4.26.2012

NARESWARI-ku... SUSAH MAKAAAN


Nares oh Nares... begitu indah namamu, nak... Tapi bikin ibu pusing 7 keliling lingkaran tak berbentuk... MAKAN dan MAKAN lah, nak...

Alkisah, baby Nares itu sangat jarang menolak makan. Apa yang diberikan sama kita, pasti dimakan. Habis tak bersisa biasanya. Mulai dari MPASI di umur 6 bulan, hingga di umur 12 bulan, Nares tidak pernah bermasalah dengan makan. Sangat bersahabat dengan makanan, sama seperti ibunya yang suka sekali dengan makanan. Pantaslah nak, kita kan ibu dan anak, pasti mengalir di dalam darahmu dan ragamu hobby makan itu. Ahiiy...

Drama pun dimulai ketika Nares memasuki usia 13 bulan. Makanan yang disuguhkan mulai di tolak. Makanan kesukaannya mulai dilepeh. Mingkem deh itu mulut kalo udah liat sendok. Hummm, emak pun mulai resah dan gelisah. Sehari, dua hari, tiga hari terlewati, nampak pun dirinya masih belum bernafsu makan. Baru kali ini Nares susah makan begini. Nggak pernah sebelumnya parah sampai sebegininya. Sampai saya pun tak napsu makan. Stress, emosi, bertanduk, dan mau ngamuk rasanya. Tapi si bocah pun tak mengerti kalo saya marah. Yang dirinya tau hanyalah tidak mau makan. Si bapak pun bilang, “Percuma bu..., kamu stress juga anaknya nggak mau makan”. Ya ampuuun, kenapa begituuu nak?

Ikut keanggotaan milis mpasirumahan dan homemade healthy baby food gunanya adalah belajar masak untuk si kecil. Biar si bocah nggak perlu sering-sering makan makanan luar. Membiasakan diri makan makan rumahan yang lebih bersih pastinya. Dari milis ini pula belajar gimana ngatasin anak yang susah makan. Mulai yang dari ganti tekstur, ganti menu, ganti suasana, ganti peralatan makan, komplit sudah dilakukan. Tapi alkisah sang tuan puteri pun tak kunjung ingin makan. Hadeeeh, salah apa sih nih emaknya? Dibikin makanan enak, nggak dimakan. Dibikinin makanan kesukaannya pun, tak dimakan. Bingung sayaaa...

Seminggu terlewati sudah, Nares masih susah makan. Tambah lagi dengan batuk pilek yang melanda. Makin lah jadi dirinya susah makan. Oia, saya bilang Nares susah makan yah, nggak GTM (Gerakan Tutup Mulut). Jadi, sebenernya Nares itu mau makan, tapi menu-nya milih-milih. Kalo buah yang manis-manis dia mau. Pudding juga okey. Roti masih dihajar. Tapi kalo udah ada yang berbau nasi/kentang dan ada sayur serta daging, pastilah mentah-mentah ditolaknya. Yah nak, masa’ kamu makan cemilan doang? Mana gizimu, nak? Udah berat badan standard, pun tak mau makan. Gimana donk, nak? Nih ya, daftar usaha yang sudah ibu lakukan buat Nares biar Nares mau makan...

Pertama,
Makanannya coba dicampur garam sedikit, katanya biar agak berasa. Emang sih, saya tuh masih memberlakukan minimalis gula dan garam buat Nares, walaupun usianya sudah 1 tahun lebih. Tapi ya seminggu dua kali, ada yang saya berikan garam sedikit saja. Garam diberikan sedikit ke makannya, tapi tetap aja mingkem. Nggak mau ya nggak mau. Liat kan, garam bukan solusi. Clear... Mari cari cara lain lagi.

Kedua,
Coba tambahin kecap di campuran nasi-nya ya, mungkin biar agak berasa dikit. Mudah-mudahan Nares mau *sambil komat kamit baca doa. Jeng jeng jeng, dan hasilnya pun adalah tidak mau juga. Hmmm, baiklah. Ibu tidak boleh patah semangat. Mari kita cari yang lain ya, yang Nares mau makan. 

Ketiga,
Naik tekstur. Kalo kemaren kasih nasi lembek ke Nares. Mungkin sekarang Nares mau makan nasi, kali ya? Baiklah, dicoba nggak ada salahnya. Toh juga nasinya kan nggak keras dan pera’. Ngga ada salahnya nyobain Nares makan nasi, dengan lauk versi baby. Yah, namanya juga usaha. Kali aja bisa berhasil. Horeee, ternyata benar. Bisa masuk 2 sendok tanpa perlawanan. Ini sesuatu yang hebat lho, Nares mau makan 2 sendok saja. Tapi ternyata cuma berlaku untuk 2 sendok saja. Sendok selanjutnya berhasil dilepeh dengan indahnya. Nares melepeh, ibu pun pedih. Resah. Gimana ini, kok nggak mau makan juga? *mulai sedih. Putar otak lagi, cari cara lain, tapi kepala mulai bertanduk.

Keempat,
Turun tekstur. Kalo yang kasar nggak mau, mungkin yang halus kali ya? Okey, grinder lagi aja makanannya. Mungkin Nares mau makan yang halus. Giling lagi, giling lagi. Yah, kalo nggak dicoba, nggak tau hasilnya. Yang penting tetap semangat toh? Yup! Nah, tiba saatnya makan, apakah dirinya mau makan dengan tekstur yang halus? Hmmm, tampak pun tidak. Masuk 1 sendok saja, habis itu sendok selanjutnya dilepeh. Sudah tak sanggup menahan emosi, akkhirnya keluarnya kata-kata ini di depan Nares yang tidak mau makan, “Aduuuh dek Nares..., ibu kan udah masak buat kamu, kok nggak makan sih? Ini ibu yang masak, dek..., bukan orang lain. Emang dek Nares mau dimasakin orang lain? Itu coba liat, ada yang nggak dimasakin sama ibunya lho. Ini kan ibu yang masak, kok nggak dimakan juga?” Tapi apa daya, dirinya cuma mesam mesem mingkem tanpa mau makan. Hufth, tanduk ini yang tadinya keluar, kusimpan, sampai akhirnya keluar lagi. Ya Allah, berikan aku kesabaraaan, setidaknya berikan aku ide apa yang harus aku perbuat biar Nares mau makan.

Kelima,
Dari segi rasa, gurih dan manis Nares tolak. Dari segi tekstur, lembut dan kasar pun ditolak. Hmmm, mungkin suasana makan. Okey, mari kita makan di luar rumah, alias di depan rumah alias depan pintu rumah. Mungkin bisa. Sekali lagi, namanya ya usaha. Kalo nggak dicoba, ya nggak tau hasilnya. Mariii, kita makan di depan rumah, melihat lalu lalang orang dan lalu lalang mobil. Mungkin ada si “mpuus...” yang bisa jadi objek Nares menjadi senang. Hehehee, Nares seneng banget sama si “mpuus...” ini. Yaaa, tapi ya pemirsah, usaha saya kali ini mencari suasana yang nyaman juga gagal. Nares yang biasa makan duduk manis di rumah, sudah saya ajak ke depan rumah, tapi tetep aja nggak mau makan. Hidup mingkem! Mungkin gitu kata Nares. Ya ya ya, sebentar ya dek, ibu beli sabar dulu, buat ngatasin situasi ini. Atau mungkin ada yang jual ide bergaransi, biar kamu mau makan? Hadeeeuh...! Putar sana sini, up and down perasaan ibumu nak, kenapalah dirimu tak mau makan?

Keenam,
Sudahlah entah saya harus apa lagi mengatasi cara biar Nares mau makan. Banyak yang bilang mungkin bisa dicoba kasih cemilan saja. Baiklah, saya coba kasih cemilan favoritnya, kabocha. Nares emang seneng sama kabocha. Dikukus, pake kocokan telur dan susu, gurih banget. Tapi kali ini nggak berlaku sama Nares. Hayaaaah, ada apa dengan dirimu nak? Ini tak mau, itu tak mau. Buah pun pilihan yang mau. Alpukat kesukaanmu entah apa nasibnya tak kau sentuh. Masuk sih, tapi nggak selahap biasanya. 

Ketujuh,
One dish meal pun dicoba untuk dibuat. Banyak yang berhasil mengatasi kondisi anak sulit makan dengan one dish meal. Saya pun tak luput dari uji coba penyanjian ini. Bismillah, bismillah... semoga Nares mau yah, si skutel ini. Kentang diskutel-in, mungkin Nares nafsu. Yak, tiba saat yang ditunggu jam makan, pamerlah skutel ini ke dirinya. Tapi apa pun itu masakannya, tetap aja ya, ogah makan. *urut dada urut kepala dan urut betis. Mau cari apa lagi ya? Ehm, yang jual ide tolong merapat lagh. Ini si ibu udah jadi devils. 

Bener-bener nggak bisa ditebak apa Nares mau-in. Ibunya sudah tunggang langgang jungkir balik cari ide untuk bikin apaan lagi dan harus gimana lagi. Apa nggak usah masak aja ya? Tapi anaknya makan apa? Lah tapi kalo dimasakin toh nggak dimakan juga toh? Masa ibunya melulu yang makan? Gembul donk, si ibu? Adek aja yang gembul. Ibu jangan...

Rasanya udah benar-benar kehabisan ide biar Nares mau makan. Gimana lagi ya? Berbagai macam cara diatas udah dicoba. Tapi masih nggak mempan juga mengusir rasa malas makannya putri cantikku. Akhirnya aku cari pembelaan diri dengan sharing pengalaman bersama beberapa teman yang punya toddler juga. Begini kira-kira komentar mereka ketika aku curhat kegalauanku tentang Nares yang lagi nggak mood makan.

“Sabar Mon, emang ada masanya anak malas makan. Dulu juga anak gw gitu, nggak mau makan nasi dan lauk sampe seminggu. Akhirnya ya makan pudding degh selama seminggu”

“Yah, nggak heran lah Mon, kalo anak nggak mau makan. Anak gw juga gitu. Kadang mau makan, kadang nggak mau makan. Sabar yah, ntar juga kalo dia laper dia mau makan”

“Kita aja kadang suka males makan, maunya ngemil. Sama dooonk, anak-anak juga begitu. Makanya, coba bikin cemilan aja. Makannya dikit-dikit, tapi sering”

“Kalo gw sih udah biasa, anak gw nggak mau makan. Kalo dia mau makan, itu luar biasa. Yang penting anaknya sehat lah Berat badan nggak naik? Ya, kan hanya bentaran, ntar kalo udah lahap juga naek lagi.”

“Yah, daripada elo stress mikirin anak nggak mau makan, mendingan loe ngerjain yang lain degh. Emang kerjaan loe maksa anak makan doang? Ngga ada kerjaan lain? Lha dia nggak mau makan ya jangan dipaksa juga lah. Elo stress malah makin panik”

Nah, begitulah komentar temen-temen yang saya curhatin. Ternyata saya tidak sendirian mengalami hal ini.  Yippiee... Saya punya sekutu! Pastinya saya bersyukur, karena saya tidak sendiri mengalami hal ini. Pelik! Lebih pelik dari ujian thesis. Lha kalo ujian thesis ada teori ada jurnal ada kenyataan di lapangan. Lah ini? Teori udah khatam, praktek bisa, tapi lolos juga nggak. Bah, nyari dimana lagi jawabannya? Masih belum puas juga, coba cara yang lainnya.

Kedelapan,
Bawa dek Nares ke shopping center, mungkin dengan suasana yang berbeda Nares mau makan. Central Park tujuan kami waktu itu. Lokasinya dekat dengan rumah dan shopping center ini punya fasilitas taman di outdoor-nya. Yah, lumayan berhasil pas dibawa kesini. Nares bisa makan menghabiskan 10 sendok makannya. Tambah pudding dan buah sedikit. Lah tapi kan nggak bisa setiap saat kesini. Lha kalo bapak ibu kerja, gimana makannya?Yah, tapi setidaknya cara ini cukup berhasil untuk bisa Nares buka mulut dengan sukarela. 

Kesembilan,
Makan menu orang dewasa mungkin ide yang perlu dicoba. Saya dan Nares makan bersama dalam satu piring. Saya suapi dirinya dengan tangan. Yah, lumayan ada 3-4 suap yang masuk. Habis itu ya mingkem lagi. Sampe akhirnya saya berikan piring saya dan sedikit nasi beserta lauk di table high chair-nya. Bukannya dimakan, malah diacak-acak. Ampuuun lah dek. Itu makanan, bukan mainan. Mari dimakan, bukan dimainkan yah. 

Kesepuluh,
Ganti peralatan makannya Nares degh, mungkin dia bosen liat bentuk piring makannya dia. Baiklah, pakai piring kecil aja yah, nggak usah piring Nares dulu. Tapi sayang banget, cara ini nggak mampu ngalahin mingkemnya Nares. Kalah lagi cara ibunya ini. Nares menang selalu. Aku kalah selalu...

Liatlah gaya makannya... *terserah apa mau dek Nares aja

K  E  L  A  R  .  .  .


Saya rasa cara yang saya usahakan sudah cukup banyak. Dari sekian banyak referensi yang saya baca dan pelajari, semuanya sudah saya lakukan. Tapi saya pun masih belum mampu menepis mood Nares yang nggak mau makan ini. Tidak makan sama sekali sih ya nggak ya, tapi ya itu, makannya itu sama sekali nggak bisa terprediksi.  Kadang mau, kadang nggak. Cemilan masih lebih baik daripada nasi/kentang yang berlauk. Pudding agar, pudding roti, pudding buah, masih lumayan. Roti pun masih lebih baik. Tapi mana gizinya? Kalorinya berapa? Udah berat badan standard, makan pun susah.

Yang namanya sugesti di otak ini sudah penuh. Kalau saat makan tiba, pasti saya mengucapkan mantra  terlebih dahulu, “makannya banyak dan gampang... makannya lahap... makannya senang”. Tapi pun mantra itu tak berguna. Mungkin tidak terdengar di kuping Nares. Hahaha!

Saya masih bersyukur, dikasih jalan yang terang, jalan yang lurus (halaaah...), saya nggak pernah terbersit kasih makanan instant untuk si bocah. Usaha terus dilakukan untuk masak makanan Nares. Apapun yang dibikin, yang penting saya masak degh. Walaupun emang nggak jago masak dan emang saya baru masak setelah nikah, tapi buat anak harus coba yang terbaik. 

Cara yang terakhir yang saya temukan adalah pasrah dan ikhlas atas situasi ini. Selalu berdoa dan tetap masak untuk Nares adalah cara yang terbaik. Saya mecoba untuk ikhlas setelah kira-kira 10 hari Nares susah makan. Yang saya bisa lakukan hanya tetap masak buat Nares dan berdoa kepada Tuhan supaya Nares dalam keadaan sehat selalu. Aamiin. Kalo kata si pak suami, bukan salah saya karena masak makanan yang tak enak, soalnya makanan kesukaan Nares pun sudah ditolak Nares. Tapi Nares emang sedang nggak mood makan. Lha wong, ibunya juga kadang begitu, nggak mau makan nasi. Jedaaar... Iya yah. Nah, makanya saya pasrah saja lah. Selagi Nares aktif dan masih ketawa ketiwi, saya optimis saja. Mungkin Nares emang lagi senang main. Jadi nggak peduli sama makannya. Mudah-mudahan selera makanmu balik cepat ya nak, biar makannya normal lagi. Biar ibu nggak khawatir. 

Udah nggak punya pilihan lain selain sabar dan pasrah. Ternyata memang punya anak itu butuh kesabaran yang luar biasa. Bayangin aja, orang udah gedumbrangan di dapur kadang sampe tengah malam, pulang kantor juga, eh anak tak makan pula. Apa nggak emosi? *eh apa gw doang yang emosi? Makanya, bener juga kata emak-emak di milis. Stock sabar kudu dibanyakin kalo anak lagi nggak mau makan. Andaikan ada yang jual stock sabar, saya mau beli refill aja. Sayangnya nggak ada yang jual. 

Apalagi ini anak pertama, jadi pengalaman yang sangat baru untuk saya. Jadi pembelajaran ke depannya. Yah, kalo nggak ada pengalaman, nggak belajar.  Masih bersyukur banget saya hidup di jaman yang mudah komunikasi begini, jadi kalo ada apa-apa, nggak ngerti, bisa tanya sana sini via bbm, FB, email, dan lainnya. Lah kalo jaman dulu, gimana ceritanya? Mau tanya ke siapa? Galau kemana? 

Pemirsah pembaca budiman, demikian sharing yang bisa saya bagikan. Semoga bermanfaat dan menjadi sedikit pencerahan buat pembaca yang sedang mengalami kondisi seperti ini. Pesan saya, yang sabar ya, yang tetap semangat, yang tetap masak. Pasti ada jalan keluarnya... 

*didedikasikan buat ibu-ibu yang sedang galau anaknya susah makan.

4.20.2012

REVIEW DOKTER KANDUNGAN

Well well well, abis baca email dari milis AFB, ada yang nanya-nanya tentang dokter kandungan, jadi pengen banget nge-review dokter kandungan yang pernah saya kunjungi selama kehamilan. Belum lagi ada beberapa temen yang lagi hamil juga suka nanya-nanya, "dokter kandungan yang recommend siapa ya?"

Nah, berhubung selama hamil 9 bulan saya berkesempatan periksa kandungan dengan 4 (empat) dokter kandungan yang berbeda, saya rasa cerita ini seru untuk dibagikan kepada yang sedang mencari dokter kandungan yang terbaik. Wohooo, banyak amat yak, periksa sampe ke 4 dokter gitu? Ampuuun...

Jadi begini ceritanya...

Nggak lama abis menikah, saya kok tiba-tiba nggak enak badan. Gejala awal adalah flu berat. Demam, pilek, badan sakit dan yang pasti mual. Hihihi, ditambah lagi jadwal menstruasi yang mundur. Lengkap. Setelah menggunakan test-pack, akhirnya benar bahwa saya hamil.  Alhamdulillah. Tidak serta merta saya langsung periksakan ke dokter. Mau dijalanin aja dulu. Karena mau berunding dengan suami terlebih dahulu. Setelah berunding-runding dengan suami, akhirnya kita memutuskan untuk periksa kehamilan di RS Patria IKKA. Lokasi RS yang depan rumah kita ini, sedianya dipilih karena dekat sekali dengan rumah kita. Aseli, jalan kaki cuma 2 menit juga udah sampe. Lha wong bener-bener depan rumah. Belum lagi melihat histori saya yang juga lahir di RS tersebut (lucu aja kalo ibu dan anak lahirnya di RS yang sama). Maka ditarik kesimpulan, bahwa saya mau lahiran di RS tersebut dan berarti periksa juga di RS tersebut. Bungkus dan deal alias okey : periksa dan lahiran di RS Patria IKKA. Kalo dilihat dari kualitas, memang sih RS ini nggak bagus-bagus amat. Tapi pun sebenernya nggak jelek-jelek amat juga. Menurut saya lho yah.. Agak bagus kalo dilihat dari kondisi fisiknya, tapi kalo kaya'nya kok kalo dari segi menagement-nya agak kurang tertib ya...

Okey, mulailah saya mendatangi RS tersebut untuk periksa kehamilan. Karena saya bekerja jam kantoran, maka pasti banget saya milih dokter kandungan yang praktek pada sore hari dan cenderung akan malam. Jam 17.00 itu baru dari kantor. Berarti , kalo nggak macet itu jam 17.45 baru bisa sampai rumah. Kalo macet ya bisa jam 18.00 atau bahkan ya lewat. Makanya, kudu cari dokter yang praktek sore sampe malem. Dari beberapa informasi dari ibu saya, yang lumayan bagus adalah dr. Agus Lubis, SpOG. Kebetulan pun, beliau praktek sore hari. Nih ya, lanjutan review-nya saya pecah ke langsung 4 dokter masing-masing.


Dr. Agus Lubis, SpOG

dr. Agus Lubis, SpOG termasuk dokter kandungan yang senior karena usianya sekitar 65 tahun. Saya mengetahuinya dari ibu saya yang kenal dengan dr. Agus ini. Maklum, pak dokter juga tentara gitu lho. Menurut informasi, dr. Agus Lubis, SpOG memang banyak pasiennya, karena beliau termasuk dokter yang ramah, tidak menakut-nakuti pasien.

Periksa kehamilan pertama bertemu dengan beliau, memang menyejukkan hati. Beliau bertanya, ini kehamilan keberapa, trus beliau juga menjelaskan bagaimana menghitung umur kandungan, dan lain sebagainya. Pas USG juga beliau menunjukkan bahwa yang terlihat baru pembentukan kantung janin. So far, dr. Agus Lubis, SpOG adalah seseorang yang ramah, humoris, dan agak lembut (dari nada bicaranya). Periksa pertama kali ini saya diberikan vitamin untuk kandungan saya. 1 macam saja vitaminnya.

Sayang, pemeriksaan bersama dr. Agus Lubis, SpOG nggak bisa berlanjut sampai ke bulan terkahir kehamilan. Masih seperempat perjalanan kehamilan ini, sepertinya saya belum rejeki untuk menjadi pasien dr. Agus Lubis, SpOG. Di usianya yang sudah agak lanjut, ternyata beliau suka pulang lebih cepat kalau pasiennya sudah tidak ada. Padahal saya sudah appointment lho, dengan RS-nya. Pas di perjalanan pulang, saya telepon ke RS, katanya dokternya masih praktek, tapi begitu saya sampai di RS (15 menit setelah saya telpon), ternyata dokter sudah tidak ada. Yah, padahal di papan jadwal itu harusnya dr. Agus sampai pukul 19.00, tapi saya datang pukul 18.00, sudah tidak kebagian :( Beberapa kali kejadian seperti ini, akhirnya saya memutuskan untuk ganti dokter kandungan. Walaupun niatnya cuma sementara, tapi ternyata tidak bisa. Gantilah pun dokter kandungan, dengan rasa setengah hati karena sudah merasa cocok dengan dr. Agus Lubis, SpOG. Tapi apa mau dikata, susah sekali bertemu dengan dirinya.

Oia, kabar yang terakhir saya dengar adalah beliau sudah dipanggil Allah, SWT seminggu setelah Lebaran Idul Fitri 2011. Berita ini saya dapat dari sahabat saya yang juga memeriksakan kandungannya pada dr. Agus Lubis, SpOG. Selamat jalan ya pak dokter, semoga amal ibadah dan pengamalan ilmu yang sudah dilakukan diatas muka bumi ini diterima olehNya. Aamiin...

Done with, dr. Agus Lubis, SpOG... selanjutnya ke...


Dr. Wisnu Murti, SpOG

Tau dokter ini dari kakak-nya suami saya yang bekerja di salah satu RS swasta di Rawamangun. Begitu dengar kabar saya sedang mencari dokter kandungan baru karena dokter yang lama susah ditemuinnya, kakak ipar pun langsung menyebut nama pak dokter ini. "Dr. Wisnu Murti, SpOG juga praktek di RS Patria kok", begitu kalo nggak salah penjelasannya. Ya sudah lah, kalo begitu saya dengan dr. Wisnu Murti, SpOG saja.

Konsultasi pertama dengan dr. Wisnu Murti, SpOG berjalan dengan sangat baik. Dokter yang masih jauh lebih muda dibandingkan dengan dr. Agus Lubis, SpOG ini juga memberikan penjelasan secara detail mengenai perkembangan kehamilan saya. Ramah sekali memang pak dokter yang satu ini. Tapi untuk selera humor, masih jauh lebih oke dr. Agus Lubis, SpOG.

Well, pemeriksaan dengan dr. Wisnu Murti, SpOG ini nggak berkelanjutan pula. Hadeeeh, capek degh. Soalnya ternyata beliau bukan dokter tetap di RS Patria IKKA ini. Beliau hanya dokter pengganti saja. Jadi kadang ada dan kadang enggak. Seringkali pas udah janjian dengan dr. Wisnu Murti, SpOG, dirinya belum datang karena sedang melakukan operasi di RS yang sebelumnya.

Walaaah, gimana ini, kacau jadinya jadwal kontrol hamil saya. Nggak bisa donk, dokter kok "senen - kemis" gini, apa kata dunia??? Berundinglah saya dengan pak suami dan memutuskan untuk ganti dokter kandungan (lagi). Yah, abis gimana dooonk, masa mau periksa kandungan aja rempong ama jadwal dokter? Secara saya mikir gitu lho, "lha pan aye bayar yak, ngapa aye yang jadi rempong?"

Mareee, cari lageee.... Dan ketemu lah....


Dr. Masagus Tajudin, SpOG

Belum kenal ini dokter sama sekali. Cuma modal nanya sama bagian admin RS Patria, siapa dokter kandungan yang senior di RS ini, jawabnya ya dr. Masagus Tajudin, SpOG. Yah, dicoba sajalah, daripada tidak ada sama sekali. Lha abis gimana, masa' nggak periksa kehamilan? Iyh, nggak degh...

Pak dokter emang sudah cukup senior, tapi mungkin tidak jauh berbeda usia dengan dr. Agus Lubis, SpOG.  dari pemeriksaannya sih ya biasa-biasa saja. Cuma melihat dari monitor alat USG, dan menjelaskan bahwa kandungan saya baik-baik saja. Ini tangan, ini kaki, ini badannya. Ya, penjelasan biasa saja lah. Tidak ada yang istimewa dari dokter ini. 

Cuma yaaa, dr. Masagus Tajudin, SpOG ini ya galak ya booo, nggak bisa diajak becanda gitu. Serius banget orangnya. Males deh eike jadinya. Bukan apa ya, soalnya kalo dokter terlalu serius itu jadinya saya pun tegang. Padahal sih emang nggak perlu-perlu banget dokter kandungan itu harus humoris (de'se kan bukan pelawak ya boo), tapi nggak tau kenapa saya jadi takut sama dokter ini. belum lagi pak dokter ini pernah marah-marah sama suster yang bantuin beliau. Mending kalo marahnya pas lagi nggak di ruangan praktek. Lha ini di ruangan praktek dan ada pasien pula. Ya ampuuun, kebayang nggak ya, kalo eike lahiran sama ini dokter, nanti pas ngeden-ngeden sakit di ruangan bersalin yang ada eike malah diomelin. Galaupun melanda. Nah, belum lagi kejadian si pak dokter ngambek nggak mau praktek karena ada alat yang nggak tersedia di ruang prakteknya. Jadilah saya nunggu beberapa saat sampai si pak dokter itu mau praktek. Ya ampuuun, pasien gimana nih pak?

Pernah nih, kejadian lain yang bukan terjadi pada diri saya. Jadi gini, ketika saya antri untuk tensi dan timbang badan oleh suster (sebelum pemeriksaan pak dokter), ada seorang ibu yang kira-kira berusia 45 tahun sedang konsultasi dengan dr. Masagus Tajudin, SpOG. Si ibu sepertinya sih tidak sedang hamil, tapi menderita penyakit "entahlah apa" di kandungannya. Pak dokter pun menyarankan untuk dioperasi. Namun sang suami ibu tadi bertanya kepada pak dokter, apakah masih ada jalan lain selain di operasi? "Ya, saya sih menyarankan operasi, tapi kalo bapak ibu nggak mau ya sudah, terserah aja, saya nggak mau tanggung jawab", begitu kira-kira penjelasan pak dokter dengan nada yang agak tinggi. Ealaaah pak dokter, kok galak amaaat? Itu kan pasien butuh penjelasan, bukan malah ditentang seperti itu. Kasihan akh, udah sakit, bukannya malah ditenangin, malah digalakin. Aseli saya ngeri tingkat 13. Ini pak dokter apa pengawas ujian yah, gualaak...

Akhirnya, saya menceritakan kepada pak suami, kalau saya nggak mau lahiran sama pak dokter ini. Takut sayah, beliau galak sekaleeeh , pemirsah. Dan akhirnya pun, karena sudah 3 dokter kandungan tidak ada yang memuaskan di RS ini, pak suami memutuskan untuk mencari dokter di luar RS. Browsing pun dirinya pada mbah google dan ditemukanlah, nama "dr. Erdwin Rakun, SpOG". Alhamdulillah, lokasi praktek di Kemanggisan, dekat dengan rumah kami. Tidak perlu jauh-jauh. 


Dr. Erwdin Rakun, SpOG

Pertama kali datang pemeriksaan di usia kehamilan 7 bulan. Langsung ditanya sama pak dokter, "Udah 7 bulan kok ganti dokter?" Hahahaaa, akhirnya pun saya curhaaat sama pak dokter, kenapa saya akhirnya terbang ke dr. Erdwin Rakun, SpOG dan sambil bilang ke pak dokter kalau saya ingin ini adalah dokter kandungan saya yang terkahir sampai pada kelahiran. Beliau pun tertawa.

Memang ya, antrian periksa di klinik dr. Erdwin agak banyak dan lama. Saya periksa pertama kali itu datang pukul 19.00, dan baru diperiksa pukul 21.00, tandanya antri 2 jam ya sodaraaa. Tapi saya cukup puas dengan pemeriksaan yang dilakukan dr. Erdwin Rakun, SpOG. Alatnya USG jauh lebih bagus daripada di RS sebelumnya tempat saya periksa. Penjelasan pak dokter pun lebih detail. Mulai dari berat, panjang, prediksi lahiran, apa-apa aja yang boleh, apa-apa aja yang nggak boleh, dan lain sebagainya yang saya tanyakan. Pak dokter punya selera humor yang sangat baik, orangnya pun pemberi semangat kepada kita. Saya masih ingat pesan yang disampaikan kepada saya tentang menjalani kehidupan ini, hihihi... *jadi malu kalo inget pesan itu. Kadangpun, setelah pemeriksaan selesai, saya dan suami suka mengobrol dengan dirinya, isi pembicaraan di luar masalah kehamilan. Tentang hidup, tentang anak, tentang sekolah, dan apa saja. Hahaaa, pernah sekali-sekalinya ngobrol, sampe di ketuk pintunya dari luar which is tandanya, masih ada pasien booo.... Buruaan! Hihihi....

Nah, dr. Erdwin Rakun, SpOG ini ya, pro lahiran normal. Hal ini terbukti setelah saya melahirkan secara normal (yaiyalah, booo... capcay!). Nih, jadi gini ceritanya, saya itu punya sobat karib yang namanya Devy Alita Rahmawati AP (komplit bener ditulis tuh namanya...). Devy punya nasib yang lebih dulu melahirkan. Sayangnya, Devy harus lahiran secara sectio caesar. Karena menurut dokter kandungannya si ibu ini, Devy itu matanya minus dan pernah operasi usus buntu, jadi harus sectio caesar. Devy sudah wanti-wanti ke saya, kalo kemungkinan besar pun saya sepertinya harus lahiran sectio, karena memang saya pun berkacamata dan pernah operasi usus buntu. Ketika saya diskusikan dengan dr. Erdwin, ternyata pak dokter menjelaskan tidak ada hubungannya antara operasi usus buntu dan lahiran secara normal. Secara juga operasi usus buntunya sudah beberapa tahun lalu, bukan baru-baru saja. Ahiiiy, gw bisa lahiran normal. Ajib bener ini dokter! Devy pun terngaga-nganga ketika saya ceritakan ini kepada dirinya. 

Poin 2 yang saya seneng sama dr. Erdwin adalah, beliau pro ASI. Tau nggak, dr. Erdwin itu ngajarin saya, gimana harus nyimpen ASI. Pesan yang saya ingat adalah, "stock ASI-nya sesegera mungkin setelah lahiran ya. Soalnya ASI itu makin sering diperah, makin banyak. Kamu mau kerja lagi kan, abis lahiran? Simpen ASI dari awal-awal".  Bahkan beliau sempat menggambarkan grafik produksi ASI. Aiyyyh, pak dokter ganteng nan baik hati, dirimu sungguh luar biasa. Nggak salah pilih dokter kandungan lah saya. 

Final! Saya nggak mau pindah ke dokter kandungan lain. Melahirkan juga mau sama pak dokter ini, dr. Erdwin Rakun, SpOG. Walau antrian panjang dan lama, tapi saya cukup puas dengan apa yang pak dokter berikan untuk saya. Alhamdulillah pun, saya diberikan kesempatan untuk lahiran dengan ditangani dirinya. Lah, kalo kejadian lucu-lucu di ruang bersalin mah jangan tanya. Canda dan guyon ada di ruangan itu pastinya. Terlebih lagi saya emang senang sekali guyon. 

Kesimpulannya : vote for dr. Erdwin Rakun, SpOG.

Sehat-sehat terus ya dokter, biar pasiennya bisa ditangani dengan sebaik mungkin. Aamiin... Informasi tambahan, dr. Erdwin Rakun itu praktek di RSAB Harapan Kita pada hari Selasa dan Kamis mulai pukul 17.00 dan di rumahnya pada hari Senin, Rabu, Jumat mulai pukul 17.00 serta Sabtu mulai pukul 09.00. Kalau tahun 2011 itu, dr. Erdwin Rakun mau terima proses kelahiran di RSAB Harapan Kita dan RS Puri Indah (tapi dr. Erdwin nggak praktek di RS Puri Indah, yooo).

Readers, semoga review saya ini bermanfaat ya. Saya nggak dibayar sama pihak manapun untuk nulis pengalaman saya ini. Saya hanya ingin berbagi informasi, biar readers setidaknya pun ada jawaban ketika mencari tahu tentang dokter kandungan.

4.19.2012

JUALAN DATABASE CONTACT - SIAPA TANGGUNG JAWAB?


Bener-bener terkejut di siang hari bolong ketika membaca email masuk dari milis yang saya ikuti. Biasalah, milis ibu rumah tangga yang punya bayi, yang harus masak di dapur sendiri buat makan bayinya (karena menganut prinsip makan sehat ya makanan rumahan). Email itu emang khusus saya pergunakan untuk email yang berhubungan dengan milis-milis yang saya ikuti. Maksudnya adalah agar tidak tercampur dengan email penting lainnya. Bukan apa-apa, traffic email di milis itu kan cukup padat. Takutnya kalau pakai email sehari-hari yang udah biasa saya pakai, malah tidak terbaca email pentingnya. Cara ini ternyata cukup ampuh buat me-manage inbox saya (biar nggak kaget sama ribuan email yang menyerbu tiap harinya).

Jualan Data Base Contact via milis mpasirumahan :(

Ada salah satu thread di milis yang saya berikan tanda “bintang”, judulnya “Galau GTM 14m”, artinya pembahasanya adalah tentang seorang ibu-ibu yang sedang resah, karena anaknya (14bulan) sedang susah makan. Dirinya bertanya, bagaimana mengatasi anak susah makan. Cocok sekali dengan kondisi yang sedang saya alami. Anak saya pun sedang pilah-pilih makanan. Maka dari itu, saya menandakan thread tersebut, dan pastinya akan saya lihat jika ada email yang masuk di thread itu. Nah, pas ada kebetulan email masuk di thread yang saya beri tanda tersebut, kok ya saya kaget bacanya. Hal ini karena isi email tentang jualan. Padahal, owner milis ini strict banget lho sama yang jualan. Di milis ini, kegiatan jual beli diharamkan untuk dibahas (kecuali kalo sudah persetujuan Moderator). Makanya, begitu ada yang jualan, saya kaget. Nah lho, jualaaan….

Pertama baca emailnya, judul di body message adalah jualan “Data Base Contact”. Saya pikir ini orang jualan program untuk menyimpan data base atau sesuatu yang berhubungan dengan program komputer, maka dari itu saya hiraukan email ini. Tapi ketika saya lanjutkan ke bawah untuk membaca email ini hingga tuntas, ternyata ini email jualan data base contact. Nggak tanggung-tanggung, data-data yang ditawarkan adalah nasabah bank-bank yang mempunyai deposito milyard-an Rupiah, nasabah pemegang Kartu Kredit type Gold, data member pemain Golf, data pemilik mobil mewah, hingga data pengusaha-pengusaha. Data yang ditawarkan pun mulai dari alamat dan nomor telpon rumah, alamat dan nomor telpon kantor, email, YM ID, hingga ke limit kredit si nasabah.

Ya ampuuuuun, ini data dapat dari mana? Kok bisa sampai tersebar seperti ini data? Ini semua sebenernya adalah data yang sangat private yang tidak bisa sembarang orang mengetahuinya. Tapi ini malah diperjualbelikan seharga Rp 300,000. Semurah itu kah data? Semudah itukah membocorkan rahasia? Siapa yang harus bertanggung jawab atas kebocoran informasi rahasia ini? Tak heran, bertubi-tubi setiap hari saya mendapatkan pesan dan panggilan massal untuk penawaran Kartu Kredit, Kredit Tanpa Agunan, penawaran tv kabel, sampai jualan handphone dan bahkan pemasangan CCTV. Sungguh kesal dibuatnya karena panggilan dan pesan itu sangat mengganggu saya.

Saya tidak bisa berbuat banyak sekarang melihat data private diperjualbelikan seperti itu dengan harga yang sangat murahnya. Oh Indonesia-ku, seperti ini kah sistem keamanan data nasabah? Kapan kami dilindungi? Kapan kami dibuat nyaman? Kapan kami bisa hidup dengan tenang? data private pun kini dijadikan ladang bisnis.

*tulisan ini saya muat juga di Kompasiana

4.09.2012

KISAH ERWIN – Bagian 3

Cerita tentang Erwin masih berlanjut ya teman. Soalnya ini benar-benar pengalaman saya yang menarik untuk dibagikan. Bukan maksud untuk pamer ya, tapi ini murni adalah sharing. Sesuai dengan janji saya sebelumnya di Bagian 2, pada Bagian 3 ini saya akan menceritakan gimana gerilya kita ngumpulin dana untuk kesembuhan mata Erwin. Gimana juga cerita Erwin pada hari H melakukan operasi. 


Kejar setoraaan...

Namanya denger teman sakit, akhirnya kita-kita temen SMP-nya Erwin pada mulai menggalang dana. Bukan maksud merendahkan Erwin, sama sekali tidak, tapi kita memang sangat ingin berpartisipasi atas kesembuhan Erwin. Terlebih lagi kalau dilihat dari segi penghasilan Erwin sehari-hari, tampaknya memang harus disukung. Tapi bener-bener degh, ide awal ngumpulin dana itu dari Ratmi, secara dirinya emang yang pertama kali dengar berita kalo Erwin sakit dan butuh support dari temen-temennya. Berawal dari BBMan, sampai ke blog, sampai ke FB. Asal muasal dari cerita singkat dengan mem-broadcast cerita Erwin, sampai juga akhirnya saya bikin blog singkat mengenai Erwin. Yah, pastinya juga beberapa diantara kita menyebarkan berita ini melalui group di BBM. Nggak semua orang memang kenal dengan Erwin, tapi pasti semua orang punya rasa persaudaraan dan kemanusiaan. Itu yang tidak tergantikan. Iya lho, heran juga sih saya, beberapa kerabat saya yang saya kirimkan proposal pengajuan dana untuk Erwin, mereka tidak kenal Erwin. Tapi toh mau juga tuh membantu. Teman SMA yang tidak saatu SMP, teman kuliah, teman kantor lama, teman dari mana-mana, bahkan ada adik kelas semasa saya di SMA pun ikut berpartisipasi. Alhamdulillah ya Allah, sesuatu yah...

Sehari, dua hari... Sungguh diluar dugaan yang kami bayangkan. Begitu cepat donasi masuk untuk Erwin. Angka melambung tinggi. Subhanallah memang kuasa Allah. Siapa yang sangka ya, belum seminggu sudah terkumpul Rp 7 juta. Ini berkat kemajuan teknologi juga lho. Kebayang donk, tinggal copy paste berita yang udah dibikin sama seseorang? Gampang banget ya? Yah, kalo penggunaan teknologi untuk urusan yang begini sih, saya setuju 500% deh. Manfaatnya emang luar biasa. Iya, berkat FB, group dan contact BBM, urusan perkomunikasian sangatlah mudah. Rencana Ratmi untuk garage sale barang second layak pakai juga dijalanin. Pokoknya apapun yang bisa jadi uang, pasti diusahakan.


Pasang surut dalam penggalangan dana buat Erwin mulai tampak. Yah, namanya juga "ngamen", harus sabar untuk nungguin keikhlasan dan kerelaan hati sang penderma untuk mengatakan, "saya transfer tadi ya...". Bener lho. Ini nggak mudah, dan sama sekali nggak mudah. Kita harus merelakan waktu dan pikiran untuk nyebar informasi ke rekan-rekan. Ditolak, dicemooh, diledek? Udah biasa itu. Apalagi yang dicuekin pura-pura nggak baca atau lupa transfer padahal sudah bilang iya. Nggak heran lah, yah namanya juga sedekah ; dipenuhi ya alhamdulillah kalo ngga ya nggak usah kecewa atau bahkan sakit hati. Pernah juga kok, saya dikomentarin gini di group BB saya, "Wuih, ngamen disini Mon?". Kadang miris juga sih, liat itu orang yang sinis sama ngamennya saya... Hmmm, giliran dimintain sumbangan buat sedekah, pura-pura nggak punya uang, tapi giliran pesta pora urusan duniawi, paling depan. Astaghfirullah... Yah, bukan halangan sih. Tetap maju cari dana. "Mau diapain kek gw, mang gw pikirin?" senjata terkuat dalam hati. 

Sempat berada di posisi Rp 12 juta pada waktu kira-kira penggalangan dana berjalan dua minggu. Dag dig dug ser-ser-an, soalnya emang mau ngumpulin Rp 30 juta itu kan ya nggak mudah ya sodara-sodara. Lah berarti kalo Rp 12 juta itu kan belum setengahnya. “Ya Allah, memang jika Kau kehendaki, apapun cara yang kau berikan, Erwin pasti bisa sembuh” (kira-kira begitu ujar saya dalam hati ketika menggalang dana untuk Erwin). Gimana juga caranya, insyaaAllah Erwin bisa dioperasi dan sembuh. Bismillah...


Pre-operasi...

Setelah berkonsultasi dengan dokter, akhirnya pak dokter memutuskan untuk melakukan preventive treatment bagi mata Erwin yang sebelah kanan, mumpung belum terjadi seperti yang sebelah kiri. “Laser mata kanan dulu ya, minggu depan kita laser. Nanti selesai laser mata kanan, kita tunggu dulu sekitar 2 mingguan, baru deh kita observasi untuk operasi mata kiri”, begitu pesan dr. Isfahani, Sp.M. Baiklah dokter.

Seminggu setelahnya, Erwin melakukan laser untuk mata sebelah kanannya. Nggak didampingi sama siapa-siapa kecuali Sopian Hadi, temen SMP kita juga. Kebetulan yang punya waktu luang juga sepertinya Hadi. Sebenarnya sih ya tidak luang sekali, tapi waktunya Hadi sepertinya lebih flexible dibandingkan saya yang harus absen kantor di jam 8 pagi dan 5 sore. Laser pun berjalan dengan lancarnya. Alhamdulillah. Sungguh diluar dugaan adalah biaya laser yang ditagihkan tidak 100%, tapi hanya 50%. Subhanallah banget ya, memang selalu ada jalan untuk Erwin. Saya semakin optimis dengan usaha ini. 

Update ke group SMP di BBM dan FB pastinya, bagaimana kondisi Erwin, bagaimana rencana ke depan, dan posisi dana ada dimana. Lagi dan lagi, gerilya pengumpulan dana dilakukan. Kebayang kan, tinggal menghitung hari untuk operasi Erwin? Ya Allah, hanya dengan kuasaMu, Erwin bisa operasi mata demi kesembuhannya. Usaha penggalangan dana masih berjalan, perlahan menaik sedikit. Tak apalah, yang penting ada pemasukan.

Setelah beberapa minggu Erwin laser mata kanan, pak dokter pun memberikan lampu hijau untuk operasi mata. Waaah, sempat deg-degan juga ini, soalnya dana masih belum capai target. Tapi mukjizat Allah datang benar-benar tanpa di duga, Erwin bisa dioperasi matanya hanya dengan biaya Rp 7,5 juta. Benar-benar hanya t25% dari yang diberitahukan oleh pak dokter sebelumnya. Subhanallah, bagaimana ini ya Allah, Kau tunjukkan kuasaMu... Erwin memberikan informasi tersebut kepada saya, “Mon, kata dr. Isfahani, biayanya nggak sampe Rp 13 juta”. Alhamdulillah, rejeki untuk Erwin memang ada jalannya. 


Operasi “itu”...

Hari yang dinantikan segera datang, Erwin akan operasi mata kiri yang bermasalah. “Tanggal 18 Maret ya Mon, operasinya... “, begitu Erwin menginformasikan kepada saya. “Mohon doa ya dari teman-teman, terima kasih atas bantuan semuanya. Saya nggak bisa balas apa-apa. Hanya Allah yang bisa membalas kalian semua”, begitu pesan Erwin kira-kira 3 hari sebelum operasi. Saya memang setidaknya seminggu sekali ada komunikasi dengan Erwin dan Hadi untuk memantau perkembangan Erwin. Selain untuk memantau perkembangannya, pastinya juga untuk update ke teman-teman. 

Hingga pada akhirnya, 18 Maret 2012, Minggu pagi, di salah satu RSIA milik yayasan organisasi keagamaan di daerah Grogol, Erwin melakukan operasi. 

Pukul 08.00 pagi, Erwin sms saya untuk memberitahukan bahwa dirinya sedang dalam perjalanan ke lokasi operasi.

Pukul 09.00 pagi, Erwin kembali sms saya bahwa dirinya sudah berada di ruang operasi dan akan memulainya. “Jangan siang-siang datangnya ya Mon”, begitu isi sms-nya. "Bereees Win...", balas sms saya kepadanya.

Rani (istri Erwin) ayah Erwin, Hadi dan Yusuf (teman Hadi) turut menemani jalannya operasi Erwin. Saya pun menyusul dengan pak suami ke lokasi, sekitar pukul 09.30 tiba ditempat.


Ini dia RSIA Ibnu Sina tempat Erwin melakukan operasi


Ruang Tunggu dalam RS

Mulai dari pukul 09.30 saat saya tiba di lokasi operasi, hingga hampir pukul 12.00 Erwin dioperasi, saya mengisi waktu dengan mengobrol bersama ayahnda Erwin. Sedikit bercerita pengalaman masa muda sang bapak yang pada akhirnya berlanjut ke petuah-petuah bijak sang ayah. “Semasa muda harus menabung dan memanage keuangan yang baik ya, jangan sampai masa tua tidak punya tabungan”, begitu pesan yang saya ingat dari ayah Erwin. Baiklah pak, insyaaAllah akan saya camkan itu. Oiya, sedikit cerita, ibunda Erwin sudah meninggal dunia kira-kira 10tahun yang lalu...

Hampir pukul 12.00 siang, Rani dipanggil oleh suster untuk masuk ke dalam ruang operasi. Sepertinya operasi sudah selesai dilakukan. Rani langsung menuju ruang operasi. Saya beserta ayah Erwin, Hadi, dan pak suami saya masuk ke ruang tunggu dalam RS. Pak dokter pun keluar ruangan sedikit menjelaskan bahwa operasi sudah selesai. Pesannya, “Jangan kena air dulu. Untuk keterangan lain, bisa dijelaskan oleh suster ya”. Alhamdulillaaah, operasi selesai. Setidaknya tahapan besar sudah dilaksanakan. Saya segera menyelesaikaikan urusan administrasi bersama mba' suster. Erwin pun duduk di ruang tunggu. Setelah urusan administrasi selesai, Rani pun mendengarkan penjelasan dari suster tentang obat yang harus diminum oleh Erwin. Bebrapa obat minum dan ada pula obat tetes yang harus diberikan kepada Erwin. "Hari Selasa kontrol ke Klinik ya..." pesan dr. Isfahani.

Erwin setelah operasi
Selesai semua urusan. Erwin siap pulang. Hadi dan Yusuf pergi mencari taxi untuk mengantarkan Erwin pulang. Maklum, lokasi RS tidak berada di pinggir jalan raya, sehingga harus mencari taxi terlebih dahulu ke jalan besar. Tak lama taxi pun datang, dan Erwin pulang. Hadi dan Yusuf menyusul menggunakan motor. Setelah semua pulang, saya dan pak suami pun ikut pulang.


Erwin mau pulang :)

Lega rasanya hati ini, satu misi besar sudah dijalankan. Tentunya bersama mukjizat-mukjizat dari Allah, SWT. Untuk semua rekan, sahabat, dan kerabat yang telah menyumbangkan dana, doa, tenaga, waktu, dan semuanya, saya haturkan banyak terima kasih. Tanpa kalian semua, tentu proses ini belum bisa berjalan. Tuhan Maha Baik, pasti akan membalas kalian semua yang baik juga...


Bagian 3 sampai disini dulu ya. Saya mau lanjut ke bagian 4, cerita tentang pasca operasi Erwin.

KURIKULUM SD KINI... JAHARA DEH...

Buat ibu-ibu yang selalu mendampingi anak-anaknya belajar, pasti paham banget kalau materi pelajaran sekarang ini berat sekali. Ehm, apa ja...

Popular Post