Udah sejak jaman kapan tau, emang udah dibilang bahwanya kebutuhan primer itu ya sandang, pangan dan papan. Baju, makan dan rumah lah kalau bahasa kita. 3 hal itu tadi emang kalo nggak ada ya susah ya mau hidup normal. Normal lho ya. Secara bisa aja, hidup tanpa baju tapi ya siap-siap aja dibilang orang gila. Bisa juga hidup nggak makan, tapi nggak selamanya kan? Lah bisa mati sih kita. Nah, rumah alias sebenernya kayaknya sekarang sih ini maksudnya tempat tinggal. Mau rumah, mau kost, mau ngontrak, yang penting tempat teduh dari panas dan hujan. Eciyeee, ini mah bahasa jaman sekolah banget ini...
Perumahan (sumber gambar : http://tangofoxtrot.net ) |
Postingan kali ini, saya mau share, beberapa pengalaman saya dalam mempertimbangkan untuk memilih rumah sendiri. Punya uang untuk beli rumah? Alhamdulillah wa syukurillah ya..., bersyukur banget harusnya. Belum punya uang cukup buat beli rumah? Nabung yuk. Bismillah aja deh, kalau udah niat, in shaa Allah dikasih jalan sama Allah untuk punya. Aamiin ya Robbal Alaamiin...
Budget.
Penting banget untuk milih rumah yang kita impikan tapi sesuai dengan budget yang kita milikin ya. Misalnya aja punya uang sebesar Rp 500 juta, ya cari rumah yang seharga itu ya. Jangan budget Rp 500 juta, tapi nyari rumah yang harga Rp 750 juta. Aseli ini nggak akan jadi kenyataan. KPR sisanya? Itu sih lain hal yah. Pun kalau mau di KPR-in, kita punya budget untuk mencicil perbulannya. Dari mana tau harga pasaran rumah? Cari aja di internet. Banyak kok. Sekarang udah banyak situs yang ngejualin rumah baru, rumah bekas, juga sewa. Dulu, saya sempat juga nyari-nyari via situs-situs itu.
Lokasi.
Pertimbangan lokasi dalam memilih rumah ya, mba dan mas... Lokasi yang strategis alias dekat ke pusat kota, biasanya jadi tempat favorit tuh. Kenapa? Soalnya enak donk kan ya, kemana-mana deket dan nggak perlu susah payah. Misalnya aja niyh, kalau kita tinggal di Slipi, kan deket tuh mau ke Grogol, mau ke Semanggi, mau ke Sudirman, bahkan ke Cawang juga nggak terlalu jauh. Aseli ini sih dibanding dari Joglo ya. Wkwkwk... Nah, kalau ketemu lokasi rumah yang strategis alias deket kemana-mana, langsung pilih aja. Tapi niyh ya, biasanya sih kalau rumah yang berada di lokasi strategis begini, harganya membumbung tinggi. Asal sesuai sama budget sih no problem kok.
Infrastruktur.
Hal lain yang kemarin kita pertimbangkan dalam milih rumah, infrastruktur yang tersedia. Jalan, air, listrik, dan sekarang malah mikirin jaringan internet harus udah available. Nah, kalau saya pribadi, kemarin milih rumah yang infrastruktur-nya emang udah ready to use lah. Udah males lagi ngarep-ngarep sama infrastruktur yang belum jadi dan "nanti" bakal ada. Liat yang di depan mata ada, kalau sesuai yaudah sih bungkus aja. Kemarin ya, perumahan yang kita pilih kebetulan belum ada jaringan PAM aja sih. Sementara PLN udah masuk. Jaringan First Media juga udah ada. Telkom? Nggak penting lah itu, jaman sekarang udah pakai mobile phone.
Akses.
Nah, seru kalau bicara yang ini... Jaman sekarang ini, yang mana daripada jalanan pada macet semua, kadang jadi susah juga ngomongin tentang akses. Yaudah sih, jalanan mah dimana-mana macet. Mau pake apaan juga ya macet. Tinggal aja sewa helikopter, kalau nggak mau macet. Tapi tetep saya mah, namanya juga usaha, ya nyari rumah yang aksesnya gampang dituju. Kalau bisa, cari yang deket pintu masuk jalan toll dan pastinya deket sama stasiun KRL. Iyes banget, jaman sekarang, transportasi KRL udah penting yah. Nggak mampu lagi ngadepin macet, yaudah cuss pilih pakai KRL. Nah, kan lumayan kan kalau rumah deket stasiun, bisa naek kereta ke tempat kegiatan.
Status Tanah.
Udah dapet rumah yang disukain? Jangan lupa ya, ceki-ceki suratnya. Ini penting banget. Secara kita beli barang yang harganya bukan ratusan ribu rupiah dan kalau hilang besok bisa bikin lagi atau beli lagi. Urusan tanah dan surat menyurat bukan hal kecil, pemirsaaah budiman. Mungkin kalau belinya dari pengembang dan mau KPR, nggak terlalu berat untuk urusannya. Pihak Bank pasti akan ceki-ceki itu surat lah. Nah, kalau yang beli pribadi ini, hati-hati 100 kali deh sama urusan surat menyurat. Nggak mau kan, kalau ternyata rumah yang kita beli itu sertifikat tanahnya ternyata bodong atau palsu? Pait deh kalao udah urusan tipu menipu tanah.
Lingkungan.
Rasakan lingkungan-nya ya sebelum membeli rumah. Saya pribadi, nggak terlalu suka sama lingkungan yang agak ramai. Saya seneng sama yang agak sunyi senyap, nggak berisik. Bisa istirahat soalnya. Ya namapun rumah, buat istirahat lah ya. Eh tapi kan ada juga beberapa orang yang seneng sama lingkungan yang rame toh? Nah, silahkan dipilih sesuai dengan hati kita ya... Biasanya sih ya, kalo masalah lingkungan ini ada semacam chemistry yang di dapat. Nah, secara rumah yang kami pilih ini, alhamdulillah cocok dengan yang kita pilih, sepi tapi bukan kuburan.
Rumah Baru atau Rumah Second...
Nah kalo ini sih tinggal selera masing-masing aja. Semua orang pasti sih maunya dapet yang baru. Tapi kalaupun nggak bisa dapet yang baru, pasti yang second juga ngga apa, kan? Yang penting masih layak. Emang kalau rumah second pasti perlu biaya untuk renovasi. E tapi ya jangan salah, rumah baru biasanya juga perlu buat nambah ina inu. Kecuali kalau rumahnya dibangun sendiri sesuai dengan design kita. Bikin rumah sendiri pun pasti biasanya perlu tambah ina inu lagi. Budget bisa membengkak, pemirsa... macam perut ibu-ibu hamil. Biasanya bengkak malah sampai 30%. Jadi, siapkan saja budgetnya... huhuuuy...
Beli rumah baru? Cek developernya..
Nah, ini urusan yang nggak kalah pentingnya, yaitu urusan pengembang alias developer. Apakah pengembangnya bisa dipercaya, sudah punya nama, atau baru kemarin sore? Ceki-ceki ya. Soalnya sekarang banyak pengembang yang nggak punya modal, nakal atau resse'. Udah bayar DP, tapi belum dibangun. Udah mau penuh pembangunan rumahnya, tapi fasilitas nggak dibangun. Pengembang besar belum tentu bagus lho, tapi pengembang baru kemarin sore juga kadang ada yang bisa diandalkan. Eia, sekarang juga lagi musim, pengembang-pengembang pribadi. Bangun rumah yang palingan satu cluster isi 10 rumah atau 15 rumah.
Pilih rumah yang cocok sama kita yaaa... (sumber gambar dari : https://memoirs4mymunchkins.wordpress.com) |
Rumah Baru atau Rumah Second...
Nah kalo ini sih tinggal selera masing-masing aja. Semua orang pasti sih maunya dapet yang baru. Tapi kalaupun nggak bisa dapet yang baru, pasti yang second juga ngga apa, kan? Yang penting masih layak. Emang kalau rumah second pasti perlu biaya untuk renovasi. E tapi ya jangan salah, rumah baru biasanya juga perlu buat nambah ina inu. Kecuali kalau rumahnya dibangun sendiri sesuai dengan design kita. Bikin rumah sendiri pun pasti biasanya perlu tambah ina inu lagi. Budget bisa membengkak, pemirsa... macam perut ibu-ibu hamil. Biasanya bengkak malah sampai 30%. Jadi, siapkan saja budgetnya... huhuuuy...
Beli rumah baru? Cek developernya..
Nah, ini urusan yang nggak kalah pentingnya, yaitu urusan pengembang alias developer. Apakah pengembangnya bisa dipercaya, sudah punya nama, atau baru kemarin sore? Ceki-ceki ya. Soalnya sekarang banyak pengembang yang nggak punya modal, nakal atau resse'. Udah bayar DP, tapi belum dibangun. Udah mau penuh pembangunan rumahnya, tapi fasilitas nggak dibangun. Pengembang besar belum tentu bagus lho, tapi pengembang baru kemarin sore juga kadang ada yang bisa diandalkan. Eia, sekarang juga lagi musim, pengembang-pengembang pribadi. Bangun rumah yang palingan satu cluster isi 10 rumah atau 15 rumah.
Last but not least, feeling harus tetap jalan ya, untuk milih rumah. Milih rumah itu emang cocok-cocokan dan jodoh-jodohan. Kalaupun cocok, belom jodoh, ya nggak dapet. Kemarin ini, dari sekitar 13 lokasi rumah yang kita survey, akhirnya nyantol di 1 lokasi rumah yang menurut kita itu yang terbaik dan sesuai dengan kita. IMHO ya, milih rumah itu sangat butuh ketelatenan. Beli yang sesuai banget sama kita ya, biar nggak nyesel di kemudian hari. Jual beli rumah soalnya nggak gampang...
Selamat memilih rumah ya... Semoga sharing saya ini bermanfaat.