggikan, pastinya rumah kita akan semakin rendah. Banjir akibatnya apa? Yah, kalau itu sih udah pasti banyak yang paham diluar kepala. Bahkan mungkin sampai tau ya, kalau kota ini bisa tenggelam. Jadi, air tanah Jakarta dieksplorasi berlebihan, maka Jakarta akan hilang...
Lalu, kita bisa apa ya, untuk menyelamatkan penurunan permukaan tanah ini...
Pertama... Hindari pemakaian air tanah.
Lalu air buat kebutuhan kita, dari mana? Paling mudah adalah dari air permukaan atau air dari penampungan. Air dari permukaan tersebut, disalurkan melalui pipa hingga sampai di rumah kita. Kebersihannya juga pasti terjamin, karena pipa juga pasti dilakukan perawatan berkala. Iya, saya sendiri sudah berlanggangan untuk menggunakan air bersih yang berasal dari air penampungan. Tiap bulan bayar sesuai dengan pemakaian. Kalau pemakaian sedikit, pastinya jumlah tagihan ya sedikit. Maka dari itu, kita di rumah kalau pakai air ya dihemat-hemat.
Aetra, saat ini menyediakan air bersih pemipaan ini lho. Kita bisa berlangganan air bersih melalui Aetra. Bahkan sekarang udah ada promo paket berlangganan. Jadi udah nggak khawatir lagi terhadap penyediaan air bersih di rumah kita.
Menggunakan air bersih perpipaan di Jakarta ini, merupakan solusi yang tepat untuk menghindari Jakarta tenggelam.
Kedua... Hemat dan Bijak dalam menggunakan air.
|
gunakan shower ya... (sumber gambar : http://www.symbols.com/) |
Walaupun sudah menggunaakan air bersih dari perpipaan, kita harus menggunakan air sehemat mungkin. Bukan masalah karena harus bayar mahal, tapi juga karena sayang terhadap sumber dayanya. Kurangilah penggunaan air yang tidak perlu. Misalnya, kalau mandi bisa menggunakan
shower daripada harus menggunakan gayung. Hal ini dikarenakan, menggunakan gayung airnya lebih banyak sementara area badan yang dibersihkan lebih sedikit ketimbang menggunakan
shower. Belum lagi kalau menggunakan gayung harus menampung air di bak. Menampung air, kalau terlalu banyak akan bersisa, kemudian kotor, dan harus dibuang. Belum lagi kalau mau cuci pakaian. Yuk biasakan cuci pakaian kalau sudah agak banyak, jangan cuma satu helai langsung cuci.
Ketiga... Gunakan air sisa.
|
Pohon Cabe tumbuh subur dan berbuah, karena disiram menggunakan air sisa... Hemat! (doc. pribadi) |
Ini kebiasaan yang sudah saya lakukan dalam waktu setahun terakhir. Saya suka menampung air sisaan cucian piring atau air wudhu dan air cucian untuk bahan makanan untuk menyiram tanaman di depan rumah saya. Ini, sekali dayung, dua tiga pulau terlewati. Iya, air perpipaan yang masih bersih, kita gunakan untuk keperluan yang benar-benar membutuhkan air bersih. Namun air sisaan tadi, masih bisa digunakan untuk kebutuhan yang tidak kalah pentingnya juga, namun bisa menggunakan air sisa. Iya, kalau untuk menyiram tanaman, kan tidak perlu menggunakan air bersih. Tanaman disiram pakai air sisa, pun bisa hidup dengan aman sentausa. Mudah saja kok caranya, tidak perlu yang berbiaya mahal.
Tinggal di kota Jakarta dan masih menggunakan air tanah? Yuk cepat ganti pakai air perpipaan saja. Menyelamatkan kota Jakarta, menyelamatkan generasi penerus kita, dan menyelamatkan banyak pihak.
Aetra, saat ini menyediakan air perpipaan. Sarana sudah ada, kita bisa memulainya hari ini.
|
Aetra Jakarta (sumber : https://www.facebook.com/AetraJKT?fref=ts) |
|
Lomba Blog Aetra |
Referensi:
Hendrayana, Heru. 2002. Dampak Pemanfaatan Air Tanah. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.