4.24.2014

TIONGKOK AKU KEMBALI (Chapter 02 - habis)

Nah, lanjutan dari cerita kemarin waktu di Beijing adalah ketika kita dikasih kesempatan untuk melihat kota Shanghai. Alhamdulillah ya, kan saya udah cerita kalo kemarin yang 2007 itu, kita belum main-main ke Shanghai. Maka nikmat Allah mana yang kau dustakan, kali ini dikasih jalan ke Shanghai. Sebagai intro aja nih, kalau dari beberapa sumber yang saya baca, ini kota Shanghai letaknya agak lebih mendekat ke khatulistiwa, alias agak ke bawah. Kalau Beijing kan lebih ke atas yah. Nah, maka dari itu, kota Beijing itu lebih dingin dari kota Shanghai. Tapi kenyataannya, emang masih dingin juga sih. Ditambah pulak dengan angin yang niupnya agak kencang.

Berangkat dari kota Beijing di pukul 0800 kita menuju Shanghai. Perjalanan Beijing ke Shanghai yang berjarak sekitar 1500km ditempuh selama 5 jam saja dengan menggunakan Bullet Train. Stasiun kereta untuk ke Shanghai sama dengan stasiun kereta yang kita pakai untuk ke Tianjin kemarin. Bedanya cuma di gate masuk nya aja. Harga tiketnya adalah RMB 553 untuk sekali jalan duduk di kelas Ekonomi. Lumayan lah ya, Sekitar IDR 1,1 jutaan. Emang lebih murah dibandingkan dengan harga tiket kereta api Jakarta - Surabaya - Jogya (karena jaraknya mirip-mirip) yang seharga sekitar Rp 800,000. Tapi kan ya, ini waktu tempuhnya cuma 5 jam saja ya pemirsah. Bullet Train itu nyaman sekali, nggak ada suara berisiknya sedikit pun. Jadi, sepanjang 5 jam perjalanan itu saya nyenyak tidur. Biar nanti sampai di Shanghai bisa segar bugar lagi. Ya maklum aja, semalem udah kecapekan packing gara-gara mau bedol desa ke Shanghai.

Sampai di Shanghai, kita "landing" di Stasiun Kereta yang terintegrasi dengan Airport Domestic Shanghai Hongqiao. Keren abis emang, di sini, semua alat transportasi sudah terintegrasi. Dalam satu bangunan, ada terminal bus, ada subway, ada stasiun antar kota dan ada airport domestic. Canggih kan? Ini yang Indonesia belum punya. Di Indonesia, masing-masing alat angkutan umum masih berdiri sendiri. Walaupun Bandara Soekarno Hatta udah ada Damri, tapi tetap aja belum ada kereta apalagi terminal bus yang terintgrasi begitu. Nanti mungkin ya, tahun 2050 baru ada yang model gitu di Indonesia. Aamiin…

Shanghai, kota ini melekat banget dengan bangunan tinggalan jaman penjajah mereka : Inggris. Bangunan eropa banyak di berdiri di kota ini. Kotanya pun lumayan cukup maju. Dibandingkan dengan Beijing, Shanghai jauh lebih berkembang secara fisiknya. Hutan beton juga ini kota. Saya emang suka ngeliat sih, kalo peninggalan penjajah Inggris itu, kotanya lebih maju ketimbang negara yang dijajah sama Belanda. Liat deh, Singapore dan Hong Kong, juga Malaysia. Negara Commonwealth jauh lebih maju fisiknya dibanding Indonesia. Kalau waktu bisa diputar kembali, rasanya pengen banget dijajah sama Inggris. #eh. Ya ampun, nggak bersyukur banget ya, udah dijajah sama Belanda, malah minta dijajah sama Inggris. Emang rumput tetangga lebih hijau yeah.

Jalan-jalan di kota Shanghai, kita menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa lokasi yang terkenal di Shanghai. Pertama, kita ngunjungi pabrik sutra (ini sutra kain yah, bukan jenis sutra lainnya). Di pabrik ini, kita diliatin bagaimana ulat kepompong itu berkembang biak dan akhirnya bisa diproses itu sutra-nya. Pabrik sutra ini punya pemerintah China, makanya harganya nggak bisa mahal-mahal banget. Tapi kan ya, emang harga sutra itu nggak boong. Secara emang bikinnya juga nggak gampang. Butuh beberapa orang pekerja secara manual, dan nggak pake mesin, makanya mahal. Di pabrik sutra yang kita kunjungin ini, ada jual selimut sutra dengan berbagai macam ukuran, trus ada juga bed cover sutra, baju sutra, selendang sutra (asli yang ini made in China dan bukan lagu), dan ada pernak pernik lainnya juga kayak dompet, sarung bantal, tempat tissue, tas besar, tas kecil. Saya menyempatkan beli selendang titipan si emak. Hihihi, harganya emang agak mehong, tapi kan ya mamak udah kepengen, ya belikan lah ya.

Proses bikin kain sutra
Sedang mempergakan bagaimana mengambil sutera-nya (ya sutra lah ya....)

Dari pabrik sutra, kita jalan lagi ke Pearl Tower. Ini merupakan landmark-nya Shanghai. Bentuknya ada bola-bola gitu. Ini architect-nya asli Perancis, dibangun sekitar tahun 1996. Tinggi menara ini 256 meter dari permukaan tanah. Nah, dari atas menara Pearl Tower ini kita bisa lihat keseluruhan kota Shanghai. Menara Pearl Tower ini dikenal juga dengan TV Tower. Tapi sebelum kita naik ke Pearl Tower ini, kita menyempatkan diri jalan di sisi sungai yang terkenal di Shanghai, yang lebar badan sungainya itu kayak selebar sungai Kapuas. Lebar banget deh, pokoknya. Lha wong kapal tangker aja bisa lewat situ. Nah sempat juga saya dikasih tau, kalau dulu orang Inggris datang ke Shanghai ya lewat sungai ini. Makanya, di pinggiran sungai ini masih banyak gedung-gedung sisa peninggalan jaman Inggris. Aseli cakep emang (lagi-lagi peninggalan Inggris).

Hutan Beton dan Sungai-nya

Tuh liat kapalnya gede aja... 

Shanghai ini ya, konon menurut cerita, bisa maju juga karena orang-orang yang asli penduduk Shanghai ini penuh gengsi. Mereka rela beli barang mewah, demi penampilan. Istilah kasarnya, sebodo amat makan nasi warteg, tapi yang penting bisa punya tas LV, Aigner, Lanvin, atau apapun. Makanya, dalam hal pengembangan kota pun demikian. Mereka rela habis-habisan ngeluarin duit untuk pembangunan kota mereka, biar kota mereka dibilang, “wwaaahhh…”. Tapi jangan salah lho, dulu kala sebelum Shanghai ini maju, Shanghai merupakan kota yang terbuang, kota yang hancur lah. Kenapa? Soalnya Shanghai itu orang-orangnya diracuni sama yang namanya opium atau kalau anak jaman sekarang bilangnya “narkoba”. Hingga pada satu saat pemimpin tertinggi di Shanghai pusing dengan kelakuan tentara-tentaranya yang jadi pada tukang mabok opium. Nah, dari situ deh perang terhadap opium dimulai. Shanghai pun bangkit kembali. Sekilas ya, kalau kota Shanghai ini merupakan kota modern di China, sementara kalau Beijing itu emang kota sejarah. Jadi, kalau mau belajar banyak sejarah, datanglah ke Beijing. Eh tapi ada lagi sih kota yang lebih tua. Itu namanya kota Xian. Aseli, disana banyak peninggalan sejarah jama dahulu kala yang masih bisa dilihat. Tahun 2007 ke Xian, kita sempat main ke Terracota dan mesjid tertua di Xian (hhhmmm, kok jadi pengen bikin tulisan 2007 ke China yak…).

Kita naik ke Pearl Tower juga akhirnya. Berapa harga tiketnya, saya nggak tau soalnya semuanya udah dibayarin. Yang saya tau, Cuma di dalam Pearl Tower ini kita naik ke salah satu bola, yang bola itu lantainya dibuat dari kaca. Jadi kita bisa ngeliat ke bawah. Buat yang ngeri ketinggian, saya sarankan untuk nggak mendekat ke lantai kaca itu. Saya sendiri, nggak phobia sama ketinggian, tapi awalnya ya agak gimana juga gimanaaa gitu. Abis itu ya biasa aja lagi. Di atas ini beneran kita bisa lihat kota Shanghai dengan hutan beton-nya. Cakep lah. Mirip sama Hong Kong gitu.

Apa rasanya ya... 

Kota Shanghai dari Pearl Tower

Selesai main ke Pearl Tower, kita berangkat ke tempat belanja souvenir khas Shanghai, namanya YuYuan Night Market. Barang yang dijual disini banget-banget barang souvenir dan hampir nggak ada barang palsu-palsuan mirip di Yashow Beijing. Harga yang ditawarkan pun nggak segila di Yashow, tapi ya tetap mesti ditawar lah. Lumayan loh, beli tas boneka panda buat nares yang backpack, dia majangnya RMB 128, tapi akhirnya lepas juga RMB 50. Nah, di YuYuan itu, ada juga toko yang nggak mau ditawar, tapi di toko mereka udah ada tulisan fix price dan ada label harganya. Harganya emang belum tentu lebih murah, tapi yang jelas kita nggak pake ngotot untuk nawar-nawar pake urat. Ada salah satu toko yang kita kunjungi, jual boneka panda kecil seharga RMB 15 saja, padahal waktu di Yashow, nawarinnya RMB 200, di YuYuan toko lainnya nawarin RMB 45. Itu alat pijet muka yang dari jade ukuran kecil, harganya RMB 15. Nah, kalo udah belanja, mendingan jangan cerita ke temen-temennya ya. Soalnya bisa jadi temennya sakit hati karena beli barang yang sama, tapi harganya jauh lebih mahal. Wkwkwk….

YuYuan Garden at Night... Cakeeeep!

See the lighting... 
Belanjaaaaahhh...

Oia, pasar malam ini bentuk pasarnya lucu banget (lebih tepatnya cakep). Bangunan deret toko-toko dibalut dengan bangunan gaya arsitektur China. Dan yang membuat keren banget itu karena lightingnya yang emang jagoan banget. Cakep, indah, keren, bagoooos lah pokoknya. YuYuan ini tutup sekitar pukul 2200 local time. Bener-bener udah nggak ada yang buka di pukul 2200 itu. Mereka penjual disana serempak nutup toko entah pukul berapa. Karena pas kita turun selesai makan, toko-toko udah pada tutup semua. Huaaa, yang tadinya mau belanja lagi, malah nggak bisa. Hiks hiks hiks, dasar ibuk-ibuk… Dan finalnya adalah disini saya beli 2 boneka panda kecil, 1 tas panda backpack, 4 piece magnetic Shanghai, 1 piece crystal pasir landmark Shanghai, gelang batu Tiger Eye buat "si engkong" plus boneka karakter Kwang Dong, kaos Shanghai 2 bijik, tas manik hitam buat pesta (ini buat sayaaah). Lumayanlah, semua yang penting kebagian. Olraaaiiitt...

Di Shanghai, selesai sudah perjalanan kita. Berakhir lah sudah cerita saya ini. Mudah-mudahan nanti ada kesempatan lagi ya, ngunjungi kota di China yang lainnya. Aamiin… Mudah-mudahan juga nanti bisa pergi sama sang suami dan anak-anak… aamiin… Mudah-mudahan juga buat yang baca ini, kalau belum ke China, nanti bisa main ke China ya… aamiin…

1 comment:

KURIKULUM SD KINI... JAHARA DEH...

Buat ibu-ibu yang selalu mendampingi anak-anaknya belajar, pasti paham banget kalau materi pelajaran sekarang ini berat sekali. Ehm, apa ja...

Popular Post