1.16.2014

ESCAPE TO GARUT

Entah ada angin apa yang tiba-tiba datang ke permukaan bumi ini, si bapak ngajakin main ke Garut. Secara emang liburan akhir tahun kemaren kita nggak jalan-jalan kemana pun alias Cuma di Jakarta aja, makanya perginya pas sesudah liburan panjang. Jadilah intinya ya, kita berangkat ke Garut itu, Sabtu pagi, pukul 06.00 dari rumah. Langsung masuk toll Slipi secara emang jalannya pasti ke toll Bandung yang berakhir di Cileunyi. Sabtu pagi itu, walaupun tanggal menunjukkan di angka 11, yang katanya tanggal tanggung bulan, tapi tetap aja jalanan ya rame dan padat. Nggak bisa gas poll, paling juga cuma bisa 80kmph dan beberapa titik malah cuma jalam 60kpmh. Sempet sekali istirahat di KM 147 untuk ritual buang air kecil dan sarapan. Nares sekarang udah nggak pake diapers, jadi tiap beberapa jam harus diajak pipis. Dan pergi pagi itu, Nares masih tidur dan kita angkut aja pas dia tidur. Hehehee…


Sukaregang – Pusat Kerajinan Kulit

Sampai di Garut (kabupaten), sekitar pukul 10.00 yang mana jalanan cukup pada dan lawan arah kita ya padat sekali alias macet. Tiba di kota Garutnya, sekitar pukul 11.00 dan kita langsung nyari Jl. Ahmad Yani yang mana tujuan kesana adalah liat (etapi malah jadi beli) pusat kerajinan kulit Sukaregang. Menurut informasi dari beberapa pihak, kerajinan kulit asli Garut itu bagus dan harganya murah. Jadilah si bapak beli (tepatnya bikin) jaket kulit disana. Harganya emang Cuma separo dari yang beredar di Jakarta. Bener, nggak pake bohong. Nawar pun udah nggak bisa, karena emang harganya udah miring semiring topi. Kurang Rp 50,000 doang udah mentok. Untuk cowok, emang banyak pilihan. Tapi kalau untuk cewe, pilihannya sangat sedikit. Aseli, buat saya pribadi, nggak tertarik.



Di Sukaregang ini, kita sempet muterin daerah Jl. Gagak Lumayung dengan naik delman. Nares requested donk, “Mau naik kuda, bu...” katanya. Jadilah kita naik delman, keliling Jl. Gagak Lumayung dengan jarak sekitar 2km dan Rp 25,000 nggak mau ditawar juga. Ahahaha, sayang anak sayang anak ya bungkus sajalah. Eiya, masih cerita tentang Jl. Gagak Lumayung, jadi ini merupakan daerah yang juga jualan kerajinan kulit, tapi harganya nggak semahal yang di Jl. Ahmad Yani karena Jl. Ahmad Yani itu merupakan pinggir jalan besar yang mana daripada yang mana harga sewa kios akan lebih mahal daripada yang tidak dipinggir jalan besar itu. Jadi, kalau emang bisa milih dan masih mau usaha, berbelanjalah di Jl. Gagak Lumayung itu. Tokonya sih emang nggak banyak, tapi asal rajin dan mau, ya pasti bisa dapet.


Rumah Makan Cibiuk – Sambal 15 rupa

Selesai dari Sukaregang, kita lanjut makan siang ke Rumah Makan Cibiuk nan kesohor di seantero Garut. Katanya, kelau nggak ke Cibiuk itu ya belum ke Garut. Sampai di TKP Cibiuk sekitar pukul 12.30 dan Nares dalam keadaan tidur siang. Kita pesen tempat lesehan, secara Nares lagi tidur dan berharap Nares bisa ditidurin di saung itu. Tapi ternyata ya nggak bisa donk, pas ditidurin ya pasti bangun. Okelah sip. Si bapak sholat dulu, baru pesen makan deh. Makanan datang setelah 10 menit kita order. Everything looks super duper yummy. Ahaha, emang dasar aja itu gw yang laper sih, jadinya udah ngiler duluan. Ehm, kita juga pesen Es Goyobod loh, itu semacam es telernya di Garut. Isinya ada kelapa, nangka, dan semacam cenil ala es selendang mayang nya betawi, trus pake santan dan gula kelapa.



Dengan makanan yang kita pesan seperti di gambar (nasi liwet merah dan putih, udang asam manis, empal, sayur genjer, ikan peda goreng, bakwan jagung, dan es goyobod) kita menghabiskan Rp 121,000 (sudah termasuk pajak). Murah kan? Iya dibanding kalau makan di Jakarta dengan menu seperti itu, bisa habis Rp 200,000. Recommended lah makan disini. Fasilitas lengkap dan rasa pun boleh punya.


Sabda Alam – Waterpark Air Panas

Selesai makan di Cibiuk, kira-kira pukul 15.00, kita menuju ke Pemandian Air Panas di Sabda Alam yang daerahnya ada di Cipanas. Perjalanan dari Cibiuk ke Sabda Alam cukup 15 menit saja kok. Jalanannya bagus nggak pake rusak dan cukup untuk 2 mobil. Pake mobil sedan yang stance juga bisa. Kalau di area sekitar Cipanas ini emang banyak penginapan dan pemandian air panas. Tapi emang yang terkenal waterparknya ya di Sabda Alam. Sabda Alam sendiri, ada penginapannya. Tapi kemaren kita nggak kebagian kamar disini, karena fully booked dan nyisa yang bungalow untuk 3 kamar. Ya kali ye, Nares sekamar sendiri, bapaknya sekamar sendiri, dan saya sendiri. Bersumber dari info yang dipercaya, pemesanan kamar di Sabda Alam harusnya dilakukan 3 atau 2 bulan sebelumnya. Waddaaauuww, lah ini aja rencana dadakan baru dari awal tahun, mau nunggu 2 bulan lagi ya udah basi lah.

Informasi mengenai Taman Air Sabda Alam:
Weekdays : Rp 30,000/orang (anak-anak dibawah 4 tahun sepertinya grateish)
Weekend : Rp 40,000/orang
Sewa loker : Rp 5,000 untuk yang kecil dan Rp 10,000 untuk yang besar
Sewa ban : Rp  untuk yang double – yang singke nggak tau berapa
Parkir : Mobil Rp 5,000/sekali masuk – motor nggak tau berapa.
Tutup : pukul 21.00
Boleh bawa ban renang sendiri dan bawa masuk makanan/minuman.



Overall, pemandian air panas ini banyak mainannya, tapi ada juga beberapa yang nggak bisa dimainkan karena rusak. Trus, airnya itu sebenernya bersih, tapi karena lumutnya nggak dibersihin alias kurang maintenance, jadilah agak kotor itu airnya. Kotor serpihan lumut aja sih. Eh ada juga sing, sampah-sampah gitu. Sampah pita, sampah sim card, sampah yang perintilan gitu lah. Payahnya orang Indonesia, nggak bisa jaga kebersihan.

Menjelang maghrib, kita udahan deh tuh main airnya karena siap-siap mau makan malam dan istirahat di hotel. Nah, sayangnya lagi nih, kebersihan di kamar bilasnya nggak terjaga. Sampai sachet bekas shampoo dan sabun berserakan di lantai. Pemirsah, urusan kebersihan di Indonesia ini memang sesuatu banget ya. Padahal timbang buang sampah di tong sampah aja susah banget banget?


Makan Malam – Pondok Sate Tegal

Rencana makan malem di Pasar Ceplak yang terkenal seantero Garut, gagal ya sodara-sodara. Garut malem minggu kemaren diguyur hujan deras bin lebat. Akhirnya kita nyari makan yang nggak jauh dari hotel yang mau kita tumpangin buat tidur. Ketemulah itu Sate Tegal. Nothing’s special dari rumah makan ini kecuali tempatnya yang bersih dan pelayannya ramah-ramah. Harga standard banget (sate ayam 10 tusuk Rp 15,000 dan sate kambing 10 tusuk Rp 30,000 serta sop iga kambing Rp 22,500). Minum dapet teh tawar refill, grateish).


Hotel – Bintang Redannte

Nggak kebagian kamar di Sabda Alam (sesuai dengan rekomendasi banyak orang, yang bagus ya Sabda Alam), akhirnya sang suami mencari hotel lain yang bagus dan pasti harganya yang nggak menohok. Satu malam saja dan tepatnya hanya beberapa jam saja, jadi nggak perlu yang bagus-bagus banget. Yang penting bersih lah, nggak busuk-busuk banget karena bawa bocah (alesan banget deh). Ketemulah akhirnya Hotel bintang Redannte, di daerah Samarang dengan harga yang cukup bersahabat. Bungkus…



Sampe di hotel, sekitar pukul 20.30 langsung ditanyakan sama juru parkir, pesanan atas nama siapa. Weeew, tampak penuh ye ni hotel. Kalo belum pesan, bisa-bisa nggak kebagian kamar. Nggak nyangka ye, tengah-tengah bulan masih aja orang keliaran macam saya ini. Hihihi… Pelayanan di hotel ini bagus deh. Kamar hotel juga bersih. Parkiran cukup luas. Perlengkapan di kamar juga lumayan komplit (peralatan mandi ada, peralatan minum air panas juga ada, TV ada, air panas buat mandi pastinya juga ada). Untuk harga kisaran Rp 400,000 sangat lumayan lah. Informasi yang saya dapatkan, kalo di Sabda Alam harga kamar standard, sekitar RP 700,000 (masuk taman airnya gratis). Ya emang belum rejeki siyh nginep di Sabda Alam…

Pukul 09.30 di hari Minggu, kita check out dari Bintang Redannte. Sebelumnya, kita sarapan pagi di lobby hotel. Menu sarapannya sangat sederhana, tapi ya Alhamdulillah disyukuri saja. Menu yang ada kemarin itu : nasi goreng, sosis ayam, sosis sapi, telur ceplok, nasi putih, daging teriyaki, buah semangka dan papaya, dan roti tawar dengan selai strawberry, mentega dan coklat. Rasanya? Memang super duper standard. Tapi sekali lagi, syukuri sajaaa… xixixi.


Kebun Mawar Situhapa

Last destination kita di kota Garut ini adalah Kebun Mawar di Situhapa. Perjalanan dari hotel sekitar 30 menit. Perjalanan naik mobil sedan menuju ke Kebun Mawar ini masih bisa dilalui dengan sedan (mobil stance masih bisa lewat kok, asal siap-siap gasruk dikit lah). Pemandangan menuju Kebun Mawar sangat indah. Sawah dan bukit hijau, belum lagi kebun sayur yang menggairahkan. Pokoknya adem banget deh.

Sampai di Situhapa ini, gerimis kecil menyambut kedatangan kita. Jadinya, boleh minjem payung yang disediakan sama pengelola Kebun Mawar ini. Gratis kok, asal beli tiket masuk ke Kebun Mawar yang seharga Rp 15,000 per orang dewasa. Enaknya, pas kita sampai di kebun mawar ini pengunjung masih belum terlalu ramai, jadi parkir mobil masih gampang. Pas pulangnya, mobil sudah mulai ramai, dan sepertinya semakin siang akan semakin ramai deh nih parkiran.


Kebun Mawar ini ternyata nggak Cuma sekedar kebun mawar, tapi ada penginapan dan resto juga. Penginapan dengan 1 kamar, dibandrol harga sekitar Rp 1,000,000 per malamnya. Model cottage atau villa kayu gitu. Sangat natural suasanya karena penginapan tersebut berada di tengah-tengah kebun. Pas kita keliling, ada yang lagi foto prewedding. Emang tempatnya bagus banget kok buat prewedding. Sayangnya pas kita kesini, lading kebun mawar lagi nggak musimnya, jadi nggak banyak bunga-nya. Yang keliatan jadinya ya daun mawar deh. Hihihi… Disini, ada juga miniatur kebon kaktus, kolam dengan penuh bunga lotus, ada beberapa bunga hebras dan dahlia, juga giant kembang sepatu. Nice lah… buat penggemar bunga, tempat ini bisa dijadikan objek tujuan.

Mau lihat beberapa gambar bunga di kebun mawar? Monggo ke Instagram saya di @monanyafani. Disana lebih banyak gambar bunga-bunga yang cakep-cakep (ini emang bunganya yang cakep ye, bukan fotonya yang cakep).





Time to go Home

Saatnya pulang, kembali ke Jakarta (aseli belum rela waktu senang-senangnya berakhir). Tadinya kita mau ke Puncak Darajat, tempat yang saat ini pun masih happening di Garut. Tapi perjalanan ke Darajat Pass itu masih 45 menit dari hotel tadi ya masih lanjut 15 menit dari kebun mawar, dan kita takut kemaleman sampai Jakarta, eksekusi lah kalau kita balik ke Jakarta. Mampir dulu sebentar ke toko oleh-oleh khas Garut. Kebanyakan jual dodol garut, tapi saya malah beli kerupuk kulit darokdok saja. Dodol sudah bosan.


Makan Siang – Nasi Liwet Asep Stoberi

Nah, menuju pulang, kita mampir makan di Rumah Makan Nasi Liwet Asep Stroberi. Lokasinya sekitar 30 menit dari tadi kita mampir beli oleh-oleh. Letaknya ada di pertigaan jalan. Nah, ternyata Asep Stroberi itu ada dua di sekitar situ, yang satu banyak fasilitas mainnya dan yang satunya lagi lebih ke tempat pemancingan. Kita milih yang banyak fasilitas mainnya. Walaupun Nares nggak main juga di situ, tapi pasti dia seneng main-main.

Pesenan kita Nasi Liwet Ayam Goreng dan sup jamur. Cukup. Minum pun hanya the tawar hangat gratisan. Pelit?! Biarin! Yang penting gratis. Nasi liwetnya enak. Ayam goreng nya mah biasa. Sambel dan lalapan juga enak. Nah, yang maknyus, kata suami saya itu adalah ikan peda’nya. Nyuus… Saya nggak ngerti bedain ikan peda yang enak dan nggak. Kita makan berdua (tiga sama Nares ding), habis Rp 91,000. Kalau diperhatikan, menu di Asep Stroberi itu mirip dengan di Cibiuk, dan harganya relative sama. Di Asep Stroberi ini ada toko souvenir dan oleh-oleh yang cukup besar. Jadi bisa sekalian belanja oleh-oleh disini.



Nah, tamatlah cerita saya jalan-jalan ke Garut kali ini. Perjalanan singkat dengan perencanaan yang singkat tapi cukup menghibur hati dan menghilangkan kepenatan dan kejenuhan di Jakarta. Pake mobil sedan Corolla tahun jabot, cukup isi full tank dari Jakarta dan cukup sampai Jakarta lagi (kalo nggak macet jahanam yeee). Buat yang mau ke Garut, mau nginep di daerah Cipanas, coba reserved hotelnya jauh-jauh hari deh, daripada nggak kebagian model saya ini. 

Selamat kembali ke Jakartaaa.... ;p

KURIKULUM SD KINI... JAHARA DEH...

Buat ibu-ibu yang selalu mendampingi anak-anaknya belajar, pasti paham banget kalau materi pelajaran sekarang ini berat sekali. Ehm, apa ja...

Popular Post