6.04.2014

BANJARMASIN TRIP - DAY 1

Libur kentang emang nggak enak. Masuk - libur - masuk - libur - masuk. Hajar bleh, mari kita libur saja! Begitu ajakan pak suami kepada saya, beberapa hari sebelum kita pesen tiket ke Banjarmasin, yang mana kota tersebut merupakan kota kelahiran ayah dan ibu mertua saya, alias kampung halaman suami saya. Suami saya pun sudah lahir di Jakarta, dan terakhir mudik ke Banjarmasin tahun 1997 (lama bingits). Maka dari itu, marilah kita mudik ke Banjarmasin. Tahun lalu, kita mudik ke Muntilan (baca di sini ada sedikit cipratan ceritanya), tempat kelahiran ayah saya. Gantian di tahun ini kita mudik ke tempat mertua saya. Nanti kalau ada rejeki lagi, saya akan mudik ke kota kelahiran Ibu saya, di Singkawang - Kalimantan Barat.

Ceritanya waktu itu beli tiket pesawat masih 6 bulan sebelum hari keberangkatan kita di long "kentang" weekend bulan Mei 2014 ini. Jadilah masih dapet tiket yang harganya logis untuk pulang pergi ke Banjarmasin. Nyari tiket udah pasti yang paling murah, nggak pake mahal, karena perjalanan Jakarta - Banjarmasin ternyata cuma 1,5 jam. Jadilah kita pakai Citilink, dengan pesan via online. Alhamdulillah ya, masih ada rejeki dikasih tiket murah. Xixixi... secara cuma 1,5 jam dan itu kita emang milihnya penerbangan yang after lunch, jadi ya aman lah ya. Nggak pake gengsi kudu terbang pake Garuda lah, yang penting sampe, selamat. Lumayan sisa duitnya buat belanja oleh-oleh. Masih ngirit versi 2, di Banjarmasin kita nginep di tempat kelahiran mama. Alhamdulillah. Nah, daerah kita nginep ini namanya Kuin Selatan, dalam kota Banjarmasin.
Nungguin di Boarding Room - Ready to go

Ini merupakan perjalanan Nares pake pesawat, jadi sebagai emak yang mencoba mereduksi ke-cranky-an si bocah, sudah saya persiapkan segala jenis makanan. Mulai dari roti, permen yang disukain Nares, pudding, juice dan susu. Syukur banget, Nares menikmati perjalanan di pesawat karena ada sogokan dari emaknya. Hohooo, namanya juga antisipasi, kalau berhasil ya syukur. Kalo nggak berhasil ya minta tolong bapaknya. Akhir perjalanan di pesawat Nares sempet bilang kalau kupingnya sakit, tapi pas dielus-elus kupingnya, eh malah dia tidur.... yassalaaam... bersyukur ada si bapak yang siap gendong. Emaknya mah udah nyerah! Oia, buat informasi aja nih, kita kan bawa stroller, nah di Citilink ini stroller nggak boleh masuk ke cabin pesawat. Jadi pas di depan pintu pesawat, strollernya dikasihin ke petugas untuk masuk bagasi. Aseli, ketar ketir bakal bonces-bonces deh tuh stroller.

Sampe di Banjarmasin, sekitar pkl 15.30 WITA, perbedaan waktu Jakarta dengan Banjarmasin adalah 1 jam saja. Alhamdulillah, walaupun disambut dengan hujan, pesawat bisa mendarat dengan muluzzz... Nares yang tidur, tetap ngorok walaupun sempet keujanan dikit gegara dari pesawat ke tempat pengambilan barang kita harus pake bus shuttle. Bandara Syamsudin Noor, merupakan bandara kota Banjarmasin. Bukan merupakan bandara internasional, makanya bandara kecil sangat. Begitu kita masuk, langsung ruang tunggu ambil barang. Agak lama juga nunggu barangnya, saya rasa akibat hujan. Pas keluar, stroller nongol basah, koper nongol ya basah, tas adik ipar saya ya basah. Untung bukan basah kuyup dah. Selesai urusan ambil barang, cuss cabut karena udah dijemput sama sodaranya mas Fani. Hujan masih turun, tapi untungnya nggak terlalu lebat.

Jarak bandara Syamsudin Noor ke tengah kota Banjarmasin masih cukup jauh, ada sekitar 1 jam perjalanan lah. Itu juga udah pake macet dikit. Jalanan sih nggak perlu diragukan, mulus lah, nggak pake gropak gompel kayak Jakarta. Ada beberapa titik emang yang tergenang air, ternyata hujannya sebelum kami sampai di Banjarmasin udah lama dan agak lebat. Jadi bukan banjir ye, tapi genangan air.

Iwak Itik Mama Baiti

Saingan Mama Baiti

Liat Spanduknya...

Otw mau ke rumah, kita mampir dulu beli salah satu jenis makanan khas Banjar yang terbuat dari bebek, disini namanya iwak itik (daging bebek). Daerah yang menjualnya namanya daerah Pasar Gambut. Yang terkenal itu Kedai Iwak Itik Mama Baiti, tapi sekarang di sebelahnya itu buka cabang juga, warung iwak itik Tenda Biru. Yang kocak itu banner yang dipasang sama kedua warung iwak itik itu lho. Yakin banget gegara persaingan ketat, maka terciptalah spanduk-spanduk itu. Ini spanduk kocak yang pernah saya temukan. Kompetisi yang sangat hebat antara satu dengan yang lainnya. Penasaran? Ini dia penampakan spanduknya...

Selesai belanja makanan khas Banjar Iwak Itik, kita langsung menuju rumah saja. Mau mampir kemana juga secara udah berangkat dari pagi (nyempetin ke kampus dulu sebelum berangkat ke bandara). Jadi emang enaknya ya istirahat di rumah. Sepanjang perjalanan menuju rumah ya hujan, mudah-mudahan ini merupakan rejeki dari Allah. Hihihi, namanya juag doa ya pemirsah, jadi sah-sah saja kan? Okey, sampe di rumah kita langsung makan. Oia, rumah nenek di Banjar ini masih rumah lama khas Banjar. Rumah panggung dan lantainya dari kayu. Mirip dengan rumah nekwan dan nek'aki di Singkawang yang berpanggung ria. Typikal rumah di Kalimantan, kali ye... Nares seneng banget disini, soalnya kalo dia lari-larian, itu lantai bunyai geradak geruduk gabruk...

Di Teras Depan Rumah Nenek (rumahnya nggak keliatan yak?)

Segini dulu cerita di hari pertama... bersambung ke bagian kedua nanti ya... #nyariwaktu.

1 comment:

KURIKULUM SD KINI... JAHARA DEH...

Buat ibu-ibu yang selalu mendampingi anak-anaknya belajar, pasti paham banget kalau materi pelajaran sekarang ini berat sekali. Ehm, apa ja...

Popular Post