Entah
ada angin apa yang tiba-tiba datang ke permukaan bumi ini, si bapak ngajakin
main ke Garut. Secara emang liburan akhir tahun kemaren kita nggak jalan-jalan
kemana pun alias Cuma di Jakarta aja, makanya perginya pas sesudah liburan
panjang. Jadilah intinya ya, kita berangkat ke Garut itu, Sabtu pagi, pukul
06.00 dari rumah. Langsung masuk toll Slipi secara emang jalannya pasti ke toll
Bandung yang berakhir di Cileunyi. Sabtu pagi itu, walaupun tanggal menunjukkan
di angka 11, yang katanya tanggal tanggung bulan, tapi tetap aja jalanan ya
rame dan padat. Nggak bisa gas poll, paling juga cuma bisa 80kmph dan beberapa
titik malah cuma jalam 60kpmh. Sempet sekali istirahat di KM 147 untuk ritual
buang air kecil dan sarapan. Nares sekarang udah nggak pake diapers, jadi tiap
beberapa jam harus diajak pipis. Dan pergi pagi itu, Nares masih tidur dan kita
angkut aja pas dia tidur. Hehehee…
Sukaregang – Pusat Kerajinan Kulit
Sampai
di Garut (kabupaten), sekitar pukul 10.00 yang mana jalanan cukup pada dan
lawan arah kita ya padat sekali alias macet. Tiba di kota Garutnya, sekitar
pukul 11.00 dan kita langsung nyari Jl. Ahmad Yani yang mana tujuan kesana
adalah liat (etapi malah jadi beli) pusat kerajinan kulit Sukaregang. Menurut
informasi dari beberapa pihak, kerajinan kulit asli Garut itu bagus dan
harganya murah. Jadilah si bapak beli (tepatnya bikin) jaket kulit disana.
Harganya emang Cuma separo dari yang beredar di Jakarta. Bener, nggak pake
bohong. Nawar pun udah nggak bisa, karena emang harganya udah miring semiring
topi. Kurang Rp 50,000 doang udah mentok. Untuk cowok, emang banyak pilihan.
Tapi kalau untuk cewe, pilihannya sangat sedikit. Aseli, buat saya pribadi,
nggak tertarik.
Di
Sukaregang ini, kita sempet muterin daerah Jl. Gagak Lumayung dengan naik
delman. Nares requested donk, “Mau naik kuda, bu...” katanya. Jadilah kita naik
delman, keliling Jl. Gagak Lumayung dengan jarak sekitar 2km dan Rp 25,000
nggak mau ditawar juga. Ahahaha, sayang anak sayang anak ya bungkus sajalah. Eiya,
masih cerita tentang Jl. Gagak Lumayung, jadi ini merupakan daerah yang juga
jualan kerajinan kulit, tapi harganya nggak semahal yang di Jl. Ahmad Yani
karena Jl. Ahmad Yani itu merupakan pinggir jalan besar yang mana daripada yang
mana harga sewa kios akan lebih mahal daripada yang tidak dipinggir jalan besar
itu. Jadi, kalau emang bisa milih dan masih mau usaha, berbelanjalah di Jl.
Gagak Lumayung itu. Tokonya sih emang nggak banyak, tapi asal rajin dan mau, ya
pasti bisa dapet.
Rumah Makan Cibiuk – Sambal 15 rupa
Selesai
dari Sukaregang, kita lanjut makan siang ke Rumah Makan Cibiuk nan kesohor di
seantero Garut. Katanya, kelau nggak ke Cibiuk itu ya belum ke Garut. Sampai di
TKP Cibiuk sekitar pukul 12.30 dan Nares dalam keadaan tidur siang. Kita pesen
tempat lesehan, secara Nares lagi tidur dan berharap Nares bisa ditidurin di
saung itu. Tapi ternyata ya nggak bisa donk, pas ditidurin ya pasti bangun.
Okelah sip. Si bapak sholat dulu, baru pesen makan deh. Makanan datang setelah
10 menit kita order. Everything looks super duper yummy. Ahaha, emang dasar aja
itu gw yang laper sih, jadinya udah ngiler duluan. Ehm, kita juga pesen Es
Goyobod loh, itu semacam es telernya di Garut. Isinya ada kelapa, nangka, dan
semacam cenil ala es selendang mayang nya betawi, trus pake santan dan gula
kelapa.
Dengan
makanan yang kita pesan seperti di gambar (nasi liwet merah dan putih, udang
asam manis, empal, sayur genjer, ikan peda goreng, bakwan jagung, dan es
goyobod) kita menghabiskan Rp 121,000 (sudah termasuk pajak). Murah kan? Iya
dibanding kalau makan di Jakarta dengan menu seperti itu, bisa habis Rp 200,000.
Recommended lah makan disini. Fasilitas lengkap dan rasa pun boleh punya.
Sabda Alam – Waterpark Air Panas
Selesai
makan di Cibiuk, kira-kira pukul 15.00, kita menuju ke Pemandian Air Panas di
Sabda Alam yang daerahnya ada di Cipanas. Perjalanan dari Cibiuk ke Sabda Alam
cukup 15 menit saja kok. Jalanannya bagus nggak pake rusak dan cukup untuk 2
mobil. Pake mobil sedan yang stance juga bisa. Kalau di area sekitar Cipanas
ini emang banyak penginapan dan pemandian air panas. Tapi emang yang terkenal
waterparknya ya di Sabda Alam. Sabda Alam sendiri, ada penginapannya. Tapi
kemaren kita nggak kebagian kamar disini, karena fully booked dan nyisa yang
bungalow untuk 3 kamar. Ya kali ye, Nares sekamar sendiri, bapaknya sekamar
sendiri, dan saya sendiri. Bersumber dari info yang dipercaya, pemesanan kamar
di Sabda Alam harusnya dilakukan 3 atau 2 bulan sebelumnya. Waddaaauuww, lah
ini aja rencana dadakan baru dari awal tahun, mau nunggu 2 bulan lagi ya udah basi
lah.
Informasi
mengenai Taman Air Sabda Alam:
Weekdays : Rp 30,000/orang (anak-anak dibawah 4
tahun sepertinya grateish)
Weekend : Rp 40,000/orang
Sewa loker : Rp 5,000 untuk yang kecil dan Rp
10,000 untuk yang besar
Sewa ban : Rp
untuk yang double – yang singke nggak tau berapa
Parkir : Mobil Rp 5,000/sekali masuk – motor nggak
tau berapa.
Tutup : pukul 21.00
Boleh bawa ban renang sendiri dan bawa masuk
makanan/minuman.
Overall,
pemandian air panas ini banyak mainannya, tapi ada juga beberapa yang nggak bisa
dimainkan karena rusak. Trus, airnya itu sebenernya bersih, tapi karena
lumutnya nggak dibersihin alias kurang maintenance, jadilah agak kotor itu
airnya. Kotor serpihan lumut aja sih. Eh ada juga sing, sampah-sampah gitu.
Sampah pita, sampah sim card, sampah yang perintilan gitu lah. Payahnya orang
Indonesia, nggak bisa jaga kebersihan.
Menjelang maghrib, kita udahan deh tuh main airnya karena siap-siap mau makan malam dan istirahat di hotel. Nah, sayangnya lagi nih, kebersihan di kamar bilasnya nggak terjaga. Sampai sachet bekas shampoo dan sabun berserakan di lantai. Pemirsah, urusan kebersihan di Indonesia ini memang sesuatu banget ya. Padahal timbang buang sampah di tong sampah aja susah banget banget?
Makan Malam – Pondok Sate Tegal
Rencana
makan malem di Pasar Ceplak yang terkenal seantero Garut, gagal ya sodara-sodara.
Garut malem minggu kemaren diguyur hujan deras bin lebat. Akhirnya kita nyari
makan yang nggak jauh dari hotel yang mau kita tumpangin buat tidur. Ketemulah
itu Sate Tegal. Nothing’s special dari rumah makan ini kecuali tempatnya yang
bersih dan pelayannya ramah-ramah. Harga standard banget (sate ayam 10 tusuk Rp
15,000 dan sate kambing 10 tusuk Rp 30,000 serta sop iga kambing Rp 22,500).
Minum dapet teh tawar refill, grateish).
Hotel – Bintang Redannte
Nggak
kebagian kamar di Sabda Alam (sesuai dengan rekomendasi banyak orang, yang
bagus ya Sabda Alam), akhirnya sang suami mencari hotel lain yang bagus dan
pasti harganya yang nggak menohok. Satu malam saja dan tepatnya hanya beberapa
jam saja, jadi nggak perlu yang bagus-bagus banget. Yang penting bersih lah,
nggak busuk-busuk banget karena bawa bocah (alesan banget deh). Ketemulah
akhirnya Hotel bintang Redannte, di daerah Samarang dengan harga yang cukup
bersahabat. Bungkus…
Sampe
di hotel, sekitar pukul 20.30 langsung ditanyakan sama juru parkir, pesanan
atas nama siapa. Weeew, tampak penuh ye ni hotel. Kalo belum pesan, bisa-bisa
nggak kebagian kamar. Nggak nyangka ye, tengah-tengah bulan masih aja orang
keliaran macam saya ini. Hihihi… Pelayanan di hotel ini bagus deh. Kamar hotel
juga bersih. Parkiran cukup luas. Perlengkapan di kamar juga lumayan komplit
(peralatan mandi ada, peralatan minum air panas juga ada, TV ada, air panas buat
mandi pastinya juga ada). Untuk harga kisaran Rp 400,000 sangat lumayan lah.
Informasi yang saya dapatkan, kalo di Sabda Alam harga kamar standard, sekitar
RP 700,000 (masuk taman airnya gratis). Ya emang belum rejeki siyh nginep di
Sabda Alam…
Pukul
09.30 di hari Minggu, kita check out dari Bintang Redannte. Sebelumnya, kita
sarapan pagi di lobby hotel. Menu sarapannya sangat sederhana, tapi ya Alhamdulillah
disyukuri saja. Menu yang ada kemarin itu : nasi goreng, sosis ayam, sosis
sapi, telur ceplok, nasi putih, daging teriyaki, buah semangka dan papaya, dan
roti tawar dengan selai strawberry, mentega dan coklat. Rasanya? Memang super
duper standard. Tapi sekali lagi, syukuri sajaaa… xixixi.
Kebun Mawar Situhapa
Last
destination kita di kota Garut ini adalah Kebun Mawar di Situhapa. Perjalanan
dari hotel sekitar 30 menit. Perjalanan naik mobil sedan menuju ke Kebun Mawar
ini masih bisa dilalui dengan sedan (mobil stance masih bisa lewat kok, asal
siap-siap gasruk dikit lah). Pemandangan menuju Kebun Mawar sangat indah. Sawah
dan bukit hijau, belum lagi kebun sayur yang menggairahkan. Pokoknya adem
banget deh.
Sampai
di Situhapa ini, gerimis kecil menyambut kedatangan kita. Jadinya, boleh minjem
payung yang disediakan sama pengelola Kebun Mawar ini. Gratis kok, asal beli
tiket masuk ke Kebun Mawar yang seharga Rp 15,000 per orang dewasa. Enaknya,
pas kita sampai di kebun mawar ini pengunjung masih belum terlalu ramai, jadi
parkir mobil masih gampang. Pas pulangnya, mobil sudah mulai ramai, dan
sepertinya semakin siang akan semakin ramai deh nih parkiran.
Kebun Mawar ini ternyata nggak Cuma sekedar kebun mawar, tapi ada penginapan dan resto juga. Penginapan dengan 1 kamar, dibandrol harga sekitar Rp 1,000,000 per malamnya. Model cottage atau villa kayu gitu. Sangat natural suasanya karena penginapan tersebut berada di tengah-tengah kebun. Pas kita keliling, ada yang lagi foto prewedding. Emang tempatnya bagus banget kok buat prewedding. Sayangnya pas kita kesini, lading kebun mawar lagi nggak musimnya, jadi nggak banyak bunga-nya. Yang keliatan jadinya ya daun mawar deh. Hihihi… Disini, ada juga miniatur kebon kaktus, kolam dengan penuh bunga lotus, ada beberapa bunga hebras dan dahlia, juga giant kembang sepatu. Nice lah… buat penggemar bunga, tempat ini bisa dijadikan objek tujuan.
Mau
lihat beberapa gambar bunga di kebun mawar? Monggo ke Instagram saya di
@monanyafani. Disana lebih banyak gambar bunga-bunga yang cakep-cakep (ini
emang bunganya yang cakep ye, bukan fotonya yang cakep).
Time to go Home
Saatnya
pulang, kembali ke Jakarta (aseli belum rela waktu senang-senangnya berakhir).
Tadinya kita mau ke Puncak Darajat, tempat yang saat ini pun masih happening di
Garut. Tapi perjalanan ke Darajat Pass itu masih 45 menit dari hotel tadi ya
masih lanjut 15 menit dari kebun mawar, dan kita takut kemaleman sampai
Jakarta, eksekusi lah kalau kita balik ke Jakarta. Mampir dulu sebentar ke toko
oleh-oleh khas Garut. Kebanyakan jual dodol garut, tapi saya malah beli kerupuk
kulit darokdok saja. Dodol sudah bosan.
Makan Siang – Nasi Liwet Asep
Stoberi
Nah,
menuju pulang, kita mampir makan di Rumah Makan Nasi Liwet Asep Stroberi. Lokasinya
sekitar 30 menit dari tadi kita mampir beli oleh-oleh. Letaknya ada di
pertigaan jalan. Nah, ternyata Asep Stroberi itu ada dua di sekitar situ, yang
satu banyak fasilitas mainnya dan yang satunya lagi lebih ke tempat
pemancingan. Kita milih yang banyak fasilitas mainnya. Walaupun Nares nggak
main juga di situ, tapi pasti dia seneng main-main.
Pesenan
kita Nasi Liwet Ayam Goreng dan sup jamur. Cukup. Minum pun hanya the tawar
hangat gratisan. Pelit?! Biarin! Yang penting gratis. Nasi liwetnya enak. Ayam
goreng nya mah biasa. Sambel dan lalapan juga enak. Nah, yang maknyus, kata
suami saya itu adalah ikan peda’nya. Nyuus… Saya nggak ngerti bedain ikan peda
yang enak dan nggak. Kita makan berdua (tiga sama Nares ding), habis Rp 91,000.
Kalau diperhatikan, menu di Asep Stroberi itu mirip dengan di Cibiuk, dan
harganya relative sama. Di Asep Stroberi ini ada toko souvenir dan oleh-oleh yang
cukup besar. Jadi bisa sekalian belanja oleh-oleh disini.
Nah,
tamatlah cerita saya jalan-jalan ke Garut kali ini. Perjalanan singkat dengan
perencanaan yang singkat tapi cukup menghibur hati dan menghilangkan kepenatan
dan kejenuhan di Jakarta. Pake mobil sedan Corolla tahun jabot, cukup isi full
tank dari Jakarta dan cukup sampai Jakarta lagi (kalo nggak macet jahanam
yeee). Buat yang mau ke Garut, mau nginep di daerah Cipanas, coba reserved
hotelnya jauh-jauh hari deh, daripada nggak kebagian model saya ini.
Selamat kembali ke Jakartaaa.... ;p
Selamat kembali ke Jakartaaa.... ;p